Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Wednesday, September 25, 2013

Serani Di Noda by : Bimbo




 Serani Di Noda  by :  Bimbo

gelap di balik
lonceng gereja
di sebuah
perkampungan tua

terbilang jarak
sungai dan bukit
sekitar hutan
dahlia

dari petikan
suara harpa
irama hati
tengah menerpa

kisah seorang
biarawati
yang tenggelam
dalam cinta

redup pelita
di dalam biara
tampaklah wajah
Tuhannya

sekejap kalbu
terundung malang
tampaklah wajah
kasihnya

*
tampaklah wajah
kasihnya
wajah kasihnya
malu pada janji
serani suci...

setelah Alkitab
ditutupnya
ditinggalkan altar
yang mulia
hanya karena
seorang lelaki
nafsu dan cinta
birahi

Repeat *

sang malaikat
mengucap salam
selamat tinggal
oh, putra Maria
kau telah datang
ke sisi Tuhan
menebus dosa insani
 
cauda :
menebus dosa insani...

Jalak atau Jablay?



Suatu sore saya mendapati diri saya sedang mengantri di sebuah warung Sate Madura di dekat gang kompleks rumah saya. Saya bermaksud membeli Sate Ayam untuk lauk makan malam. Sambil menunggu dilayani, dengan terpaksa saya mendengarkan alunan musik dangdut yang diputar keras- keras oleh si pemilik warung. Saking kerasnya saya sampai harus berteriak saat menyebutkan pesanan saya. Ampun deh kerasnya, apa nggak pada jadi tuli itu orang – orang yang seharian bekerja disana.

Tunggu dulu, ini bukan kisah tentang kuliner lezat yang bernama Sate Madura itu lho, ini tentang rasa takjub saya pada syair lagu dangdut yang digeber dengan volume super keras itu. Bagaimana tidak takjub, bunyi syairnya lumayan seronok, berkisah tentang kekesalan seorang perempuan yang selalu menjadi bahan perbincangan tetangga gara – gara statusnya sebagai seorang janda. Dia bilang, “ aku ini jalak, janda galak ! bukan jablay, janda lebay ! “ astaghfirullah  …

Saya lalu berpikir, ini lagu kok gitu banget ya ? kayak nggak dipikir dulu , gitu lho. Sambil mendengarkan saya lalu membayangkan sosok penyanyinya. Dalam bayangan saya penyanyinya paling kurang lebih sama dan sebangun dengan si goyang kalkun, atau si siapalah, model-model penyanyi dangdut pantura ,yang hanya mengandalkan goyang dan kemolekan tubuh semata, dari pada keindahan suara. Sesampainya di rumah, saya langsung browsing di situs Youtube, penasaran ingin melihat video lagu itu. Karena saya tak tahu judul lagunya, saya main ketik asal-asalan saja. Saya ketik kalimat “ jalak jablay “, dan … berhasil ! itu dia videonya. Saya klik, dan betul saja. Perkiraan saya tak meleset sedikitpun. Persis seperti yang saya bayangkan, hanya saja penampilan penyanyinya tidak begitu kampungan.

Jangan menyebut kata “ Janda “ tanpa rasa hormat.

Jalak alias Janda Galak. Apa ini maksudnya ? apakah itu berarti seorang janda yang tak mudah digoda ? selalu pasang wajah ketus dan judes agar laki-laki tak melecehkan dia, agar tak disangka genit oleh tetangga ?. Lalu Jablay atau janda lebay. Apa pula ini maksudnya ? apakah untuk menggambarkan seorang janda centil yang suka menggoda suami orang ? apakah ini artinya seorang janda yang keramahtamahannya dibuat- buat agar orang lain tertarik padanya ? Lalu jika memang betul begitulah artinya, mengapa menggunakan istilah itu ? mengapa menggunakan istilah yang justru mengundang pelecehan terhadap kaum janda ?

Janda itu hanya status perkawinan yang  merupakan sebagian kecil saja dari status sosial seorang perempuan. Menjadi janda itu takdir, suratan hidup yang kadang sangat,- sangat sulit dielakkan. Menjadi janda itu pilihan hidup yang traumatis dan menyakitkan. Tak ada satu perempuanpun yang menginginkan status ini, jika tidak karena keadaan yang memaksa, jika tidak karena kehidupan perkawinan yang menyakiti fisik dan mental seorang perempuan.

Janda cerai mati umpamanya. Siapa yang mau bernasib malang seperti itu ? bercerai selamanya dengan belahan jiwa yang sangat dicintai ? berpisah dengan seseorang yang diharapkan menemani sisa hidup hingga maut memisahkan, yang sayangnya maut merenggut nyawa sang suami terlebih dahulu . Siapa yang mau menerima cobaan seberat itu ? tak satupun perempuan yang akan benar- benar siap menghadapinya, meski hanya sekedar membayangkannya saja. Namun jika itu sudah takdir, jika itu sudah kehendak Allah sang pemilik jiwa suami, kita bisa apa, selain menangis, pasrah, dan berserah diri ?

