Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Saturday, December 29, 2012

Kreatif Mengajarkan Pendidikan Seks Pada Anak


Sewaktu aku mengunjungi ibuku di Bandung, aku bertemu dengan adik iparku di sana dan kamipun asyik mengobrol karena rindu sudah lama tak bertemu. Sedang asyik ngobrol gitu, tiba-tiba keponakanku (anak adik iparku itu) yang baru berumur 2 tahun  berlari-lari keluar dari toilet tanpa celana dalam. Spontan aku menegur bocah perempuan kecil itu. ” Eh Ade, kok nggak pakai celana ? iih malu dong. Ayo, pakai celana dulu. Sini dipakein sama Bude ! “
Mendengar kata-kataku itu, kakak si Ade yang juga anak perempuan balita berumur 4 tahun, dengan kalem menimpali, ” iya Ade, malu kan nggak pake celana, nanti vagina nya kelihatan ! “

Dhegg !!  Spontan jantungku serasa mencelot keluar saking kagetnya. Untung saja nggak sampai berhenti berdetak. Hampir aku tak mempercayai telingaku, mendengar bocah cilik yang baru berumur 4 tahun, dengan lancar dan fasih menyebut kata VAGINA. Refleks aku melotot ke arah adik iparku - mama para bocah itu - dan dia membalas memandangku dengan tatapan ” ada yang aneh ?”

Haduh, ini siapa yang error sih. Aku atau adik iparku ya? Akhirnya setelah terbengong sejenak, buru-buru aku memakaikan celana dalam kepada ponakan cilikku itu, kemudian sang Mama meminta mereka bermain di ruang TV.
“Kenapa kamu ngajarin si Kakak ngomong seperti itu ?” Tanpa basa-basi aku langsung menginterogasi adikku.

” Lho, memangnya kenapa ? ada yang salah ?”, jawabnya.

” Salah sih enggak, cuma nggak lazim aja anak segede itu ngomongin istilah yang serem kaya gitu “. Jawabku dengan ekspresi heran. Kok bisa-bisanya adik iparku ini nggak ngerti ada yang salah dengan omongan si Kakak tadi.

” Kalau begitu, si Kakak harus diajarin istilah apa dong untuk menyebutkan alat vitalnya ?”, balas adikku. Dia terlihat mulai serius. Dibetulkannya letak kaca mata minusnya, seraya kedua tangannya membenahi kerudung panjang warna krem bermotif bunga kecil-kecil cokelat yang meliliti leher dan kepalanya.

 “Kenapa nggak diajarin kata KEMALUAN aja ?” Jawabku yakin.

” Kemaluan ? Itu kan nggak jelas jenis kelaminnya”, sanggah adikku.

“Istilah kemaluan itu tanpa gender, karena dapat digunakan untuk kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Sementara anak-anak sedari kecil sudah harus diajari perbedaan antara kelamin laki-laki dan perempuan yang memiliki nama berbeda. Si Kakak dan si Ade sudah tahu kok, kalau kelamin laki-laki itu namanya penis, dan kelamin perempuan itu namanya vagina. Mereka juga sudah tahu bagaimana perbedaan bentuknya “. Begitu adikku menjelaskan panjang lebar. Sampai terbelalak aku dibuatnya.

Aih, oalah, OMG, Gustiii …  dunia sudah mau kiamat nih keknya ! Tapi gimana ya,  omongan adikku itu memang bener kok. Sangat bisa diterima oleh akalku. Memang begitulah seharusnya.

” Oke, kamu benar kalau begitu. Tapi ingat, sekarang tugas kamu adalah menjaga agar si kakak dan si ade nggak sembarangan mengumbar kata-kata itu, di sembarang tempat dan di depan orang banyak, karena ini Bandung,  karena ini Indonesia, dan karena kata-kata itu masih berkonotasi sangat saru. OK ? “. Begitulah aku menasihati adikku, yang dibalas dengan senyuman bandel adik iparku yang masih muda dan cerdas itu. Setelah itu aku memutuskan mengganti topik pembicaraan. Ogah berpanjang-panjang eh berlama-lama membahas soal kemaluan. Malu kan.


