Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Thursday, February 28, 2013

Banyak Anak = Sehat = Bahagia



Apakah anda dilahirkan di tengah-tengah keluarga besar ? Jika ya, seberapa besar ? berapa jumlah anak terbanyak dalam satu keluarga ? 8 orang ? 10 orang ? 12 orang ? Atau lebih ? Mari kita bercerita tentang fantastisnya jumlah anak yang dilahirkan oleh keluarga-keluarga kita di masa yang lampau, dan bagaimana hebatnya orang tua kita memanage keluarganya yang besar itu.

Aku sendiri bersaudara 8 orang dari 14 orang anak yang dilahirkan ibuku. 6 orang saudaraku yang lain meninggal sejak di dalam kandungan, keguguran, atau sesaat setelah  dilahirkan. Namun angka 8orang anak itu termasuk sedikit. Karena saudara-saudara dari pihak Ayah dan Ibuku ada yang sampai memiliki 21 anak yang hidup.

Kalau dipikir-pikir, orang -orang tua zaman dulu itu benar-benar luar biasa. Menikah di usia yangsangat dini, dan memiliki anak dengan jumlah yang menyebabkan  proses persalinannyapun sangat mengancam keselamatan nyawa sang Ibu. Ajaibnya semua anak-anak itu tumbuh dengan sehat, padahal ekonomi keluarga Indonesia pada masa itu rata-rata sangat memprihatinkan, sementara tingkat pendidikan Ibu pun sangat rendah.
Kedua faktor ini - pendidikan dan ekonomi - sangat berkaitan erat dengan pola asupan gizi pada anak. Ibu yang kurang berpendidikan dengan tingkat ekonomi keluarga yang rendah pada umumnya kurang memahami seluk beluk asupan nutrisi yang tepat untuk anak-anaknya. Itu teorinya. Namun kenyataan menujukkan hal yang sebaliknya. Para ibu jadul yang hidup serba memprihatinkan  dan mungkin buta huruf itu, sukses membesarkan anak-anaknya menjadi manusia dewasa yang sehat dan berpendidikan tinggi. Jika Thomas Robelt Malthus pakar ekonomi dari Inggris itu mengetahui hal tersebut, kelihatannya dia harus mendefinisi ulang teori tentang pertumbuhan pangan dan pertumbuhan penduduknya yang tersohor itu.

Dan tentang ibuku, aku betul-betul kagum pada beliau yang sudah berusia 76 tahun ini. Tubuhnya masih kuat, jalannya masih tegak, gigi masih utuh, tidak berkacamata, sehat, dan ini yang penting : tidak pikun.  Padahal di masa mudanya Ibu melahirkan sampai 14 kali. Itu saja seharusnya sudah cukup menggerus kesehatannya. Belum lagi beliau harus membesarkan segambreng anaknya seorang diri tanpa pembantu rumah tangga apalagi baby sitter. Penghasilan Ayahku almarhum yang bekerja sebagai pegawai negeri tidak memungkinkan kami menggaji pembantu atau baby sitter. Namun demikian kami berdelapan tumbuh dengan sehat dan berpendidikan hingga ke perguruan tinggi. Kalau menurut perhitunganku sekarang, hal tersebut benar-benar tak masuk di akal. Bagaimana Ibu yang tidak mengenal ilmu mengatur keuangan keluarga, dapat mencukupi semua kebutuhan rumah tangga dengan dana yang sangat minim ? padahal ayah saya hanya pegawai negeri biasa, dan bukan koruptor pula. Namun begitulah kenyataannya, Ibu dapat mengatasinya dengan baik.

Sekarang ibu tinggal menuai hasil dari kerja keras semasa mudanya. Kini Ibu hidup santai menikmati hari tuanya, dicukupi materi oleh anak-anaknya seraya menyaksikan tumbuh kembang cucu-cucu dan buyut-buyutnya. Ibu benar-benar mengisi hari tuanya dengan hidup yang berkualitas. Mendatangi berbagai majlis taklim, menjadi anggota organisasi para ibu pensiunan, turut serta dalam wisata ke berbagai tempat yang indah, dll kehidupan yang menyenangkan.  Sayang Ayah sudah meninggal. Jika saja Ayahku masih ada, tentu beliau akan sangat bangga dengan istri tercintanya ini.

Jika kebetulan berkunjung ke rumahku di Sukabumi, dan mendengar keluh kesahku tentang badanku yang pegal-pegal karena bekerja di luar dan di dalam rumah, juga kerepotanku membesarkan dua gadis remaja, ibuku hanya berkomentar santai ” Kamu ini punya anak dua saja, repotnya kaya punya anak selusin “.
Mendengar itu aku hanya bisa diam sambil agak merasa malu. Habis mau bilang apa lagi, karena memang begitulah kenyataannya.  ibuku saja yang anaknya segudang dan mengurus segalanya seorang diri, sampai sepuh begitu masih sehat walafiat. Sementara aku, perasaan semenit sekali mengeluh dan kebanyakan manjanya ( nggak semenit sekali juga sih, lebay ahh ..)