Lalu janda cerai hidup. Saya tak akan berbicara tentang seorang perempuan yang berstatus janda gara-gara diceraikan oleh suaminya sebab perempuan itu berselingkuh dengan laki-alaki lain. Maaf saja, janda yang seperti itu tidak termasuk dalam kategori janda seperti yang akan saya bicarakan disini, karena dia sudah mencederai kehormatannya sendiri. Bagaimana pula orang lain akan menghormati dia jika perilakunya seperti itu. Yang akan saya bicarakan disini adalah janda cerai yang selalu setia menjaga kehormatan dirinya, yang mampu menghargai hidupnya, dengan meninggalkan perkawinan yang tak lebih hanya sebuah neraka dunia saja baginya.

Tak terhitung banyaknya perempuan berstatus janda yang saya kenal di lingkungan saya. Di lingkungan keluarga, lingkungan kerja, pertemanan, tetangga, dll. Janda yang lebih memilih bercerai daripada harus hidup berdampingan dengan laki-laki pecundang yang memperlakukan istrinya bagaikan seorang budak, atau menjadikan istrinya itu samsak tinju yang bebas dipukuli kapan saja saat sang suami merasa kesal. Mana ada perempuan yang rela diperlakukan seperti itu. Belum lagi kasus-kasus suami yang pemalas, tak mau bekerja, mengandalkan tenaga istri, atau kerjanya main perempuan melulu. Perempuan yang tahu bagaimana menghargai kehidupannya dan masa depan anaknya, jelas lebih memilih mundur dari perkawinannya,daripada harus melanjutkan pernikahan yang sudah tak ada gunanya lagi.

Saya kenal dengan banyak janda yang bercerai mati atau hidup. Semua saya kenal dengan baik, dan semuanya sangat menjaga perilaku mereka dengan cermat. Berusaha tegar meneruskan kehidupannya meski dengan luka batin yang sulit disembuhkan. Kebanyakan dari mereka masih juga membawa anak dari buah perkawinannya, karena pada umumnya anak lebih memilih tinggal dengan Ibu daripada dengan Ayah. Dengan tanggun jawab yang tak bisa dibilang kecil, para janda ini harus berjuang seorang diri membesarkan dan mendidik anaknya, tanpa suami di sisinya. Suami yang seharusnya menjadi pelindung, penjaga, dan penghiburnya. Dengan perasaan yang pedih perempuan janda ini berusaha tampil dengan tegar, tetap tersenyum meski hati telah terkoyak-koyak oleh kesedihan dan kekecewaan.

Tak pernah mudah menyandang predikat janda. Saya melihat sendiri bagaimana perjuangan ibu saya, melihat sendiri bagaimana kerasnya kehidupan yang harus dijalani ibu mertua saya, juga adik ipar, dan kerabat saya lainnya. Ayah saya dan ayah mertua saya meninggal dunia ketika kedua ibu yang saya cintai itu berusia masih relatif muda, 40 tahunan ! usia ketika seorang perempuan seharusnya menikmati hidup dengan tenang dan bahagia . Lalu adik ipar saya. Dengan berani dia memilih keluar dari perkawinan membawa serta ketiga anaknya, karena tak tahan lagi melihat perilaku suaminya yang punya penyakit selingkuh kronis. Adik saya ini lebih muda lagi ketika bercerai, masih 30 tahun, cantik pula !. Ini yang membuat kehidupan mereka semakin sulit. Menjanda di usia muda.

Sebaik apapun mereka berperilaku, sewajar apapun mereka berbicara, selalu saja ada omongan dari tetangga yang usil, tetangga yang menaruh syak dan curiga, atau cemburu. Omongan yang tidak pantas, omongan yang memanaskan telinga dan menyakiti hati, omongan yang berbau fitnah dan gossip yang sama sekali jauh dari kenyataan. Adik saya ini sampai harus berpikir dua kali saat harus berbicara dengan laki-laki di tempat kerjanya, sebab pernah sekali dia mendengar seseorang berbicara buruk tentang dirinya. Ini kan sudah tidak benar. Bagaimana mungkin dia dapat bersikap professional dalam pekerjaannya, jika berbicara dengan lawan jenis saja selalu dihantui kecemasan ?

Kadang karena ingin mengcounter pembicaraan negatif tentang dirinya, para janda ini akhirnya harus bersikap tertutup, ekstra pemilih dalam berteman, sangat hati-hati dalam berbicara dan bertingkah laku, dll, yang kesemuanya sesungguhnya tak perlu dilakukan sampai sedemikian rupa ketatnya. Tapi apa mau dikata, itulah rupanya pilihan yang ada di hadapan mereka, sebab berperilaku wajar dan biasa sajapun sudah cukup menimbulkan omongan miring.

