Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Monday, December 23, 2013

Karena Kadang Hadiah Tak Selalu Cocok di Hati


Teman- teman pernah nggak mendapat hadiah, tapi malah jadi bingung ? nggak tahu apa yang harus dilakukan dengan hadiah itu ? wah saya sih pernah, beberapa kali malah. Sebetulnya saya paling takut kalau dibilang, “jadi orang kok nggak tahu berterimakasih ”, gara-gara saya malah kebingungan alih-alih mengekpresikan kegembiraan saya saat mendapatkan suatu hadiah. 

 

Saya punya sedikit pengalaman nih. Suatu hari saya mendapat hadiah sehelai gaun Kaftan dari orang tua murid, yang dibeli saat kembali dari perjalanan umrah. Gaunnya mewah sekali. Terbuat dari kain Georgette chiffon halus mengilap yang saya yakin pasti sangat mahal harganya. Dihiasi pernak-pernik yang disematkan di seluruh bagian dada, terus memanjang hingga ke bagian pinggang dan menyebar ke seluruh bagian sisi luar lengan baju. Warna gaun itu oren mencolok seperti warna jeruk mandarin yang sudah sangat matang. Sebuah warna yang paling saya hindari, sebab kalau saya pakai baju berwarna itu, orang-orang akan benar-benar mengira saya adalah segelas es jeruk. Namun bukan warnanya sangat yang membuat saya enggan memakai gaun itu. Hiasan-hiasan yang bermotif ruwet itulah pangkal segala kebingungan saya.


Bayangkan saja, seluruh mote-mote, payet, dan entah hiasan apa lagi yang disematkan di gaun itu, semuanya terbuat dari bahan yang mengkilat, berkilau, blink-blink, yang kalau tertimpa cahaya lampu atau cahaya matahari, hiasan itu akan memantulkan cahaya gemerlap bersinar-sinar menyilaukan mata. Sangat semarak, glamour, tapi rada norak. Pendek kata, itu adalah gaun kaftan terheboh yang pernah saya lihat.



Jelas saja saya jadi bingung dibuatnya. Pertama saya tidak begitu suka dengan baju model kaftan yang saya nilai ribet itu. Yang kedua, saya tidak suka memakai baju yang membuat saya jadi bercahaya, berpendar-pendar. Kesannya  kayak orang mau pergi karnaval di Brazil. Masalahnya, si ibu yang memberi hadiah itu sangat mewanti-wanti agar saya memakai baju itu ke sekolah. Dan besok saya sudah membuat janji akan bertemu beliau untuk membicarakan prestasi belajar anaknya.  Bayangkan saja, saya ini kan ibu guru. Masak saya harus tampil dengan gaun semacam itu?. Nanti kalau murid-murid mengira saya ini Hetty Koes Endang, bagaimana  ??


13874938121447724515 

isucabusiness.blogspot.com


 

Tak hanya itu saja sebetulnya pengalaman saya. Saya ingat pernah beberapa kali mendapat hadiah berupa barang yang kurang cocok di hati, yang membuat saya bimbang, akan diapakan barang-barang itu. Dipakai saya jadi tampil ajaib, namun dibuang ya sayang juga. Jadi ini yang saya lakukan


1. Pakai saja tapi bawa gantinya



Untuk kasus mendapat hadiah berupa baju, sepatu, atau tas yang warna dan modelnya bikin keselek orang yang melihatnya, sementara si pemberi hadiah memaksa kita memakainya, maka saya sarankan, pakai saja semua baju , sepatu, atau tas itu, hanya saat berjumpa dengan dia. Namun kitalah yang harus menentukan durasi perjumpaan. Lebih cepat lebih baik. Nah, saat dia sudah menghilang dari depan hidung kita, segera ke toilet, dan gantilah semua baju-tas-sepatu itu dengan yang biasa kita gunakan. Nah, beres persoalan. Dia senang, kita tenang.