Adik iparku memang sudah benar. Dan begitulah seharusnya para ibu muda atau para orang tua muda memberikan pendidikan seks kepada anak-anaknya. Zaman sudah menjadi sedemikian maju, dan anak-anak harus dipersiapkan beradaptasi dengan perubahan yang sangat cepat itu. Pendidikan seks harus diberikan sejak dini. Anak-anak berhak mengetahui nama-nama anggota tubuh dan fungsinya, termasuk dalam bahasan ini adalah  mengenal organ genitalnya. Mereka berhak mengetahuinya, karena dengan demikian, kelak di kemudian hari  mereka diharapkan dapat menjaga, merawat, dan menghargai organ genitalnya itu dengan baik.

Saya jadi teringat pada kata-kata salah seorang dosenku. Kata beliau, ketika kita bermaksud memberikan pendidikan seks kepada anak-anak yang berusia masih sangat muda, maka biasakanlah menggunakan  nama-nama ilmiah untuk menyebut organ intim. Penyebutan kata “Kelamin” atau “Kemaluan”, hanya akan menyebabkan kebingungan pada anak tentang fakta perbedaan gender. Kata-kata tersebut boleh digunakan untuk bahasa formal, atau untuk alasan sopan santun. Dan ini yang penting dicamkan, hindarkan mengajari anak nama-nama jenis kelamin dengan bahasa daerah, karena entah apa alasannya, penggunaan bahasa daerah untuk organ kelamin akan memberikan kesan porno. Juga jangan menggunakan analogi untuk menyebut alat kelamin, semisal “burung” sebagai pengganti kata penis, dan sebagainya, karena anak akan mengalami mispersepsi. 

Yang penting diingat juga oleh para pasangan muda ketika memberikan pendidikan seks pada anak adalah, berikan penjelasan tentang masalah seksual ini dalam koridor ajaran agama yang kita anut. Hal tersebut sangat urgen mengingat anak-anak diharapkan berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan memegang teguh norma agama dalam kehidupan seksualnya ketika mereka dewasa nanti.
Selanjutnya, pendidikan seks tidak sama dengan pendidikan bercinta. Jadi jangan ajari anak umpamanya teknik foreplay, cara memuaskan istri, posisi bercinta, dsb, karena bukan itu tujuan pendidikan seks bagi anak-anak, disamping memang belum saatnya mereka mengetahui sejauh itu.

Yang ini juga penting lho, lakukan pendidikan seks ini dengan serius. Artinya, serius suasana dan serius pula ekspresi wajah ketika kita memberikan penjelasan. Sekali kita menjelaskan sambil bercanda, bergurau, main-main, maka sejengkal lagi kita akan memasuki dunia pornografi bersama anak-anak kita. Naudzubillah …
Nah, itulah petuah Bapak dosenku yang masih aku ingat sampai sekarang. Selebihnya, aku yakin banyak diantara teman-teman kompasianer yang lebih berkompeten untuk membahas tuntas masalah sex education bagi anak-anak ini.

Masalah seksualitas memang tak pernah habis dibahas. Baik secara terang-terangan atau diam-diam. Sambil cekikikan atau bisik-bisik. Di hotel berbintang, di bangku sekolah, di kantor, di angkot, atau di gang-gang sempit. Semua dengan motifnya sendiri-sendiri. Jika tidak hati-hati, bukan mustahil anak-anak kita akan terpapar “pendidikan” seks yang salah kaprah. Pastikan mereka mengetahui informasi seputar seks dari tangan pertama yang bertanggung jawab, yakni dari orang tua dan guru. Pastikan agar mereka tidak malu bertanya yang membuat mereka harus berselancar di dunia maya dan tersesat di situs mesum.
Jangan juga terlalu percaya pada buku pegangan yang tidak selektif,  seperti LKS bermasalah tempo hari yang  mengungkap soal nikah siri, istri simpanan, selingkuh, dll. Itu sih jelas-jelas ngaco. 

Dan ini yang tak kalah pentingnya : bekali diri kita dengan ilmu pendidikan seks yang benar, kemudian menyingkirkan semua rasa jengah, rikuh dan malu. Ingat, zaman sudah berubah, dan yang kita hadapi adalah buah hati kita sendiri. Mengapa harus malu.
Nah, selamat mendidik ya teman-teman :)


Salam sayang,
Anni


sumber ilustrasi gambar : 
www.wide-wallpapers.net
www.mahalo.com

Wednesday, December 26, 2012

Cantik Sih Cantik ! Tapi, Sumpe Loe ... !


