Dua
bidadari cilikku sekarang sudah menjelma gadis remaja cantik yang sudah duduk
di bangku kelas 12 dan kelas 10 SMA. Sejak masih taman kanak-kanak, mereka
berlangganan ojek untuk pergi dan pulang sekolah. Dihitung-hitung sudah 12
tahun kami berlangganan ojek itu, yang pengemudinya tidak ganti-ganti. Panggil
saja namanya mang Asep.
Mang
Asep ini tetangga berbeda gang dengan kami, hanya berbeda RT saja. Saking
lamanya berlangganan ojeknya, beliau sudah kami anggap keluarga sendiri. Mang
asep ini umurnya kurang lebih 40 tahun, tapi sudah punya cucu. Orangnya jujur
dan tak banyak bicara. Dia juga rajin bekerja. Kalau tidak sedang menarik ojek,
disuruh kerja apa saja pasti mau. Dimintai tolong beresin rumput di halaman, memetik
kelapa muda di belakang rumah, mengusir ular yang menyelundup ke teras,
mengecat pagar, sampai disuruh beli gas juga , dia ayo aja. Senang kalau ada
orang yang giat seperti ini. Mau memberi uang berapapun senang saja, karena
hasil kerjanya memuaskan.
Saking
lamanya berlangganan, orang-orang yang tinggal di sepanjang jalan yang dilalui
ojek mang Asep,antara rumahku dengan sekolah anak-anak, banyak yang mengira
bahwa si Kakak dan si Ade adalah anak- anaknya mang Asep. Mereka mengira begitu
karena mereka melihat setiap hari selama 12 tahun, mang Asep rutin membonceng
anak yang itu-itu saja. Jadi wajar kalau mereka berkesimpulan, bahwa si Kakak
dan si Ade adalah anak mang Asep. Tak hanya itu, teman-teman anak-anakkupun
banyak yang mengira bahwa mang Asep adalah ayah Kaka dan Ade. He he …
Sebetulnya
aku mengetahui kengawuran itu, namun aku membiarkan saja. Toh tak mengangguku,
dan anak-anak juga bersikap biasa saja. Sampai suatu hari di waktu yang
berdekatan, ada seorang tetangga baru mengatakan sesuatu yang bikin saya
dan anak-anak jadi lumayan bete juga.
Bete
yang pertama, pada suatu kesempatan anak-anakku berjalan kaki untuk suatu
keperluan dan berpapasan dengan ibu-ibu tetangga baru itu. Ketika
anak-anakku menyalami ibu itu, beliau menyapa anak-anak dengan ramah, dan
bertanya,
” Aduuh ini gadis-gadis cantik mau pada kemana ? Ini teh putranya Pak Asep yaa
? “
” Hemhgrgh …?! Pak Asep ? Bukan buu … kami anaknya Pak Heri “
” Pak Heri ? Lho bukannya kalian itu anaknya mang Asep yang tukang ojek itu ?
“, si ibu keukeuh
” Yahh, bukan buu … “
dst …
Berhubung si ibu tetangga baru keukeuh banget dengan keyakinannya bahwa si
kakak dan si ade itu anak mang Asep, akhirnya anak-anakku memilih langsung
angkat kaki dari pembicaraan yang nggak nyambung Itu. Nggak kebayang gimana
cemberutnya wajah anak-anak ketika itu. He he …
Bete
yang kedua, saat aku bertemu dengan si ibu tetangga baru itu di swalayan dekat
rumah. Kebetulan saat itu anak-anakku ikut denganku. Dengan ramah dan suara
keras, si ibu menyapa dengan bebas ” eeh, bu Aseeep ! Kumaha damang ? (* apa
kabar ? sehat ?)”
Mendengar itu, anak-anak gadisku langsung berjengit. Ekpressi wajah si Ade
kayak orang kejepit. ” Mang Asep lagi ??!
Aku tertawa dan menjawab kalem,
“Saya bu Heri, bu ! dan ini anak-anak saya. Sudah kenal ?”
” Oh iyaa sudah kenal. Ini kan anak-anaknya pak Asep, jadi ibu tentu istrinya
pak Asep, kann ? “
( Hadeeehh …. ampunn ..! Udah deh terserah si ibu aja mau ngomong apa. Hmhh ..)
Mendengar
penjelasannya yang sangat ” masuk akal ” itu, aku hanya bisa takjub, diam
seribu bahasa, bengong tak tahu harus menjawab apa.
Heran deh, si ibu kok keukeuh banget dengan keyakinannya bahwa si kakak dan si
ade adalah anak Pak Asep dan aku adalah bu Asep. Lha mbok ya dilihat, apa wajah
anak-anakku mirip dengan wajah mang Asep atau enggak. Wong wajah mereka
seperti Amerika sama Afrika gitu kok bedanya !
Selidik
punya selidik, tahulah aku, bahwa selama ini mang Asep memang membiarkan saja
“tuduhan” masyarakat, bahwa si kakak dan si ade adalah anaknya, dan aku adalah
istrinya. Ketika aku datangi dia untuk minta konfirmasi, eh dia malah
cengengesan senang.
Dasaarr mang Aseep ! Bete ahh …
Saat
aku ceritakan soal ini sama suamiku, reaksi suamiku malah ketawa-ketiwi, sambil
menjawil pipiku ” bu Aseeep ! Bwuahahahaaa …”
*#!?+@*#!!*!
Salam
sayang,
Anni
No comments:
Post a Comment