Yang aku herankan, bagaimana cara ibuku menggembalakan kami anak-anaknya yang dulu tentu bandel-bandel juga. Bagaimana cara beliau membuat kami begitu patuh, menurut, dan bisa diatur oleh ibu seorang diri. Mungkin karena berbeda zaman ya. Mungkin karena dulu negara kita lebih tenteram, sehingga anak-anak mudanyapun tidak tergolong anak muda yang emosional dan sensi seperti pada umumnya anak muda zaman sekarang. Selain itu, ibu orangnya tidak terlalu banyak teori, tidak banyak bicara, tetapi banyak bekerja dan bertindak, jadi hasilnya terlihat nyata. Kalau ibu-ibu zaman sekarang kan saking pintarnya jadi kebanyakan teori, akibatnya anak-anaknya malah jadi  salah urus. Itu menurut ibuku.

Selain itu, zaman kami dibesarkan dulu di tahun 70 an sampai 90 an, belum banyak beredar sinetron, film, dan lagu-lagu yang sifatnya provokatif, mencontohkan perilaku tidak baik, semisal mengajarkan cara membangkang pada guru, melawan orang tua, merebut pacar orang semau-maunya sendiri, membully teman sekelas sampai sekarat, dll. Semua tayangan televisi pada masa itu sangat disensor dengan ketat. Akibatnya, kami tumbuh menjadi generasi yang taat aturan. Ini juga menurut analisaku yang aku buat sambil leyeh-leyeh di depan TV sepulang kerja. Kemudian penyebab lainnya sehingga ibuku begitu piawai mengurus anak-anaknya yang segambreng adalah …. Wah banyak deh, intinya aku menyimpulkan bahwa ibuku adalah perempuan sakti, wonder woman !

Aku benar-benar bangga pada ibu dan (alm) ayahku. Mereka orang yang sederhana, namun dalam kesederhanaannya itu mereka berhasil membesarkan dan mendidik anak-anaknya dengan sukses. Aku tak tahu harus dengan cara apa aku membalas budi baik mereka. Aku yakin, teman-temanpun punya kesan yang sama terhadap Ayah-Ibu tercinta. Betul ?
Nah teman-teman, mari menjadi orang tua yang kasih sayang kita akan dikenang oleh putra-putri kita di sepanjang hayatnya :)



Salam sayang,
anni

Yang Ganteng, Ngalah ...!





 Ini bukan tentang kehebohan Pilkada di Jawa Barat kemarin. Bukan juga tentang pemilihan Gubernur di DKI beberapa waktu lalu yang pemenangnya sudah kita ketahui bersama, yakni orang yang namanya paling sering muncul di media massa. Bukan, bukan tentang itu. Kalau tentang itu, berarti pemenangnya yang punya wajah jelek dong ? Wah gawat …

Ini obrolan yang ringan saja, karena aku lebih senang berbincang tentang hal-hal yang ringan dan santai, berhubung masalah-masalah yang berat dan bikin pening kepala sudah banyak dibahas oleh pakarnya. Aku ingin ngobrol tentang cinta. Cinta segi tiga tepatnya. Bagi sementara orang, cinta segitiga mungkin bukan obrolan ringan melainkan masalah yang sangat pelik. Namun pada akhirnya semua masalah berat atau ringan, benar-benar tergantung pada orang yang menjalaninya. Mau dibuat berat atau  dibuat ringan ? Kalau memilih dibuat ringan, mari ikut aku :)

Kadang hidup ini terasa aneh. Namun cinta lebih aneh lagi, jauh melebihi keanehan hidup itu sendiri. Cinta itu seperti nyawa yang tak memiliki  tubuh juga tanpa logika.  Dia bebas hinggap dimana saja semau-maunya sendiri. Ketika pada satu waktu cinta hinggap di hati dua orang yang sedang terkena panah asmara, dan hanya dua orang itu saja yang terkena sasarannya, sementara di hati masing-masing orang itu tak ada cinta yang lain, maka biasanya tidak akan timbul masalah. Justru itulah yang diharapkan. Artinya si dewa cupid kecil benar-benar pas membidikkan anak panah asmaranya ke sasaran yang tepat.
Namun akan berbeda ceritanya jika panah asmara ini mengenai  sekaligus hati tiga orang dalam satu waktu. Katakanlah dua orang laki-laki mencinta satu orang perempuan, dan satu orang perempuan itu mencintai kedua laki-laki itu sama beratnya, nah ini baru masalah. Apakah memang ada kejadian seperti itu ? Wah ada, banyak malah. Ini salah satu contohnya :