Sumpe Loe apaan ??  bentar, sabaar … simak dulu dong ah ceritaku ini, okehh ?
Yuks ah maree …
*****
Ashar ini terasa lebih panas dari ashar biasanya. Debu beterbangan berputar di udara yang pengap oleh asap yang keluar dari knalpot ribuan kendaraan bermotor yang merayap memadati ruas kiri dan kanan jalan. Mana lapar,mana haus, mana cape lagi. Di suasana yang nelangsa seperti ini,  nikmat apalagi coba yang melebihi nikmat mendapat angkot dan kebagian tempat duduk bersebelahan dengan gadis cantik bening yang tersenyum manis di balik dandanannya yang catchy ? Ahh segarnyaa … Lupa deh semua kesuntukkan di hari ini, hilang semua bete di hati, lewat segala rasa lapar dan dahaga sesiang tadi ….

Posisi dudukpun ditegakkan agar terlihat lebih gagah, kemeja dirapikan biar terlihat elegan, rambut di sisir kilat dengan empat jari kanan, dan eit…jangan lupa, pasang wajah ramah dong, tersenyum dan menyiapkan pertanyaan atau jawaban cerdas  kalau-kalau ada kesempatan bertegur sapa dengan si Nona cantik …
5 menit, 7 menit, tak ada sesuatupun yang terjadi. Posisi dudukpun sudah agak tak nyaman lagi. Si gadis manis masih bungkam seribu bahasa, tak ada segarispun sinyal yang menunjukkan si dia siap membuka komunikasi meski  selintas anggukkan kecil. Okelah nggak masalah, biasa kan, gadis-gadis cakep memang suka jual mahal ! Kita lihat saja nanti …

Tapi, setelah beberapa lama, mulai terasa ada yang mengganggu. Kok rasanya angkot jurusan Stasiun Hall- Cimahi kali ini agak lain dari biasanya ya. Bukan soal lagu dangdut koplo yang diputar keras-keras lewat pengeras suara yang kotaknya didesain segede gaban - dan volumenya digeber sampai menggetarkan jendela kaca, bukan itu rasanya. Tapi … kok aroma angkot ini lain dari biasanya. Lazimnya kan bagian dalam angkot itu berbau bensin, campur bau asap, dan kadang diselingi bau apek jok penumpang, itu juga jarang sih. Kali ini baunya lebih menyengat. Ada kaya bau bawang mentah gitu lho, campur bau kecut, campur bau belenok (ini istilah dalam bahasa Sunda yang nggak bisa ditranslate), hadeuuh …  ! Ini sebenernya bau apaan sih ?? ampun dah, sampai mual gini ..

Lalu usut punya usut, ternyata sodara-sodara, itu bau yang aneh bin ajaib itu, berasal dari  badan si Neng geulis eta ! Beneran deh, lha wong, ketika penumpang bertambah banyak, dan si Neng terus menggeser duduknya sampai merapat ke tubuh si mahasiswa ganteng keponakanku itu, baunya semakin menyengat kok ! Alamak, pikir keponakanku, sumpe loe, cakep-cakep kok bau keteknya sampai cetar membahana  ….
Yah, langsung deh berasa illfeel, batal deh segala kecantikannya, hilang segala selera berkenalan apalagi naksir. Dan mendadak segala rasa gerah, cape, bete, lapar dan haus, serentak menyergap tanpa ampun lagi. Oalah, nassip nasip ! Cintapun layu sebelum berkembang. Apes banget …

Nah, itulah sekilas curhat keponakanku, anak cowok berwajah tampan, yang baru duduk di smester 3 salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung tentang pengalamannya bertemu dengan makhluk elok tapi (masyaallah!) berbau blenok tersebut … Hmmh …


Baiklah kalau begitu. Masalahnya sebetulnya sepele. Tentang seorang pemuda tampan yang bertemu dengan gadis cantik. Idealnya kan cerita akan berlanjut indah, dengan bumbu bunga cinta, kalau kemudian ada chemistry diantara keduanya. Lalu kisah pun berakhir bahagia. Namun kadang hidup ini memang tidak seperti persamaan garis linear, yang dapat diperkirakan akan seperti apa hasilnya dalam langkah kesekian. Alih-alih serba teratur dan mudah ditebak, hidup seringkali memiliki jiwa dan jalannya sendiri yang kadang sangat tak terduga.

