Waktu berlalu begitu cepat seperti
berlari saja. Tanpa terasa kita telah memasuki awal tahun ajaran baru.
Anak-anak semakin bertumbuh besar dan sudah naik ke kelas berikutnya. Ada yang
sudah lulus sekolah, ada juga yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Apakah
teman-teman sudah memiliki rencana untuk pendidikan putra-putri tercinta ? atau
mungkin teman- teman sendiri berencana melanjutkan studi ke jenjang yang lebih
tinggi ?. Merencanakan pendidikan memang gampang – gampang susah. Jika kita
tidak bersikap teliti dan cermat, alih-alih mendapatkan pendidikan seperti yang
diharapkan, justru kita terjerumus menjadi korban penipuan yang berkedok
pendidikan.
Di awal tahun ajaran seperti ini
biasanya akan marak penawaran studi ke berbagai perguruan tinggi, dengan iming
– iming biaya pendidikan murah dan fasilitas yang serba lengkap , Jika semua
yang dijanjikan itu nyata, tentu saja tidak menjadi masalah karena memang itu
yang dicari. Namun harap diingat, jika iming-iming itu sudah melampaui batas
kewajaran dan tidak masuk di akal, maka ini merupakan sinyal merah tanda kita
harus bersikap ekstra waspada terhadap bahaya penipuan yang sekilas tampak
menggiurkan .
Kedatangan tamu yang mencengangkan
Beberapa waktu yang lalu sekolah
kami kedatangan tamu yang mengaku staf Humas salah satu perguruan tinggi swasta
di Jakarta. Oleh pegawai TU, tamu tersebut langsung diantarkan ke kantor guru,
yang kebetulan sedang ramai karena sedang jam istirahat. Ternyata Pak Humas itu
bermaksud menawarkan studi ke jenjang S2 dan S3 kepada kami.
Sungguh diluar dugaan, ternyata kami
mendapat penjelasan yang sangat menakjubkan. Penjelasan yang membuat kami
terbengong-bengong, diam seribu bahasa. Dunno what to say. Merasakan bercampur
aduknya perasaan di dalam hati. Antara ingin mentertawai keras-keras orang itu
langsung di wajahnya, antara ingin melemparnya saja ke jalan, juga rasa
prihatin saat menyadari betapa pendidikan di negeri ini sudah jatuh ke jurang
bisnis yang sangat tidak bermoral ! . Saya tidak sudi lagi mendengar
penjelasannya lebih jauh, dan memilih beranjak masuk ke kelas. Tak lama
kemudian dari kejauhan kulihat Pak Humas yang berpenampilan gaya itu
digiring oleh Security ke luar gerbang. Baguslah. Tahukah teman- teman,
apa yang dia tawarkan ? Perkuliahan murah meriah !
Perkuliah instant dengan kelas jauh
( asli jauuh banget ! )
Dengan gayanya yang menawan, Pak
Humas itu tanpa tedeng aling-aling menawarkan program perkuliahan yang sangat
fantastis. Fantastis dari segi lama perkuliahan, dari segi kemudahan
pelaksanaan, dan dari segi pembiayaan. Dengarlah penjelasannya itu :
Untuk program studi S1, biayanya
cukup 17 juta, program Magister dihargai 20 juta, dan untuk program
Doktoral silahkan mengeluarkan uang 30 juta rupiah saja. Semua jenjang
pendidikan memakan waktu yang sama, yaitu 3 bulan.
Tidak perlu menyusun Skripsi, Tesis,
dan Disertasi. Pokoknya uang segitu sudah all in. Waktu perkuliahanpun bisa
diatur, kalau ada waktu silahkan kuliah, kalau tidak ada waktu boleh titip
absen. Gampang kan ? . Ada lagi yang lebih asyik,
kami tak perlu jauh- jauh datang ke Jakarta untuk menjalani perkuliahan. Cukup
di sebuah tempat di dekat-dekat sini saja, itu juga kalau ada waktu. Namanya
juga kelas jauh, ya wajar kalau ruang kuliahnya jauh banget dari kampus pusat.
Saya kenal dengan seseorang yang
entah karena kurang wawasan atau tergoda apa gitu, akhirnya terjerumus
mengikuti perkuliahan abal-abal ini dan menjalani perkuliahan di kelas
jauh. Bayangkan saja. Teman saya itu, tempat tinggalnya di Cisolok, sebuah
kecamatan di pelosok Sukabumi Jawa Barat dekat dengan pesisir pantai
Selatan, sementara kampus pusatnya di Surabaya ! . Entah mungkin dia mendapat
hidayah atau mungkin juga dia kejedot di kepala dengan kerasnya hingga tersadar
dari amnesia, akhirnya dia menyerah dan berhenti menjalani program kuliah
abal-abal ini
Kampus, Dosen , ijazah, semuanya
aspal
Saya teringat berita setahun lalu,
tentang keberhasilan pihak berwajib di Jawa Timur menggulung sindikat pembuat
ijazah palsu dan perkuliahan palsu . Melihat modus operandinya,
para kriminal itu jelas melakukan aksi jahatnya dengan sangat profesional
dan terstruktur, yang melibatkan orang-orang dari dalam kampus yang memang
sangat menguasai pekerjaannya.
Untuk meyakinkan mangsanya,
komplotan penipu ini menghadirkan dosen betulan ke ruang kuliah. Tentu saja
sang dosen inipun adalah anggota komplotan yang aslinya memang mantan
dosen sungguhan di sebuah PTN di Jawa Timur. Dosen penipu ini akan datang di
satu atau dua kali pertemuan saja, dan selanjutnya akan digantikan oleh oknum
yang bertugas sebagai dosen pengganti, atau tidak ada perkuliahan sama
sekali.