Aku punya keponakan yang  wajahnya lumayan ganteng. Eh ganteng deng. Nah, pada suatu hari keponakanku yang berusia 20 tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa ini, kelihatan bermuram durja. Ya galau lah ..
Jujur aku paling tidak nyaman kalau melihat ada orang yang wajahnya kecut seperti cuka apel gitu. Pinginnya aku datangi saja orang itu, lalu bertanya ,” Hei, kenapa muka kamu dilipat-lipat begitu ? ada masalah apa ? apakah ada masalah keuangan ? “
Dan sebagai reaksinya, biasanya orang yang aku tegur itu akan tersenyum dan menceritakan penyebab kesebalan hatinya kepadaku. Lalu  lambat laun air mukanya akan berubah menjadi ceria lagi, mungkin karena sebagian kekesalannya sudah tercurahkan. Namun sebagai akibatnya aku yang akhirnya malah jadi bete mendengar keluh kesah dia. Tapi nggak apa-apa sih, karena kalaupun lagi kesal aku jarang cemberut kok, jadi nggak akan ada orang yang akan merasa  kesal melihat wajahku. Beneran.

Keponakanku itu menceritakan, bahwa cewek gebetannya ditembak (halah ditembak… ) sama cowok yang sama-sama duduk di satu jurusan, seangkatan lagi. Itu saja sudah membuat hati keponakanku sebal bukan kepalang.  Tapi lebih sebal lagi karena ternyata si cewek gebetannya ini, selain menaruh hati sama keponakanku, juga menaruh hati pada cowok yang nembak terakhir itu. Apes kan ?
” Halaahh, gitu aja ribet. Gampang soal kaya gituan mahh ..”, kataku kalem.

” ih tante Anni, gampang gimana ? Udah jelas tuh cewek gak punya pendirian, kok gampang sih ? Tante pasti sering punya pengalaman kaya gini ya ? hayo ngakuu … “
( dih ini anak, dikasih tahu kok malah mitnah Tantenya ?! )

” Bukan begituu …, maksud Tante, masalah ini gampang diselesaikan, asal kamu pakai logika kamu aja “, jawabku sambil mendorong jidatnya dengan telunjukku.

” Logika gimana, Tante ?”

“Begini, kalau dibandingkan, siapa yang lebih ganteng, kamu atau cowok itu ?”

” Ya jelas gantengan aku lah, Tan ! dia mah udah mukanya ancur, item, jelek, mana IPK nya jeblok, manaa …..  ”
” Halah sudah-sudah ! ” Aku memotong pembicaraannya yang sudah  mulai ngaco.
” Sebel sih sebel, tapi nggak usah pake bawa-bawa IPK  gitu kali  .! “
Mendengar hardikanku, keponakanku hanya bisa terdiam sambil manyun.

” Oke, kalau begitu, apa maumu sekarang “, tanyaku meredakan.

” Gak tau deh Tan …”, jawab keponakanku sambil tengkurap di atas karpet.

” Begini. Dalam masalah asmara “, aku memulai khotbahku. ” Kalau ada dua orang laki-laki mencintai seorang perempuan, sementara perempuan itu sulit menentukan pilihannya, maka etikanya adalah, yang wajahnya ganteng yang harus mengalah “

” Kok gitu Tan ? “

” Ya iyalah begitu. Karena logikanya, orang ganteng itu gampang mencari perempuan lagi. Kalaupun tidak mencari, perempuan yang berminat juga banyak. Jadi buat apa memperebutkan cinta yang nggak jelas seperti itu ? Bikin malu korps orang ganteng saja ! ” Jelasku panjang lebar.

Mendengar itu keponakanku malah jadi termangu, bengong. Entah karena omonganku masuk di akal dia, atau sebaliknya menganggap tantenya ini sudah mulai error, tak tahulah aku. Yang jelas akhirnya dia bilang ,
” Oke Tante, kalau gitu, aku mau ngelupain dia aja, mau cari yang lain aja “

” Nah, begitu. Bagus ituu !  Sana cari Cewek yang lebih segala-galanya dari dia. Jangan cengeng kalau jadi cowok “.

” Siap Tante ! tengkyu Tante. ..” pungkasnya sambil kabur menstarter motornya, entah mau ngabur ke mana tuh anak.

Akhir kisah, aku dengar si ganteng keponakanku itu  masih menjomblo, karena ingin cepat-cepat lulus kuliah  katanya. Tapi dia senang-senang saja karena hidupnya terasa indah dikerubuti cewek-cewek yang kagum pada kegantengannya. Soal pacaran, dia mengaku akan menunda kalau sudah dekat ke pernikahan saja. Nah baguslah kalau begitu. Itu baru keponakanku.

Bagaimana ? teman-teman lihat sendiri betapa ahlinya aku menyelesaikan masalah percintaan ini, bukan ? Well, let’s move on ! selamat menjalani hidup dengan penuh semangat ya teman-teman :)



Salam sayang,
Anni
Ps : No hard feeling, please :)