Gadis cantik dengan bau ketiak  yang menyengat. Sungguh sebuah perpaduan yang mengganggu keseimbangan alam semesta, bukan ? Tapi itulah kenyataannya.
Alangkah banyaknya kita temui ketidak teraturan, ketidak seimbangan dalam kehidupan kita sehari-hari. Contohnya ya itu tadi.  orang yang aroma tubuhnya mengganggu kenyamanan syaraf penciuman kita. Dan sangat disayangkan banyak diantara pemilik aroma memualkan itu adalah orang-orang yang berpenampilan elok, baik raut wajah, maupun bentuk tubuh dan cara berdandannya. Sangat mengherankan, mengapa orang semenarik itu tidak aware dengan bau tubuhnya sendiri. Namun lebih mengherankan lagi, mengapa pasangan mereka tidak komplain dengan bau badan pasangannya ? Benarkah mereka merasa nyaman-nyaman saja ? Ataukah indera penciuman mereka telah berdaptasi sedemikian tinggi terhadap segala level bau busuk ? Atau adakah jawaban metafisis dibalik semua keanehan itu, semisal “kalau cinta sudah dihati, bau kaki sewangi aroma keshturi ” ? entahlah, hanya para pemabuk cinta yang dapat menjawab misteri ini.

Kalau menurut hemat saya sih, orang itu sebetulnya boleh saja berwajah biasa-biasa saja, alias tidak terlalu ganteng atau terlalu cantik. Juga tak harus berdandan sedemikian rupa agar menarik perhatian orang lain terutama perhatian lawan jenis. Orang itu yang penting, menarik. Artinya selain punya inner beauty, dia juga harus enak dipandang, alias rapi, bersih, dan membuat orang yang berada di dekatnya merasa nyaman. Nah, di dalam point kenyamanan inilah, terletak sebuah etika pergaulan yang berbunyi : dilarang menguarkan bau badan ! Karena bau badan yang tidak sedap akan mengganggu kenyamanan orang lain. Percayalah, secantik, seganteng, secerdas, sesukses apapun anda, nilai anda akan berkurang banyak, manakala tubuh anda mengeluarkan dan menyebarkan bau badan yang tidak sedap, baik bau yang berasal dari mulut, ketiak, (maaf) area genital, atau dari telapak dan jari kaki anda. Sayang sekali bukan ?

Aroma yang dikeluarkan tubuh manusia memang berbeda-beda tingkatan baunya. Penyebabnya dan cara mengatasinya punbermacam-macam pula. Kalau ingin tahu informasi selengkapnya, ya tinggal googling saja, beres. Yang terpenting justru kita sebagai pemilik tubuh ini. Kita harus memiliki sensitifitas tingkat tinggi terhadap segala rupa bau-bauan mencurigakan yang berasal dari dalam tubuh kita. Jika kita tidak memiliki kepekaan itu, mintalah bantuan pasangan, sahabat, teman, saudara, atau siapa saja orang yang anda percayai, untuk mengatakan yang sebenarnya tentang aroma tubuh anda. Setelah itu, jika mereka memang mengatakan bahwa bau tubuh anda tidak enak, segeralah atasi masalahnya, kalau perlu pergilah ke dokter untuk mengatasi gangguan tersebut secara medis.

Setiap orang memang seharusnya tidak mengganggu lingkungan dengan hal sekecil apapun, bahkan semisal dengan aroma tubuh yang tidak sedap. Namun demikian bukan berarti lantas kita harus tampil wangi sewangi-wanginya. Bukan begitu ! Aroma parfum yang terlampau wangipun, seringkali membuat orang yang ada di sekitar kitapun, terganggu lho !  Bisa bikin pusing sampai migren, sesak nafas akibat reaksi alergi yang berlebihan dan masih banyak lagi. Jangan sampai deh gara-gara kita, orang lain jadi menderita.
Kalau begitu, harus bagaimana dong aroma tubuh kita, agar orang lain merasa nyaman ? Well, saya bukan seorang ahli kecantikan, bukan pula seorang pakar kepribadian. Saya hanya seorang perempuan biasa yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan pendidik. Jadi saya akan menjawab berdasarkan pandangan saya dengan kapasitas saya tersebut. Mau tau jawabnnya ? Ayo.. Scroll sedikit lagi ke bawah …

Aroma tubuh yang membuat nyaman dan berkesan sopan adalah aroma yang segar, wanginya sekilas, membuat hidung betah berlama-lama menghirup aroma segar itu. Wangi segar ini sangat penting, agar kita tidak berkesan murahan dan bermaksud menggoda. Wangi segar ini dapat kita peroleh dari parfum atau deodorant beraroma mawar, orchid, gardenia, citrus, apel, melon, sandalwoods, dan sebagainya.