Bersyukurlah perempuan janda yang memiliki hati dan mental sekuat baja. Yang teguh pada nilai-nilai kebaikan yang dia yakini, yang dapat hidup sewajarnya tanpa perlu mengubah karakter, yang masih dapat bergembira dan tertawa sebagaimana manusia lainnya, dan selalu dapat menangkis segala pembicaraan miring dengan prestasi yang nyata. Namun ada berapa banyak perempuan janda yang memiliki ketangguhan seperti itu ? tak banyak, karena kultur kita, karakter masyarakat kita membuat seorang perempuan janda seolah harus hidup ekstra hati-hati .

Berhentilah menciptakan karya seni yang berkonotasi pelecehan

Ayolah para pencipta lagu, para penyanyi, para penggiat seni, dan para pencipta trend, berhentilah membuat karya yang menhinakan atau mengundang pelecehan terhadap para janda. Sudah cukup berat kehidupan yang dijalani para janda. Jangan tambah lagi beban mereka dengan karya seni yang hanya membuat mereka menjadi objek olok-olok seolah mereka hanyalah manusia yang tak berperasaan.

Boleh jadi semua karya itu hanya bermaksud gurauan, atau menciptakan trend yang segar, atau apalah, yang awalnya tak bermaksud menghina pihak-pihak tertentu. Namun, setelah sebuah karya seni dilempar ke pasar dan dikonsumsi masyarakat, akibatnya akan sangat sulit diprediksi. Jika ternyata kemudian karya seni anda itu menyakiti golongan tertentu, maka sangat besar andil anda dalam kesalahan yang timbul. Jangan menggunakan bakat seni dalam diri anda untuk mencederai perasaan orang lain, karena bukan untuk tujuan itu Allah memberi anda bakat sebesar itu.

Anda Jalak atau Jablay ? bayangkan jika pertanyaan tak senonoh itu dilontarkan seseorang kepada kakak perempuan kita, adik perempuan, atau sepupu yang sangat kita sayangi. Kalau itu terjadi pada keluarga yang saya sayangi dan saya hormati, saya sendiri yang akan menampar orang yang tak tahu sopan- santun itu ! . Marilah kita saling menghormati sesama manusia.


Salam sayang,

Anni

Monday, September 23, 2013

Evan Dimas dkk, Idola Baru Kebanggaan Indonesia




1379905183845864851

Salah satu kegiatan yang paling mengasyikkan tapi paling banyak menyita waktu dan emosi, menurut saya adalah menonton pertandingan sepakbola di televisi. Tak hanya menyita waktu dan emosi, para ibupun harus merelakan ruang keluarga yang biasanya rapi bersih menjadi berantakan gara-gara tebaran kulit kacang dan ceceran remah-remah camilan serta segala kopi, teh, dan minuman ringan yang setia menemani selama pertandingan berlangsung. Belum lagi bantal duduk dan karpet yang mendadak kehilangan posisi dan bentuk, gara-gara anak-anak remaja kita dan ayahnya anak-anak yang tak bisa diam, terus pecicilan selama pertandingan berlangsung. Heboh banget, serasa pertandingan sepak bola berpindah ke rumah kita !

Dan semua kehebohan itu akan mencapai klimaksnya ketika tim kesayangan keluarga keluar sebagai pemenang. Tempik sorak dan pekik kemenangan yang berkumandang, membuat rumah seakan dipenuhi oleh ledakan petasan pengiring pengantin Betawi, saking berisik dan hebohnya. Kalau sudah begini, kelakuan orang tua dan anak – anak sudah tak ada bedanya sama sekali, semua melonjak-lonjak kegirangan saking senangnya.


Pertandingan menegangkan yang membuat penyakit maagku kambuh


Sejak petang di hari Minggu kemarin, para penggila bola, dan fans kesebelasan Merah-Putih sudah harap-harap cemas menantikan pertandingan paling menentukan yang selama ini ditunggu-tunggu. Setelah melalui serangkai pertandingan jatuh – bangun yang mendebarkan, akhirnya anak-anak muda Indonesia yang bernaung di bawah panji kesebelasan Garuda Muda berhasil melaju menjadi kandidat pemenang piala AFF U-19, berhadapan dengan tim tangguh Vietnam yang sempat mengalahkan anak-anak asuhan Indra Sjafri itu di pertandingan sebelumnya, dengan skor 2-1

Saya bukan penggila bola, tapi saya penikmat pertandingan sepak bola yang dimainkan dengan cantik, tak masalah apa nama timnya dan dari negara mana mereka berasal. Saya paling malas jika harus disuguhi pertandingan sepak bola yang kerjanya rusuh melulu, baik rusuh antar pemain, ribut antara pemain dengan wasit, atau tawuran antar supporter kesebelasan. Lebih baik saya meraih remote TV dan memindah channel saja, atau beranjak dari sofa di depan TV dari pada saya harus menggerutu panjang lebar sebab tak bisa membedakan, apakah yang sedang saya saksikan itu pertandingan sepak bola atau pertandingan Thai Boxing ? 