2. Datangi tukang jahit, modifikasi



Jika kita mendapat hadiah berupa pakaian yang warna, model, atau motifnya enggak banget, sementara kita merasa sayang untuk menyimpannya begitu saja di sudut lemari, maka saran saya yang selanjutnya adalah, datangi tukang jahit, dan minta dia mengubah model atau ukurannya. Soal warna dan motif memang tidak bisa diapa-apakan lagi. Tapi model baju masih bisa diakali. Jika anda sudah mendapatkan model yang sesuai, maka tinggal menambahkan blazer atau jaket berwarna netral untuk mengurangi warna yang terlampau mencolok. Kalau masih juga norak, ya sudah jangan dipakai. Tapi jangan dulu berkecil hati. Setidaknya baju itu masih bisa dipakai untuk tidur. Sesekali asyik juga lho, tidur pakai baju bagus, alih-alih daster atau piyama. Pura-puranya kita ini Kim Kardashian.



3. Bagikan ke tetangga, atau bawa ke tempat kerja



Mendapat bingkisan satu kotak kue Lapis Surabaya yang manis legit, memang menyenangkan. Tapi kalau dapatnya sampai 10 kotak, bingung juga kan ? dimakan sendiri yakin tidak akan habis. Lalu harus bagaimana ?. Ah gampang itu sih. Ambil pisau, potong-potong kue itu, lalu bagikan kepada tetangga. Mereka pasti akan senang menerimanya. Atau bisa juga kita bawa kue itu ke tempat kerja, atau ke tempat arisan, lalu bagikan. Percaya deh, apapun kalau dimakan rame-rame akan terasa lebih nikmat sekali. Kuepun habis, hati senang, dan terhindar dari kemubaziran.



4. Berikan pada orang yang membutuhkan



Di dunia ini selalu ada orang yang berselera pada hal-hal yang ajaib dan berbeda. Termasuk menyukai baju, atau sepatu, atau tas dengan model yang tidak biasa (aka : norak). Nah kepada merekalah segala barang itu boleh kita berikan. Tapi kita harus berhati-hati. Lihat dulu siapa orang yang akan kita beri. Kadang, orang suka gengsi kalau dikasih baju, sepatu, atau tas. Merasa direndahkan. Padahal kan bukan dengan maksud itu kita memberi mereka. Tapi sudahlah, manusia memang suka salah sangka. Jadi sebaiknya berhati-hati sajalah. 



5. Simpan sebagai koleksi cendera mata

Untuk keperluan itu kita membutuhkan lemari display yang dapat mudah dilihat dari segala sisi. Tempatkan semua barang-barang hadiah yang tidak kita gunakan, sesuai dengan jenis atau peruntukannya. Beri label yang berisi keterangan tentang nama barang, nama pemberi, tanggal kepemilikan, dibuat dari apa, untuk keperluan apa, dan lain-lain yang sekiranya bermanfaat. Esok, lusa, entah kapan, kalau kita sudah tua, semua barang itu akan menjadi kenangan tersendiri bagi kita. Kenangan tentang orang-orang yang sudah berbaik hati memberi hadiah pada kita. Kenangan saat hati kita diliputi rasa bahagia bercampur bingung, ketika menerima hadiah berupa benda yang membuat kita tercengang. Kalau sudah puas menatapnya berlama-lama, silahkan sumbangkan kepada saudara-saudara yang membutuhkan. Tetep !

13874939451267736158 

fimela.com


 

Terakhir ….



Siapa orangnya yang tak senang mendapat hadiah. Sekedar mendapat sebuah payung atau kalender dari Bank tempat kita menabung saja rasanya senang sekali. Apalagi kalau sampai mendapat hadiah undian berupa mobil atau tiket liburan berdua. Wah pasti senangnya selangit. Tapi seringkali cerita dalam hidup ini tak sepenuhnya bisa kita atur sesuai dengan kemauan kita. Dan ketika tiba saatnya seseorang mendatangi kita, memberikan hadiah sebagai tanda persahabatan, dengan senyum manis dan tatapan tulus di wajahnya, tak ada lagi yang bisa kita lakukan kecuali mengucapkan terimakasih, menjaga persahabatan, dan bersyukur, bahwa masih ada orang baik di dunia ini. Tak ada lagi alasan untuk mengatakan tidak suka pada hadiah dalam bentuk apapun. Ada banyak cara untuk menunjukkan rasa syukur kita, bukan ? Nah, semoga bermanfaat ya teman-teman!  kangen nih, serius .



Salam sayang,



Anni



http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2013/12/20/karena-kadang-hadiah-tak-selalu-cocok-di-hati-620972.html 

No comments:

Post a Comment