Nah bagaimana ? Sudahkah anda mencium aroma tubuh anda sendiri hari ini ? Kalau belum lakukan sekarang juga, lalu atasi problema anda. Apalagi jika profesi anda mengharuskan anda berada diantara banyak orang dan selalu berhubungan dengan banyak pihak. Percayalah, aroma tubuh yang segar menjadi salah satu prasyarat yang penting bagi kesuksesan anda.

Akhir kata, selamat menciumi aroma tubuh kita sendiri, dan aroma tubuh pasangan kita. Selamat saling mengendus yaa … He he …

Salam sayang,
Anni

sumber ilustrasi gambar :
www.ellaswork.blogspot.com
www.cbsnews.com

Pastikan Bidadarimu Bebas Kutu, Kasihan kan...

Kepanjangan ya judul tulisan ini ? He he … sori menyori deh. Tadinya mau diberi judul Anakku Bidadariku. Tapi saya hapus lagi, karena dipikir-pikir kok jadi kaya judul film jadul tahun 80 an …
Begini lho, saya teringat obrolan saya di dunia maya dengan salah seorang sahabat yang kebetulan punya anak perempuan kecil yang umurnya sekitar 8 atau 9 tahunan. Saya sendiri belum pernah melihat secara langsung gadis cilik itu, hanya melalui foto-foto yang diupload di facebook saja.Kelihatannya anak itu berparas cantik dan berkulit putih seperti Ibundanya. Ekspresi wajahnya ceria manja khas anak seusianya. Dia berkerudung namun tetap terlihat lincah dan gesit, setidaknya tampak dari cara dia berpose sambil melompat-lompat, bercelana jeans, dan kadang bersepatu kets meski sedang berbusana muslim model long dress. 

Nama anak itu Dina. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan Dina, jika saja Bundanya tidak mengobrol denganku soal putri ciliknya itu.Sebetulnya obrolannya cuma satu topik : tentang banyaknya kutu di rambut Dina. Segala cara membasmi telah dicoba, namun kutu-kutu itu tetap saja betah bersarang di kepala Dina dan membuat gadis itu terganggu. Hmm … Kasihan sekali ya, cantik-cantik kok ada kutunya.
Nah ya sudah, berhubung saya ditanya, keluar deh naluriku sebagai Ibu Guru yang bawaannya nerangin panjang lebar. Dan ini lah jawaban saya. Saya buat perpoint ya, biar jelas. Maklum ibu guru kan pengennya serba sistematis, he he … 

1. Anak perempuan seumuran Dina itu, tubuhnya sedang dalam proses pertumbuhan yang pesat, termasuk pertumbuhan hormon perempuan (terutama hormon estrogen dan progesteron) di dalam tubuhnya. Konon katanya, kedua hormon ini berbau anyir. Sehingga itulah sebabnya, anak-anak perempuan seusia Dina, jika kebersihannya tidak dirawat dengan baik, akan menguarkan bau anyir dari sekujur tubuhnya, terutama di bagian kulit kepala dan kemaluannya. Aromanya seperti apa ya, kurang lebih seperti ikan mentah gitu deh. Tapi kalau kata adik saya, baunya mirip bau Kucing (memangnya Kucing ada baunya ya ? he he …) 

2. Bau-bauan tidak sedap yang berasal dari kulit kepala, ditambah anak yang jarang keramas, lalu terkena terik matahari, bercampur keringat dan debu, tentu menjadi hunian yang menarik bagi para kutu dan parasit sebangsanya. Selanjutnya bersaranglah mereka dengan manisnya di kepala Dina dan anak-anak lainnya. 

3. Cara mengobatinya sebetulnya mudah saja. Tapi yang lebih penting adalah pencegahannya. Begini caranya : Cuci rambut anak dengan shampoo yang sesuai. Garuk kulit kepalanya dengan lembut namun mantap. Gunakan ujung jari, jangan gunakan kuku,karena kulit kepala anak dapat terluka. Oleh karena itu, ibu-ibu yang mempunyai anak kecil, sebaiknya memang memotong pendek kukunya. Setelah dibilas dengan bersih, keringkan dengan handuk yang lembut dan bersih. Ambil cairan obat anti kutu, misalnya Peditox (maaf ya bukan promosi nih. Habis cuma merek itu yang saya tahu). Oleskan cairan itu ke seluruh permukaan kulit kepala sampai rata, sambil digosok perlahan. Bungkus kepala anak dengan handuk hingga rapat, diamkan 30 menit. Setelah itu, keramas lagi dengan air hangat kuku, selesai deh. Biasanya kutu rambut akan langsung mati atau kabur. Namun untuk kasus yang agak parah, cara tsb boleh diulangi lagi, satu kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Ada catatannya nih, seperti halnya pemakaian obat-obatan, meski obat luar, tetap saja kita harus hati-hati. Misalnya pertimbangkan usia anak dan pastikan bahwa kulit anak  tidak  akan  alergi setelah dioles obat ini.  Selanjutnya setelah pasukan kutu menghilang dari kepala, tinggal jaga deh kebersihan kulit kepala dan rambutnya. Agar rambut si kecil tampil indah, subur, sehat berkilau.