Dan kemarin malam itu, saat suami dan anak remajaku dengan heboh menyaksikan pertandingan final kesebelasan Indonesia lawan Vietnam, saya hanya bertahan 15 menit saja duduk di depan TV dan setelah itu saya memilih menyingkir , dan mencuri dengar saja dari ruangan lainnya. Asli, ngeri dan tegang banget mendengar suami dan anakku berteriak-teriak saat  gawang Indonesia terus diancam oleh pemain lawan, dan saat berulang kali pemain Indonesia gagal menyarangkan gol ke jaring lawan, padahal kesempatan emas sudah ada di depan mata.

Aduh, sampai mulas perutku karena mendadak penyakit maagku kambuh akibat terlalu tegang. Bayangkan, mencuri dengar saja sudah cukup membuat penyakit maag saya kambuh, bagaimana pula jika saya harus duduk di depan TV sampai 90 menit lebih ? tobat deh ..

Tapi jujur, permainan anak-anak muda yang umurnya masih belasan itu benar- benar luar biasa. Terserah jika anda berpendapat penilaian saya berlebihan. Yang jelas, saya adalah pendukung tim kesebelasan Garuda Muda, dan tetap akan mendukung meski mereka harus kalah. Saya bangga dengan anak-anak ini. Mereka menunjukkan permainan yang ngotot, berlari dan terus berlari mengejar bola hingga jauh melampaui posisinya, mati-matian mempertahankan gawangnya, kalau perlu semua pemain turun ke belakang berkerumun menjaga gawangnya agar tidak kebobolan. Lalu serentak berlari seperti tawon bubar untuk balik menyerang musuh. Hebat, benar- benar permainan hebat yang penuh taktik, sarat strategi, namun masih tetap mencerminkan permainan bola khas Indonesia yang guyub dan bergerombol. 


Evan Dimas dkk Sang Idola Baru 


Hanya dalam hitungan beberapa hari, tiba-tiba koran-koran dan situs-situs berita di seluruh tanah air menurunkan berita tentang sang Idola baru : Evan Dimas. Anak Surabaya yang berasal dari keluarga sangat sederhana. Tak seperti para idola sepak bola yang kebanyakan  berparas ganteng ,berpenampilan stylish dan bergaya flamboyan, Evan jauh dari kesan itu. Wajah Evan tak bisa dibilang ganteng. Namun Evan manis, sederhana, dan lugu. Siapapun akan senang memandang wajah seperti itu. Wajah Evan seperti wajah kebanyakan anak-anak remaja berumur 18 tahun di negeri ini. Tak ada kesan sok, lebih cenderung malu-malu. Penampilannya seperti teman sepermainan anak-anak kita saja, tak seperti para bintang yang selalu berjarak dengan orang- orang seusianya.

Evan Dimas, Ilham Udin, Hargianto, Ravi Murdianto, dkk, sangat layak menyandang predikat sebagai idola baru di jagad olah raga tanah air, bahkan pantas dijuluki sebagai pahlawan muda Indonesia. Evan dan kawan-kawannya yang masih remaja itu telah menorehkan prestasi gemilang yang mengharumkan negeri kita yang sedang terpuruk. Rasa sesak, sedih, marah, kecewa, yang akhir-akhir ini dirasakan seluruh rakyat Indonesia akibat berbagai kejadian buruk yang menimpa negeri ini, mendadak sirna dengan kemenangan gemilang yang diraih oleh tim Garuda Muda kebanggaan kita. Evan dkk, seakan menyiramkan air es yang sejuk segar ke dalam hati dan kepala seluruh rakyat Indonesia yang belakangan hari ini lebih sering panas dan geram ketimbang bahagia dan tenteram. 

Begitulah seharusnya sosok yang diidolakan. Tak banyak cakap, namun menunjukkan karya nyata dan prestasi gemilang. Sosok Evan dan kawan-kawan satu timnya lah yang seharusnya menjadi buah bibir, menjadi pembicaraan berhari-hari di berbagai sosial media dan semua media massa. Mereka layak diperbincangkan, menjadi bahan diskusi dan introspeksi. Anak-anak muda seperti inilah yang seharusnya mendapat dukungan tanpa batas, karena mereka telah membawa harapan baru bagi bangsa ini. 

Selama ini masyarakat Indonesia seperti kehilangan arah, seolah kehilangan kemampuan berpikir rasional. Hal ini terlihat dari eforia pemberitaan yang itu-itu saja di berbagai media massa, juga histeria para pengguna jejaring sosial yang beramai-ramai, terus-menerus, dan secara massif memberitakan tentang pemuda bernama Vicky, yang tingkah lakunya sama sekali tak patut ditiru. Vicky itu, sudah cara bicaranya kacau dan kelakuannya sok-sokan, tersangka kasus penipuan pula. Mana boleh pemuda seperti itu dijadikan idola ? masak orang Indonesia tak bisa membedakan, mana yang patut ditiru dan mana yang tidak ? 

