Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Monday, January 9, 2012

Nenek Engkom Tersesat di Harom


Assalamualaikum wr wb

Apakabar teman-teman ? Sehat dan bahagiakan semuanya ? :))

Tak terasa sepekan sudah saya dan suami berada di kota suci Mekkah. Selama seminggu kemarin, kami melewatkan waktu dengan memperbanyak ibadah di masjidil Harom (atau penduduk Mekkah biasa menyebutnya dengan kata "Harom" saja ) yang letaknya kurang lebih 2,5 km dari makhtab (hotel) tempat kami menginap. Jarak sejauh itu lebih sering kami tempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih 40 menit, atau 15 menit dengan taksi atau bis umum.

Hari ini jadwal kami adalah tour berziarah ke tempat-tempat bersejarah yg bertebaran di seputaran kota Mekkah, mulai dari mengunjungi rumah masa kecil Rasulullah, Masjid Jin, Makam Siti Khadijah (istri Rasulullah), hingga ke bukit Tsur, gua Hira, dan tugu romantis di jabal Rahmah. Dan seusai tour, jadwal kegiatan kami adalah beristirahat di Makhtab. Nah jadi ceritanya, mumpung waktunya agak senggang, saya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya di kota suci ini.

****
Tadi malam , sekitar pukul 01.30 waktu Saudi , tiba-tiba pintu kamar kami yang dihuni oleh 5 orang ibu-ibu diketuk dengan keras oleh salah seorang anggota TPHI (Tim Pembimbing Haji Indonesia). Dengan nada letih beliau memohon kepada kami agar mengizinkan seorang ibu tua yang dia temukan untuk menginap di kamar kami hingga pagi tiba, karena ibu itu tersesat di Harom. Ya tentu saja kami mengizinkan,karena merasa iba.

Sesaat kemudian keheningan di pagi buta itupun sontak terusik oleh kehadiran Nenek yang bertubuh kecil ringkih, bungkuk ,dengan sekujur tubuh menggigil karena kedinginan, kelaparan dan kelelahan akibat sehari semalam tersesat di masjid dengan luas berhektar-hektar itu.

Salah seorang rekan sekamar saya lalu menanyai nenek yg kira-kira berusia 80 an itu, mulai dari nama, asal daerah, nama rombongan, dan nomor kloternya. Alangkah terkejutnya kami, karena ternyata Nenek ini tidak dapat menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Beliau mengaku bernama Engkom, padahal ketika saya periksa kartu identitasnya, jelas-jelas nama yang tertera adalah Epon. Saya jadi bingung, apa mungkin nenek itu bernama Engkom Epon ? Tapi rasanya saya belum pernah mendengar ada orang Sunda punya nama seperti itu. Yang saya tahu, kalau Engkom ya engkom saja, Epon ya Epon saja. Tapi ibu itu bersikukuh kalau namanya Engkom, bukan Epon seperti yang tertulis di kartu nya. Tak hanya itu, ibu itu mengaku berasal dari Cidahu, padahal dalam kartu identitasnya, beliau dinyatakan berasal dari kampung Bojong Galing Sukabumi. Jadi bingung lagi deh. Akhirnya saya bertanya dalam bahasa Sunda, " Mak, punten ari kartu ieu teh kagungan Emak, sanes ? " (Mak, maaf kartu ini milik Emak atau bukan ?) Dan dia bilang iya. Yang lebih bikin tambah bingung lagi si Emak ini tidak tau nama rombongan dan nomor kloternya ! Waduh ...

Akhirnya, saya berinisiatif mengambilkan sepiring nasi dan abon untuk nenek yang pasti sangat lapar itu. Sambil makan, Mak Engkom Epon bercerita bagaimana dia bisa tersesat selama itu. Singkat cerita, pegangan tangan Emak kepada teman satu kelompoknya terlepas saat jamaah Afrika menyerobot dan memotong begitu saja untaian barisan rombongan si Emak. Kehilangan pegangan selama 2 menit di tempat yang penuh sesak berjejalan seperti di Masjidil Harom, sangat fatal akibatnya. Dapat ditebak kelanjutan ceritanya, si Emak yang malang itupun tenggelam dalam gelombang puluhan ribu jamaah tanpa tahu lagi ke mana arah yang harus dituju.

Malangnya nasib jamaah haji seperti Emak Engkom Epon ini. Sudah uzur, lemah, dari dusun di kaki gunung, buta huruf,tersesat di tempat yang begini kolosal, dinegeri asing pula. Dan si Emak ini, jangankan mampu berbahasa Arab atau Inggris, berbahasa Indonesia pun dia tak bisa. Mau bertanya kepada siapa, dia tak tahu caranya atau mungkin malu dan takut. Bahkan bertanya kepada sesama jamaah Indonesiapun, tak semua orang mengerti bahasa Sunda, kasihan sekali !
Untung saja Emak itu menyebut kata "Sukabumi", yang akhirnya membawanya terdampar ke kamar kami.

Setelah berbagi tugas, tak sampai setengah jam kamipun dapat menemukan rombongan si Emak. Lucunya, ternyata Emak itu resminya bernama Siti Rohimah ! Lho, jadi Engkom Epon itu siapa yaa ?? Ooohh.. barangkali nama panggilan kesayangan  ^__^

Syukurlah si Emak akhirnya berhasil kembali ke kamarnya. Namun dari peristiwa itu ada satu hal yang mengganjal di hati dan pikiran saya. Dalam kejadian seperti ini, yang menurut saya adalah musibah, ada saja orang yang dengan ringan mulut menyeletuk, " Nah itulah balasan dari dosa yang sudah Emak perbuat di kampung halaman ! Akhirnya tersesat sampai semalaman ! Harusnya si Emak segera bertobat ! ". Astaghfirullah ya Allah ...! Saya benar-benar tak habis pikir, kok tega-teganya mengutuk orang yang kena musibah. Memangnya siapa yang mau tersesat ? Dan siapa pula orangnya yang dapat melawan keperkasaan kebanyakan jamaah Afrika yang terkenal sering menggunakan kekuatan fisiknya untuk memotong antrian itu ? Jangankan Emak Engkom Epon yang sudah renta, anak muda saja pasti keder jika sudah berhadapan dengan rombongan jamaah Afrika yang berbadan tinggi besar hitam kuat kekar seperti itu. Soal dosa, mana ada sih orang yang bersih dari dosa ? Kan kita pergi berhaji untuk bertobat dari dosa bukan ? Jika sampai ada orang yang terkena kemalangan, sangat tidak bijaksana mengait-ngaitkan dengan dosanya, karena itu adalah hak mutlak Allah, sama sekali bukan kewenangan kita untuk menghakimi orang atas dosa-dosanya.

Akhir cerita, mari kita berhaji selagi muda. Karena masyaallah ! Ini benar-benar ritual ibadah yang menguras energi, baik fisik maupun mental. Berhaji selagi muda memberikan banyak keuntungan, setidaknya jika tersesat, kita lebih berani untuk berspekulasi atau bertanya kepada petugas.

Selamat menunaikan ibadah haji, semoga mendapatkan haji yang mabrur dan mabrurah, aamin !

Wassalamualaikum,
Bakhutmah, akhir Oktober 2011