4. Masalah kutu insyaallah dapat diatasi dengan mudah. Pencegahannya itu yang lumayan ribet. Punya anak perempuan kecil, ibaratnya kita dititipi Allah Bidadari cilik di rumah. Jadi merawatnya pun, harus seperti merawat bidadari, tidak boleh asal-asalan. Dari ujung rambut sampai ujung kaki harus dirawat dengan cermat, terutama kebersihannya. Bukan berarti lantas bidadari kecil itu kita perlakukan seperti sosialita yang dikit-dikit nyalon, bukan. Maksudnya, dengan perawatan standar yang tersedia di rumah kita, kita rawat bidadari cilik itu dengan telaten dan sebaik-baiknya. Dari mulai mandi yang wajib dilakukan 2 kali sehari, menggosok gigi setiap habis makan minimal menjelang tidur, keramas 2 hari sekali, dll. Itu masih standar banget. Yang namanya anak gadis, biar kecil sudah punya kosmetik sendiri. Mulai talek atau bedak, baby cream atau baby lotion biar kulit lembutnya tetap halus dan segar, minyak kayu putih atau cologne, biar aroma bidadari kita tetap wangi, dll. Soal aroma ini sangat penting. Upayakan agar anak-anak kita selalu beraroma wangi dan segar, tidak hanya tubuhnya, namun juga mulut, rambut,kaki, dan pakaiannya. Jangan sampai ketika anak-anak kita lewat, tetangga sampai berjengit menutup hidungnya saking nggak tahan dengan bau yang mirip bau kucing itu. Jangan sampai deh, sakit hati soalnya. Tapi jangan sampai juga anak 
gadis kita kebanyakan kosmetik, nanti penampilannya malah kaya artis sinetron. Jadi hilang deh lucunya.

5. Biasakanlah anak mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan. Kaos kaki dan pakaian dalam harus sering diganti. Sepatu harus sering dicuci dan dijemur di bawah panas matahari. Pakaian dicuci bersih,lalu disetrika untuk menghilangkan kuman dan bau. Sekali lagi, ini demi beningnya penampilan bidadari kita. 

6. Memilih pakaian bagi para bidadari cilik adalah kegiatan yang pada umumnya menyenangkan. Gak perlu mahal atau mewah, yang penting manis dan serasi dipandang. Lalu soal asupan gizi juga penting, perawatan kesehatan, memilih tempat, jenis, dan alat bermain, dll juga tak kalah pentingnya. Nah kan, dari ngomongin kutu kok jadi melebar kemana-mana. Abis bagaimana, senang sih punya bidadari … 

   

Lha terus, yang nggak punya bidadari, yang anaknya cowok semua, dianggap punya apa kalau begitu ? Oh tenang saja, kalau anak perempuan diibaratkan bidadari, maka anak laki-laki diibaratkan malaikat pelindung. Tapi ngomongin tentang Malaikat ini entar-entar aja ya, soalnya tulisannya nanti jadi puanjang bangeds. Pegel kan ngetiknya  …

7. Terakhir nih, maaf ya kalau terkesan menggurui. Harap maklum, namanya juga ibu Guru, kerjanya ya memang menggurui, he he … (Maksudnya mohon maaf kepada ibu-ibu yang lebih pakar). Dah ah, mau masuk kelas lagi. Semoga bermanfaat ya …

Salam sayang,
Anni - sukabumi
# eh ngomong-ngomong, Dina itu hanya nama samaran saja :)

sumber ilustrasi gambar :
www.people.desktopnexus.com
www.kakeyo.blogspot.com

Thursday, December 20, 2012

Tua - Tua kok Galau. Malu tau ...