Tak dapat kubayangkan betapa bangganya menjadi orang tua Evan dkk

Menyaksikan sorak sorai kemenangan yang seakan membelah langit di atas Gelora Delta Sidoarjo, tangis haru yang tenggelam dalam pelukan seolah takkan lepas diantara pemain dan official, air mata yang mengalir di wajah para penonton, saya hanya dapat diam membisu terpaku dengan mata berkaca-kaca. Rasa bahagia dan haru merasuki dadaku. Haru dan bangga yang tak terkira. Padahal saya bukan siapa-siapa bagi mereka. Padahal saya hanya penonton yang penakut, padahal saya hanya bisa mendoakan mereka, padahal saya berjarak seribu mil lebih sedepa dari tempat mereka bertanding. Namun saya sangat merasakan kebahagiaan dan kebanggaan itu

Tak dapat kubayangkan air mata yang mengalir di wajah Ayah -Bunda dan sanak keluarga para pemain yang menonton pertandingan, baik secara langsung di stadion maupun melalui layar kaca. Betapa akan sesaknya dada mereka oleh rasa bahagia dan haru, menyaksikan para putra, kakak, adik, sepupu, keponakan, dan sahabat tersayang mereka bertanding, berjuang tanpa kenal lelah, dan akhirnya keluar sebagai juara. Saya yakin, mereka tak akan sudi menukar kebahagiaan dan karunia sebesar ini dengan uang sejumlah apapun. Saya yakin, tak sedikitpun terlintas di benak para orang tua , besarnya bonus yang akan didapatkan anak-anak mereka, selain harapan ingin segera bertemu dengan putra kesayangan, dan memeluk dengan segenap hati untuk melampiaskan segala rasa bangga dan rindu mereka. Perasaan orang tua terhadap anak belahan jiwanya, tak akan pernah tertukar sedikitpun.


Indonesia masih punya masa depan 


Sebagai rakyat Indonesia, saya berani mengatakan bahwa dunia sepakbola di Indonesia masih punya masa depan. Asalkan segala kekisruhan yang terjadi diantara para pemimpin organisasi sepak bola segera diakhiri, asalkan pemerintah lebih serius memberikan segala fasilitas yang diperlukan untuk mengasah bakat dan skill para pemain, asalkan para supporter kesebelasan di Indonesia menghentikan kebiasaan tawurannya. 

Contohlah anak-anak remaja itu. Dalam kesederhanaannya, dalam diamnya, tak banyak tingkah, mereka terus bekerja keras dan berjuang tanpa kenal menyerah. Tanpa memikirkan bagaimana kelanjutan studi dan nafkah untuk masa depannya, Evan Dimas dkk terus berlatih dan berjuang. Hanya satu yang mereka pikirkan : bertanding, berjuang, menang, dan membawa harum nama Indonesia. Dengan anak-anak muda yang seperti ini, saya yakin tak hanya dunia olah raga Indonesia yang masih punya harapan yang baik di masa depan, namun negeri inipun, masih punya harapan di masa mendatang. Sebab bukankah anak muda yang pantang menyerah, yang selama selalu membawa perubahan bagi negeri ini ?
Mari kita teriakan dukungan kita : Indonesiaaa … !! Indonesiaaaa … !! Indonesiaa… !!!

Salam   sayang,

Bu anni

Friday, September 13, 2013

Saat Bidadari Kontestan Miss World Menarikan Tarian Kipas




 1378776024481552257
 manado.tribunnews.com

Sabtu malam yang lalu saya berkesempatan menyaksikan acara Opening Show Miss World 2013 dari layar kaca. Acara yang digelar di pulau Dewata Bali itu dikemas dengan apik, anggun dan berkesan megah.  Warna-warni budaya tradisional Indonesia tampak dominan mewarnai keseluruhan acara.

Tak jemu rasanya mata ini memandang acara demi acara yang disajikan. Saya mendapat kesan, siapapun yang ada di belakang acara itu,  pastilah orangnya sangat kreatif dan perfeksionis. Wajar saja, karena acara pembukaan secara resmi ajang pemilihan Miss World 2013 ini ditayangkan juga di layar televisi di berbagai belahan dunia, dan entah ditonton oleh berapa juta pasang mata. Para perancang acara pembukaan tersebut tentu ingin menampilkan kesan terbaik di mata dunia.


Gadis Cantik Nan Menawan Hati


Ajang pemilihan Miss World alias Nona Dunia. Mendengar namanya saja, sudah terbayang tubuh langsing semampai, raut wajah cantik, pintar, berkepribadian menarik, dan berbakat. Tak salah lagi, memang begitulah gambaran yang saya tangkap dari para nona cantik calon Miss World ini. Sulit untuk memilih mana yang paling cantik dan menarik. Yang berkulit putih bermata biru tampak begitu jelita. Yang berkulit kuning mata sipit sangat molek, yang berkulit cokelat dengan mata hitam besar begitu cantik memikat hati, yang berkulit hitam, begitu manis mempesona. Semuanya cantik, semuanya menarik,   berkepribadian baik, dan berprestasi pula, pantas saja jika mereka terpilih sebagai gadis terbaik dari negaranya masing-masing.

