Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Monday, July 18, 2011

Aku Melihat Nini Anteh di Bulan ...

Kapankah terakhir kali engkau melihat bulan purnama ? melihat dalam arti yang sesungguhnya. Tidak hanya sekedar memandang sekilas lalu memalingkan wajah karena terlalu banyak hal yang lebih penting yang harus diurusi, dari hanya sekedar memandang bulan purnama ?

Bukalah jendela malam ini, dan tengoklah langit di atasmu. Disana bulan purnama sedang membulat dengan semburat sinar keperakan meronai wajahnya yang sempurna, dan akan menggenapi kesempurnaannya di esok hari. Jika tempat tinggalmu bukan di apartemen atau di condominium atau di real estate mewah yang dihujani dengan sinar lampu nan artifisial, maka engkau akan melihat rembulan dengan segenap keindahannya yang romantis dan berkesan mistis. Sinar rembulan akan sempurna engkau tangkap, manakala langit diatasmu jernih berlatar hitam, tanpa gangguan gemerlap cahaya lampu.

Dulu ketika purnama tiba, aku akan meringkukkan tubuh kecilku di pelukan Nenek. Kata Nenek, di bulan ada seorang perempuan yang setia menenun kain hingga akhir zaman. Seorang diri hanya ditemani kucing kesayangannya. Perempuan itu bernama Nyai Anteh. Namun karena usia Nyai Anteh tentu sudah sangat tua, maka tak sopan jika kita tak memanggilnya dengan Nini Anteh. Dan kucing kesayangannya itu bernama Candramawat.

Mengapa Nini Anteh tersesat begitu jauh hingga ke Bulan ? apa yang telah terjadi dengannya ?

Nyai Anteh bukan siapa-siapa, kecuali seorang gadis dayang di kerajaan Sunda yang setia menjaga kehormatan diri dan kesuciannya. Makanakala seorang pria tampan dari trah bangsawan yang bernama Raden Antakusumah jatuh hati padanya, Nini Anteh lebih memilih pergi ke bulan, dari pada menyerah pada hawa nafsunya, sebab sejatinya ia pun memendam cinta di sudut hatinya kepada sang jejaka rupawan. Nyai Anteh tak sudi mengkhianati tunangan sang Pangeran, yang tak lain dari Gusti Putri Endahwarni, majikan yang sangat disayanginya.

Ketika gairah cinta terlarang diantara dua pasang manusia itu sudah begitu menggelora dan mengancam kesucian diri, Nyai Anteh pun memilih terbang ke bulan, mengendarai selendang saktinya. Tak lupa alat tenun dan Candramawat kucing kesayangannya pun dibawa serta. Di sanalah hingga akhir zaman nanti, Nyai Anteh menenun kain sambil sesekali menampakkan paras jelitanya kepada para pecinta purnama yang bersedia meluangkan sejenak waktu untuk memandanginya.


Nenek tercinta, kini aku sudah menjelma menjadi perempuan dewasa. Dirimu pun sudah dipanggil ke haribaan Nya. Namun kisah indahmu tentang Nini Anteh akan tetap terkenang hingga akhir hayatku. Aku mahfum apa yang sesungguhnya Nenek ingin sampaikan kepadaku. Jadilah perempuan yang tahu menjaga
kehormatan dan kesucian diri. Jadilah perempuan yang berani mengatakan TIDAK pada godaan hawa nafsu. Jadilah perempuan yang memiliki empati, setia kawan dan tenggang rasa yang tinggi. Jadilah perempuan yang mengharamkan sesuatu yang bukan milikmu, meski engkau sangat menginginkannya.

Nenek tercinta, Nini Anteh tidak nyata. Namun semua nasihatmu begitu nyata bagiku. Sampai kapanku, akan selalu kuingat, bahwa anak-anak yang baik, hanya dilahirkan dari rahim perempuan yang baik, yang pandai menjaga martabatnya. Bukan dari perempuan yang kotor hati dan suka merebut milik orang lain. Aku ingin menjadi istri dan ibu yang setia, yang tidak akan pernah merebut suami orang lain. Aku akan setia pada suami dan anak-anakku. insyaallah !

Di luar jendelaku, bulan kian meninggi dan semburat peraknya kini tersaput jingga ….

Menenun, menenun, menenunlah Nini Anteh, hingga Sang Pemilik Purnama dan Pemilik dirimu, mengakhiri kehidupan ini …

Salam sayang,
anni - Sukabumi 150711


Comments from Facebook