 
Aku kenal beberapa teman yang sering membuat status bernada galau di timeline account facebook atau Twitter mereka. Sekali, dua kali, aku pikir mereka hanya sekedar iseng. Namun ketika hampir setiap hari mereka mengupdate status galau, aku jadi mikir, jangan- jangan teman-temanku ini sedang dilanda puber kedua, alias benar-benar sedang jatuh cinta di ambang usia senja. Ah asyiknyaa …
Asyik ? Apanya yang asyik ?!
Yaa … Maksudku, asyik mengamati mereka, membaca bunga-bunga hati yang tercurah lewat kata-kata, mengamati tingkah polah mereka yang mirip anak abege, mengamati foto dan lagu-lagu romantis yang mereka up load, dan sebagainya, begitu … 

Aku sebetulnya bukan jenis orang yang berminat apalagi usil pada urusan orang lain. Namun, ketika sesekali aku membuka sosmed, dan status galau teman-temanku itu terbaca, entah kenapa aku suka berubah jadi makhluk yang kepo. Rasanya senang saja mengikuti aliran pikiran mereka yang nggak sadar umur, tidak sensitif terhadap status sosialnya sendiri, bercanda saling menggoda sampai lupa anak cucu, dsb. 

Sumpah tadinya aku paling sebal sama kelakuan orang separuh baya yang genit yang sedang dilanda asmara puber kedua. Pinginnya, aku tuh mendatangi mereka, lalu bilang,” heh, ingat umur dong, ingat anak cucu dong ! ngacaa … ngacaaa …!”. Hmm … Tapi tentu saja itu semua tak kulakukan, karena takut kuwalat. Lagi pula bisa-bisa aku dicap orang jutek. Bisa batal dong reputasiku sebagai orang yang ramah, hhee ..
Jatuh cinta memang dapat melanda siapa saja, tidak peduli tua atau muda. Jika anak-anak muda terkena panah asmara, tak kan ada orang yang meributkan, karena itu sudah biasa. Namun ketika perasaan indah yang sangat kuat itu melanda orang-orang yang sudah berumur, nah bisa lain urusannya. Bisa panjang ceritanya. Bisa berakhir bahagia atau sedih, tergantung nasib masing-masing orang yang mengalamainya. 

Konon katanya, jatuh cinta di kalangan orang paruh baya dapat berakibat fatal,lho. Penyebabnya adalah, karena seringkali mereka mencinta tanpa motif yang jelas, alias tidak ada alasan yang pasti mengapa mereka mencintai seseorang. Dan bukankah cinta yang tanpa alasan adalah cinta yang sangat kuat ? Coba saja bayangkan. Anda sudah berusia 40 an, sudah berkeluarga, dengan keadaan ekonomi mapan, anak sudah remaja, atau bahkan sudah punya cucu, dan sudah merasa cukup dengan kehidupan anda, tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang membuat anda tertarik, dan sebelum anda menyadari perasaan itu, si dia sudah menyatakan lebih dahulu perasaan cintanya pada anda. Ketika anda bertanya apa alasanya sehingga dia mencintai anda, dia menjawab, aku mencintaimu tanpa alasan. Aku mencintaimu, karena aku cinta kamu. itu saja.Bagaimana reaksi anda ? Jadi mikir kan ? 

Nah, biar mikirnya nggak kelamaan, baiklah aku beritahu, bahwa itulah jenis cinta yang paling kuat di dunia ini. Cinta yang tanpa alasan ! Dahsyat bukan ? (Trus gw harus bilang wow, gitu ? Oh, nggak,nggak usah dibilang wow juga, cinta jenis ini memang dari sono nya sudah wow ! )
Lalu bagaimana kalau sudah begitu ? Kalau sudah terlanjur sayang bagaimana ? Yaa.. Nggak gimana-mana, biasa saja, sepertimana layaknya orang jatuh cinta lah. Selalu faktor perasaan keluarga, kesehatan fisik dan mental, norma, harus tetap menjadi pertimbangan utama untuk menghadapi masalah yang ribet tapi enak ini. Kehati-hatian dan kedewasaan (sudah lewat dewasa sih, jadi lebih tepatnya faktor ketuaan) harus lebih dikedepankan. Singkirkan semua emosi, egoisme, dan ini yang penting : sikap obsesif, karena orang yang sudah tuwir biasanya suka obsesiif. 