Jika dalam ajang Miss Universe kriteria penilaiannya adalah Brain- Beauty- Behaviour, saya tidak tahu, apakah 3B ini juga berlaku dalam ajang Miss World. Namun demikian, saya yakin meskipun para juri memiliki formulasi yang berbeda dalam menilai calon Miss World, kriteria penilaian yang digunakan tentu tak akan jauh berbeda. Pemenang kontes Miss World selain harus cantik, juga harus smart, dan berkepribadian baik.


Ketika para bidadari dari berbagai negara menyajikan budaya Indonesia


Pernahkah anda menyaksikan para putri cantik dari berbagai belahan dunia menarikan salah satu tarian tradisonal Indonesia ? Saya belum pernah melihatnya, karena kalau tidak salah memang belum pernah ada. Namun di malam itu, melalui layar televisi, pemandangan indah yang sangat langka itu benar-benar saya saksikan. Sampai tertegun-tegun saya dibuatnya saking kagumnya.


Sekelompok gadis paling cantik yang merupakan utusan terbaik dari berbagai negara, menarikan tari Kipas dengan sangat lincah dan anggun. Ya tak salah lagi, mereka menarikan Tari Kipas asal Indonesia kita ! . Tari Kipas yang mereka bawakan memang bukan tari kipas yang asli, namun   tarian Kipas tradisional yang diberi sentuhan modern dance. Hasilnya sangat luar biasa memukau. Padahal konon mereka hanya sempat berlatih selama beberapa jam saja. Anak-anak gadis itu memang sangat pandai dan berbakat !


Gerakan tariannya mirip gerakan tari Kipas asal Minang atau suku-suku  Melayu. Ayunan tangan, gerak tubuh, dan rentak kakinya yang lincah, juga tanpa goyang pinggul, sangat khas Sumatera.  Diiringi  alunan musik Gondang dari tanah Batak yang diaransemen dengan sangat apik,  lengkap sudah keindahan yang tersaji di depan mata. Saya tidak tahu, mana yang lebih cantik dari semua itu. Para penarinya, gerakan tariannya, atau musik pengiringnya ? Yang jelas,  seorang Eko Supriyanto lah yang membuat semua pemandangan indah itu menjadi nyata. Tak percuma Eko menyandang gelar sebagai koreografer nomor satu di Indonesia yang kiprahnya sudah mendunia. 
 

Dan … Melihat anak-anak gadis dari berbagai bangsa itu menarik-nari dengan gembira, dengan mimik riang dan senyum ceria tak lepas dari wajah-wajah nan cantik, kok saya jadi merasa terharu, atau lebih tepatnya tersanjung. Sebagai seorang warga negara  Indonesia, saya sangat merasa bangga karena tarian kipas yang memang aslinya sudah indah itu, ditarikan dengan indah oleh gadis-gadis yang berpenampilan serba indah. Tersanjung, karena  mereka mengaku sangat menyukai tarian itu, tarian asli milik bangsaku, yang boleh jadi baru mereka dengar dan baru mereka tarikan seumur hidupnya.
 
Sambil menyaksikan keindahan yang sayangnya hanya berlangsung beberapa menit saja itu, saya membayangkan andai saja anak-anak gadis Indonesia lebih sering lagi menarikan tarian kipas dan tarian tradisional lainnya, alih-alih menarikan goyang itik, goyang gergaji, goyang ngebor, ngecor, blender, yang sama sekali tak bermutu, betapa akan indahnya pemandangan yang akan kita saksikan di layar kaca di rumah-rumah kita. Betapa akan terjaganya kekayaan khasanah budaya negeri ini , yang membuat negeri jiran merasa jeri untuk mengaku-ngaku semua produk budaya bangsa kita sebagai milik mereka.


Tak kulihat pornografi dalam acara itu


Entahlah, mungkin saya bukan seorang muslimah yang cukup baik. Meski sehari-hari saya berbusana muslim lengkap dengan jilbab panjang yang menutupi rambut, dan menjuntai menutupi bentuk dada saya, namun saya tak melihat sisi negatif  dalam penyelenggaraan acara pembukaan kontes Miss World itu. Atau mungkin saya luput melihat sisi negatifnya, karena faktor ketidak tahuan saya.


Saat mereka membawakan tarian kipas, misalnya. Kostum yang mereka kenakan adalah long dress model lengan setali  yang terbuka di bagian bahu. Tapi sungguh saya sama sekali tidak melihat ada unsur pornografi disana. Anak-anak gadis itu begitu anggun dan santun, tak sedikitpun menunjukkan gerakan sensual manatah lagi tingkah erotis yang mengundang syahwat.