Selanjutnya mahasiswa abal-abalpun
tinggal menunggu waktu wisuda. Bagaimana dengan Skripsi, Tesis, dan Disertasi ?
tenang saja, sebelum mendaftarpun, semuanya sudah jadi kok. Tinggal copas,
ganti judul sedikit-sedikit, hapus nama, ganti dengan nama baru, beres sudah.
Teknologi percetakan sudah canggih ini. Tinggal wisuda deh, itu juga kalau mau.
Toh kalaupun mau, kampusnya juga entah dimana. Tapi wisuda kan tidak terlalu
penting, yang penting ijazah sudah ditangan.
Nah inilah masalahnya. Kalau anda
mengira bahwa itu ijazah palsu, maka anda setengah benar. Karena yang benar
adalah, itu ijazah aspal, alias asli tapi palsu ! Asli kertasnya, asli
tanda tangan rektornya, asli capnya, dll, semuanya asli. Ya tentu saja asli,
karena melibatkan oknum yang memang bekerja di institusi perguruan tinggi yang
namanya dicatut. Namun semua itu palsu, karena semua proses dan standar
nya palsu alias ilegal ! ( kompas.com)
Membohongi diri sendiri pasti sangat
menyiksa batin
Pak Humas itu mungkin hanya salah
satu contoh, atau miniatur, atau potret yang sesungguhnya dari masyarakat yang
tengah dilanda sakit mental. Dalam masyarakat yang seperti ini, kejujuran dan
rasa malu sudah menjadi barang yang langka bahkan mungkin tidak dikenal sama
sekali. Kecurangan dan keculasan sudah begitu parah mewarnai kehidupan
masyarakat, hingga merangsek ke dunia pendidikan. Sebuah institusi yang seharusnya
menjadi gerbang penjaga kejujuran sebuah bangsa.
Jika seseorang merasa bangga dengan
selembar ijazah yang didapat dengan jalan haram , merasa bangga menyandang
gelar akademik berderet panjang padahal semuanya dusta belaka , merasa
bangga dengan nilai-nilai yang tertera di kertas ijazah, sementara kita tidak
menjalani proses pendidikannya sama sekali , merasa jumawa dengan jabatan
publik yang diraih dengan menyertakan ijazah palsu, kemungkinan besar dia
mengalami gejala gangguan jiwa.
Boleh jadi seseorang akan sukses
melenggang mendapatkan jabatan publik atau menjadi apa saja yang dia mau dengan
uang yang dimiliki dan ijazah palsunya. Namun siapa yang dapat membohongi Allah
dan mendustai hati nurani ? sampai kapan dia akan bertahan dengan dustanya jika
suatu saat rekan-rekan, keluarga, atau anak-cucunya bertanya, dulu sekolah
dimana, kuliah dimana ? siapa gurunya , siapa dosennya, siapa teman
seangkatannya ? mengapa tidak pernah menceritakan kehidupan saat sekolah dan
kuliah dulu ?
Oh ya tentu saja sangat mudah menjawab semua pertanyaan itu : karang saja
sebuah kebohongan baru. Namun sekali lagi, sampai kapan dia akan mempertahankan
kebohongannya itu ? sampai mati ?
Pendidikan harus diperlakukan dengan
benar dan jujur
Pendidikan adalah dunia formal yang
serius. Kesungguh-sungguhan dalam menempuh pendidikan sangat
menceriminkan kemampuan seseorang berkomitmen dalam hidupnya. Jika kita ingin
melihat apakah seseorang telah menjalani pendidikan dengan benar dan jujur ,
maka lihat saja kualitas hidupnya. Ketika seseorang berhasil meraih
kesuksesan dalam hidupnya, berbahagia dalam kehidupan sosialnya, seimbang dalam
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya, maka dapat dipastikan, di masa
mudanya ia telah menempuh pendidikan dengan sangat tekun dan serius. Artinya,
jika kita mengharapkan anak-anak kita dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan
dalam hidupnya, maka berilah anak-anak kita pendidikan yang benar dan jujur.
Ajarilah juga anak-anak kita memandang dan memahami, bahwa pendidikan adalah
sesuatu yang sangat berharga dan sangat mulia, sehingga mereka menjalani
pendidikan dengan penuh kesungguhan hati dan jujur.
Jangan mengartikan pendidikan hanya
sebatas kegiatan belajar mengajar antara Guru dan Murid di dalam kelas. Terlalu
sempit jika mengartikan pendidikan sebatas itu. Alam yang terbentang luas ini,
dengan segala ciptaan Nya adalah Guru dan gudang ilmu bagi kita dan anak-anak
kita. Reguklah ilmu sebanyak-banyaknya, dengan cara yang benar dan jujur.
Karena pendidikan itu bukan hanya tuntutan kemanusiaan, namun juga perintah
Allah bagi umat yang mempercayai Nya.
Akhir kata, di awal tahun ajaran
baru ini, berhati – hatilah dengan penawaran pendidikan instant yang hanya
bermaksud menipu. Dan bagi yang tergiur, saya hanya dapat berkata, berhentilah
membohongi diri sendiri, tak akan kuat kita menanggung laranya seumur hidup.
Tak akan kuat pula kita menanggung akibatnya di akhirat nanti.
Demikian teman-teman, semoga
bermanfaat. Semoga Allah senantiasa menjaga kita agar senantiasa bersikap benar
dan jujur.
Salam sayang,
anni
No comments:
Post a Comment