Beberapa waktu yang lalu sekolah
tempat saya mengajar menugaskan saya untuk mengikuti sebuah acara dinas di luar
kota. Untuk keperluan itu saya diminta menyertakan surat keterang sehat dari
dokter sebagai persyaratan adminitrasi. Dan pergilah saya ke dokter keluarga
langganan saya. Namanya dokter Budi (nama samaran )
Surat keterangan kesehatanku
Sesampainya di
ruang praktek dokter Budi, tanpa banyak basa-basi saya menyampaikan maksud
saya. Dan tanpa banyak basa -basi juga dokter meminta saya menimbang berat
badan saya. ” Bu anni tambah montok aja nih “, begitu komentarnya begitu
melihat angka timbangan saya. Ngomong gitu sambil tersenyum kecil, bikin
keki aja. (Kalau ini sih asli basa-basi.Nggak usah diomongin, napa sih
dok ? basi deh ah )
Setelah dia
memeriksa tekanan darah, menekan-nekan stetoskopnya di dada saya, entah
memeriksa apa ( katanya sih memeriksa denyut jantung dan bunyi paru-paru),
dokter Budi meminta saya turun dari bed pemeriksaan dan mempersilahkan saya
duduk di kursi yang ada di depan mejanya. Sejenak dia menulis-nulis
sesuatu di secarik kertas dan membiarkan saya mengawasinya.
” Bagaimana,
Dok ? apakah saya sehat ? “, tanyaku ingin tahu.
” Oh iyaa…,
sehat, sehat sekali. Nggak masalah “
“Alhamdulillah,
makasih Dok “
” Bu Anni mau
tugas kemana ? “
” Mau workshop
di Lembang, Dok “
” Oh, asyik
dong, Lembang itu hawanya dingin dan pemandangannya bagus “
“ Iya Dok … “
Tak lama
kemudian, selesailah surat keterangan sehat yang kubutuhkan itu. Dan inilah
hasilnya
Dokter Budi
menyodorkan surat itu, yang membuat mataku langsung terbelalak. Ya ampun Tuhan
!, batinku. Ini tulisan atau indomie goreng ? kok keritingnya mirip ?
hadeehh ….
Dasar saya suka iseng, suka keluar jailnya. Saya bilang sama dokter Budi,
” Dok, ini nggak salah tulisannya ?
” (maksud saya, kok tulisannya jelek banget ?).
Mendengar pertanyaanku, dia menjawab
kalem,
” Ya, itu karena yang datang bu Anni saja, makanya tulisannya saya
bagus-bagusin. Biasanya kan tulisan saya jelek banget, nggak terbaca … “
“Ohh …..
jadi begitu ya Dok ? Ok deh Dok, kalau begitu makasih banyak ya Dok ..”
(Yahh … godaanku gatot deh. Sang dokter mengira aku betul-betul memuji bahwa
tulisannya bagus, padahal sebaliknya. Gagal paham dia ! heu heu …).
Setelah menyalami dokter Budi dan mengucapkan terimakasih sekali lagi, sayapun
berlalu dari ruang pemeriksaan, sambil tak henti-hentinya memandangi dengan
takjub tulisan dokter Budi yang sangat aduhai itu.
Mengapa
tulisan dokter banyak yang parah
Tulisan dokter
identik dengan tulisan cakar ayam, alias jelek banget. Benarkah demikian ? bisa
dibilang benar, namun tidak seluruhnya seperti itu.
Saya punya beberapa mantan murid yang sekarang berprofesi sebagai dokter. Dan
saya dapat memastikan bahwa tulisan tangan mereka bagus-bagus.
Jadi kalau
begitu, darimana asal mulanya sampai ada pendapat yang mengatakan bahwa
tulisan dokter itu jelek ? Begini ceritanya. Pada umumnya tulisan dokter
memang jelek . Ruwet, berantakan, sangat sulit dibaca. Ya seperti tulisan
dokter Budi ini contohnya. Mengingatkan saya pada sandi rumput jaman saya masih
pramuka dulu.
Selidik punya
selidik, ternyata bukannya tanpa alasan para dokter mempunyai tulisan tangan
mirip sandi rumput seperti itu . Tulisan dokter memang dikondisikan susah
dibaca sebab berkaitan dengan resep pemulihan dari sang pasien yang sangat
dirahasiakan formula pembuatannya. Tulisan dokter memang menjadi semacam sandi
yang ditujukan bagi para Apoteker. Maksudnya sudah jelas, untuk menghindarkan
agar resep dokter tersebut tidak disalah gunakan untuk hal-hal yang buruk dan
berbahaya. Orang awam sering mengira bahwa resep obat dari dokter dapat
digunakan berkali-kali untuk mengobati penyakit yang sejenis. Padahal tidak
seperti itu. Meski penyakitnya sama, dokter akan memberikan resep yang berbeda,
tergantung usia pasien, jenis kelamin, kondisi kesehatan, riwayat alergi, dsb.
(lensaindonesia.com). Artinya akan sangat berbahaya jika seseorang membeli obat
secara serampangan di apotek, berdasarkan resep dokter yang awalnya digunakan
untuk pasien lain.
Tidak
Masalah Punya Tulisan Tangan Jelek
Seringkali saat
saya menegur murid-murid sebab tulisan tangan mereka sangat jelek, mereka
berkilah, “ Kan calon dokter, Buu .. “. Selalu begitu jawabannya. Padahal kan
tidak semua orang yang bertulisan tangan jelek berbakat jadi dokter dan bakal
berprofesi sebagai dokter. Siapa tahu nantinya mereka malah berprofesi sebagai
Auditor, mungkin ? atau Dosen ? atau Tentara ? siapa yang tahu . Tidak semua
dokter bertulisan tangan jelek, namun tentu saja ada dokter yang memang aslinya
tulisan tangannya nggak usah dijelek- jelekin juga sudah jelek sendiri.
Sebetulnya tak
masalah memiliki tulisan tangan jelek, yang penting masih terbaca dan tidak
merugikan diri sendiri dan orang lain. Namun sebaliknya memiliki tulisan tangan
yang indah dan rapi tentu akan sangat menyenangkan. Menurut pakar tulisan,
bentuk tulisan tangan seseorang sangat menggambarkan kepribadian si pemilik
tulisan. Semakin indah dan semakin rapi tulisannya, konon semakin baik juga
kepribadiannya. Entahlah. Tapi menurut saya pribadi, tidak semua orang yang
tulisan tangannya jelek lantas berkepribadian jelek juga.
Tulisan tangan itu
seperti nasib. Tergantung, apakah nasib kita baik atau buruk. Kalau memang
nasib membawa kita memiliki tulisan tangan yang buruk, ya sudahlah, terima
saja. Yang penting, saat mengetik SMS jangan sampai huruf-hurufnya terbawa
jelek. Yang penting pesan kita terbaca, dan penerima pesan mengerti maksud
kita. Sudah begitu saja kok repot.
Sekian tulisan
ringan di pagi hari ini, buat teman –teman Kompasianer yang berprofesi sebagai
dokter, no hard feelings ya, percaya deh tulisan teman-teman pasti bagus dan
rapi:)
Salam sayang,
anni
ps : tulisan ini terinspirasi posting saya di Facebook. Really miss those wonderful Facebook times *__*
No comments:
Post a Comment