Jika anda mengatakan bahwa tentu saja saya tidak merasa tertarik pada gadis-gadis itu karena saya perempuan, saya berani mengatakan, bahwa justru karena saya perempuan makanya saya sangat sensitif dalam menilai kecantikan dan keseksian penampilan seorang perempuan, karena standar penilaian perempuan terhadap perempuan lainnya cukup objektif. Kalau cantik ya cantik, kalau jelek ya jelek saja. Hanya laki-laki. berotak mesum saja yang terbangkitkan syahwatnya oleh tarian seindah dan sesopan itu.

Pendapat saya mungkin saja salah, tapi saya percaya pada mata dan hati saya,. Tak setitikpun saya menemukan pornografi di acara pembukaan kontes Miss World di Bali itu.  Yang ada hanya kecantikan, keindahan, dan pretasi. Keindahan juga yang dipertunjukkan saat mereka mengenakan busana adat tradisional dari seluruh penjuru Indonesia. Benar-benar anggun, mempesona, dan membanggakan.


Seandainya Miss World tanpa Bikini, tentu masyarakat tak akan keberatan


Bukan rahasia lagi jika ajang kontes ratu-ratuan seperti Miss World selalu melibatkan penggunaan busana renang / pantai alias bikini sebagai salah satu kriteria penilaiannya. Point inilah yang membuat sejumlah kalangan masyarakat di Indonesia merasa berkeberatan. Mengenakan bikini atau busana renang two pieces di tempat terbuka apalagi untuk maksud pertunjukkan, masih dianggap melanggar norma agama dan norma kesopanan di negeri kita. Memang begitulah kenyataannya. Semoderen apapun Indonesia sekarang ini, masyarakat kita masih memegang teguh adat ketimuran yang melarang mempertontonkan ketelanjangan atau setengah telanjang. 


Dengan kenyataan seperti itu, sudah saatnya Indonesia sebagai pihak penyelenggara memiliki posisi tawar yang jelas. Mengapa tidak secara tegas meminta pihak penyelenggara menghilangkan point penilaian bikini tersebut, demi menghormati kultur bangsa Indonesia ? ataukah tidak berani berdiplomasi karena unsur bisnis lebih dominan ? ya memang susah kalau kepentingan bisnis sudah berbicara. Sampai kapanpun Indonesia akan terus dipecundangi oleh negara lain, dan dihujat rakyatnya sendiri. 


Orang tua mana yang tidak bangga memiliki gadis yang cantik, berkepribadian mantap, bermoral baik, dan berprestasi ? semua orang pasti merasa bangga, negaranyapun tentu merasa bangga. Dan saya rasa, kebanggaan itu tak akan luntur sedikitpun, manakala orang lain tak mengetahui ukuran vital tubuh dan keseksian badan anak gadis kita saat mengenakan baju renang. 


Sampai detik ini saya tak menemukan sedikitpun hubungan antara kepantasan berpakaian renang dengan kepribadian, prestasi, dan kecantikan perempuan, kecuali untuk kepentingan bisnis belaka. Anak gadis akan tetap cantik, berprestasi dan justru akan lebih terjaga moralnya, manakala tubuh mereka tidak terpapar begitu saja di hadapan publik. Mereka akan lebih terjaga dari maksud-maksud eksploitasi seksual yang merendahkan martabat perempuan, dan terhindar juga dari tatapan penuh nafsu laki-laki yang bisanya hanya berpikir hal-hal kotor dan cabul saja !


Ini Indonesia. Kita punya budaya dan adat istiadat sendiri yang harus dihormati. Masyarakat dunia harus tahu itu, dan tugas pemerintahlah untuk membuat masyarakat dunia tahu. Saya yakin, jika Miss World tetap tampil sopan sesuai dengan adat Indonesia tempat diselenggarakannya event miss world 2013, masyarakat tentu tak akan merasa berkeberatan. Dan kesuksesan acara Miss World 2013 tanpa bikini ,akan menjadi promosi yang sangat baik bagi citra pariwisata Indonesia. 



Salam sayang,

anni


 

Thursday, September 12, 2013

Tulisan Dokter di Resep Rumah Sakit ‘Seharusnya’ Bisa Dibaca ‘Siapapun’ yang Bisa Baca. oleh : dr Posma Siahaan

 


1372285566867922787
Contoh resep injeksi (dokumentasi pribadi)

Menanggapi tulisan Bu Anni kemarin (http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/26/tulisan-dokter-mirip-sandi-rumput–572212.html), maka dengan adanya sistem penilaian akreditasi rumah sakit versi tahun 2012 hal itu tidak diperbolehkan lagi ‘disengaja’ menulis resep untuk tidak dapat terbaca.

Resep adalah berisi petunjuk/perintah dokter yang lengkap dan harus akurat mengenai beberapa hal dan tidak boleh hanya apoteker tertentu yang mengerti membacanya. Perawat, keluarga pasien dan si pasien sendiri harus mengerti obat apa yang akan dibelinya.


Misalnya di contoh obat injeksi yang saya tulis di atas, disitu ada:

- Nama obat: san*****.

- Bentuk obatnya: vial, berarti botol injeksi.