Jika panah asmara mengenai orang-orang paruh baya yang berstatus single, tentu tak menjadi masalah. Jika sama-sama cocok, keluarga tidak berkeberatan, ya sudah, menikah saja. sederhana kan ? Tapi masalahnya akan berbeda jika si dewa asmara cilik Cupid salah menembakkan anak panahnya ke hati orang yang memiliki pasangan. Masalahnya bisa runyam. Orang yang cukup beriman, mungkin hanya menyimpan perasaannya, menikmati diam-diam, sambil tak henti-henti minta ampun sama Allah karena merasa bersalah sudah menduakan cinta terhadap pasangannya. Tapi bagaimana dengan orang tua yang bandel ? Yah bisa ditebak deh, perselingkuhanlah yang kemudian terjadi. 

Bicara soal perselingkuhan mah gak ada habis-habisnya. Berbagai teori dikemukakan oleh para pakar mengenai penyebab dan akibat perselingkuhan. Disana selalu kita temui aktor antagonis yang sok cakep dan menyebalkan, pasangan yang merana karena dikhianati, dan pelengkap penderita baik itu anak, atau pasangan selingkuh, yang tak kalah nelangsanya. Cerita perselingkuhan akan bertambah seru jika para pelakunya (salah satu atau keduanya ) adalah orang-.orang yang sudah berumur. Kasusnya pasti akan dibahas panjang lebar, tak lupa ditambahi bumbu disana-sini agar cerita bertambah seru, namun dengan kesimpulan seragam : sudah tua bau tanah kok masih selingkuh ! Nggak tau diri banget, bukannya makin rajin ibadah, malah cinta-cintaan. Mbok ya ngaca, sudah keriput juga, mana perut buncit, rambut ubanan, nggak pantes banget ! Apa nggak takut mati ? Apa jantungnya kuat ? Apa nanti dengkulnya nggak copot ? Sebel …. ! Nah begitulah kurang lebih maki-makian yang dialamatkan kepada orang-orang paruh baya yang tengah dilanda demam cinta membara. Ah kasihan sekali …

 
Memangnya orang paruh baya, 40 tahun keatas, nggak boleh jatuh cinta ya ? Oh ya boleh-boleh saja. Lagi pula siapa sih orangnya yang bisa mengelak panah asmara coba ? Iya kan ?
Aku pikir, Allah punya hak prerogatif utuk memberi cinta kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Sebagian bernilai rezeki, sebagian lagi dengan maksud mencoba keimanan hambanya. Artinya, apakah jika Allah memberi kita rasa cinta kepada seseorang, sementara kita dalam kondisi berpasangan, kita akan tetap berjalan dalam koridor keridhoan Nya berupa tetap setia pada pasangan dan berusaha kuat menghalau rasa cinta itu, ataukah kita turuti saja kata hati kita untuk membina hubungan cinta terlarang yang indah namun menyakiti hati keluarga .
Sekali lagi, Cinta memang bisa melanda siapa saja, tak peduli umur. Dan cinta selalu indah, apalagi jika kita menyikapinya dalam kerangka yang sesuai dengan norma sosial, dan norma agama yang kita anut. Jika anda berusia paruh baya, berstatus single, dan jatuh cinta pada seseorang yang juga single, maka apa lagi yang ditunggu. Segeralah minta kesediaan kekasih hati anda itu untuk menjadi teman hidup anda dalam bahtera rumah tangga selamanya. Namun, jika cinta di hati anda itu berkategori cinta terlarang, yaa.. Apa boleh buat, buang saja jauh-jauh perasaan itu, lupakan. jika tidak, kubur saja dalam-dalam di hati anda, dan jangan dibahas lagi. 

Kembali ke status galau teman-teman para abege tua di situs jejaring sosial, aku sih senang-senang saja membacanya. Suka tersenyum simpul sendiri, sambil membayangkan berbunga - bunganya hati, perasaan hangat yang merayapi hati, binar mata, dan tatap manja. Itu kalau aku. Tapi teman-temanku punya pendapat yang berbeda. Makin banyak status galau diupdate di halaman sosmed, semakin tinggi tingkat kemuakan mereka pada kaum puberwan dan puberwati ini. Selanjutnya, klik unfriend deh. Nah lho …
Terus gimana dong, kalau sudah tua tapi jatuh cinta lagi ? Yaa.. Nggak gimana-gimana, bersikap normal saja, yang penting jangan mengekspos kegalauan di ruang publik. Malu ah. Dan selanjutnya terserah anda. Aku hanya mendoakan, apapun yang terjadi semoga berakhir bahagia, aamiin … 

Selamat berkasih sayang. Jaga hati ya teman - teman … :)


salam sayang,
anni

sumber ilustrasi : www.tulsaworld.com, www.mind.uci.edu