- Jumlahnya: no.I

- Dosisnya 3 x 8 unit (harus ditulis lengkap ‘unit’ jangan disingkat ‘u’ saja, karena bisa dibaca ‘0′ dan pasien diinjeksi 80 unit dan bisa fatal).

- Cara suntiknya s.c (subcutan) dibawah kulit, sebelum otot.

13722858521706863330
Contoh resep obat makan (dokumentasi pribadi)

Nah, untuk obat makan pun harus bisa dibaca bahkan oleh pasien dan keluarga, antara lain:

- Nama obat, pasien biasanya langsung tahu kalau ada alergi antibiotik tertentu dan memberitahukan si dokter untuk diganti yang lain.

- Bentuknya, bisa kapsul, tablet, puyer, kaplet dan pasien yang tidak bisa menelan biasanya dibuatkan puyer atau sirup.

- Jumlahnya 15.

-Aturan pakainya 3×1.

- Resep ditutup kalau ada ruang kosong di bawahnya, mencegah ditambah-tambahi dengan obat-obatan lain yang bisa disalahgunakan.


Dokter-dokter yang tidak praktek di rumah sakit mungkin masih bisa melestarikan budaya ‘tulisan jelek’ atau ’sandi rumput’ atau ‘just for pharmacyst’s eyes only’, tetapi yang berpraktek di dalam rumah sakit itu harus dihilangkan karena akan mempengaruhi penilaian.


Rumah sakit yang tulisan-tulisan dokternya di resep maupun di status pasien yang tidak jelas dan tidak mudah dibaca semua orang akan dianggap rumah sakit yang tidak menjunjung tinggi budaya ‘patient safety’. Jadi pandangan bahwa dokter adalah agen rahasia, resep adalah surat rahasia dan apoteker adalah penerjemah pesan rahasia harus dihilangkan di rumah sakit.

Bagaimana dengan dokter yang praktek di luar rumah sakit? Biasanya kalau yang di rumah sakit sudah pada nurut dengan budaya tulisan yang bisa dibaca, maka dokter yang di Puskesmas atau Klinik akan mengikutinya.


Demikianlah tanggapan saya atas tulisan Bu Anni, mungkin perlu bersabar 1-2 tahun lagi untuk melihat tulisan dokter yang rapi, tetapi yakinlah ‘budaya tulisan cakar ayam’ di resep dokter memang saat ini sedang diupayakan hilang karena orientasi rumah sakit sekarang bukan ke ‘doctor center’ tetapi ke pasien.


Semoga bermanfaat!

Konspirasi Sambel Terasi Bu Anni

 


Konspirasi Sambel Terasi Bu Anni  Oleh : Katedrarajawen

 
Apa yang terjadi? Diam-diam Bu Anni dan anak gadisnya sedang berkonspirasi di dapur sambil kipas-kipas akibat temperatur ruangan yang panasisasi.
Mereka berdua sedang mengkolaborasikan cabai dan terasi menjadi resepsi siang itu. Sudah terbayangkan kalau dididstribusikan ke dalam mulut lidah akan bergoyang-goyang seperti itik yang sedang berekreasi.

Bu Anni sekeluarga memang penikmat sambelterasi dari dulunya. Sudah tradisi.Sehari saja tanpa kehadirannya serasa hidup kurang sensasi. Berkurang imajinasi.
Apalagi di jaman krisisisasi saat ini. Dimana terjadi inflasi, harga daging meninggi, tahu, tempe susah dicari. Semuanya harus diimportasi. Jadi sambelterasi menjadi andalan untuk dikolaborasikan dengan lalapan yang sebagian bisa dipetik dari kebun sendiri.
Membuat sambelterasi tidak perlu pakai teknologi. Cukup pakai ulekan yang tidak perlu sinergi dengan komputerisasi. Bahan dasar untuk mengolahsisasinya cukup dengan cabai, tomat, dan yang pasti pakai terasi.

Tapi sambelterasi bikinan Bu Anni memang mempunyai citra rasa tersendiri, sehingga sudah ada brandingnya di kampungnya.
Akibatnya banyak ibu-ibu yang terprovokasi untuk mengetahui apa rahasia di balik kenikmatan sambelterasi buatan Bu Anni.
Untuk itu Bu Anni sampai bingung sendiri. Karena sambelterasinya tidak pakai rahasia-rahasiaan.

Sampai kemudian Bu Anni perlu mengadakan konferensi untuk para ibu menjelaskan hal ini agar tidak terjadi kristalisasi salah paham hanya gara-gara sambelterasi ini.
“Ibu-ibu yang saya hormati. Soal sambelterasi itu perlu saya laporkan secara transparansi bahwa tidak ada rahasia sama sekali. Tidak ada konspirasi bagi saya untuk merahasiakan apa sebenarnya yang membuat sambelterasi buatan saya terasa nikmat sampai bikin lidah rocking duck.

Yang paling utama pilihlah bahan yang terbaik dan mengolahsisasinya menggunakan hatilisasi. Paham? Ya sudah begitu saja!”