Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Wednesday, November 13, 2013

Dari Ajang Miss Universe 2013: Kecantikan Perempuan yang Distandarisasi



13841369952116593000

Pemenang kontes pemilihan ratu sejagat – Miss Universe 2013 telah diumumkan 9 November lalu di Moskow, Russia. Dan seperti telah diketahui, gadis cantik asal Venezuela Maria Gabriella Isler ( 25 tahun ) dinyatakan sebagai pemenangnya. Meski saya seorang perempuan, saya senang melihat wajah gadis – gadis cantik dari berbagai negara, yang tidak sekedar “mengadu” kecantikan, namun juga memiliki bakat dan kecerdasan yang luar biasa, juga kepribadian yang baik. Saya selalu senang dan kagum pada anak- anak muda yang seperti itu. 

Namun ada satu hal yang terlintas di dalam pikiran saya, manakala saya melihat siapa pemenang Miss Universe, atau Miss World, atau Miss apapun itu, yakni ada kesamaan atau kemiripan yang luar biasa dalam penampilan para pemenang ajang kontes- kontesan ini.

Kecantikan perempuan yang distandarisasikan

Mari kita perhatikan perempuan-perempuan cantik dalam gambar di atas artikel ini. Ini adalah foto para gadis cantik pemenang Miss Universe dari masa ke masa. Bagaimana ? cantik – cantik bukan ?. Ya jelaslah cantik – cantik, namanya juga Miss Universe. Tapi bukan itu yang saya maksudkan dalam tulisan ini. Saya tidak bermaksud meminta anda memilih siapa yang paling cantik diantara para pemenang Miss Universe tersebut . Saya hanya ingin meminta teman – teman membandingkan sekilas saja, apakah ada kemiripan penampilan diantara mereka ? apakah anda sepakat dengan saya, bahwa kecantikan mereka equal ? sulit dibedakan satu sama lainnya ?

Melihat kemiripan mereka, wajar jika orang – orang berpendapat bahwa para juri ajang Miss Universe memiliki standar kecantikan yang sudah baku, yang harus dimiliki para kontestan jika ingin memangkan kontes ini. Apakah standar kecantikan yang dimaksud ? ya apa lagi kalau bukan : tubuh ramping tinggi semampai proporsional, potongan tubuh sexy, rambut panjang tergerai, lurus atau sedikit berombak di bagian ujung rambut, lebih disukai berwarna perunggu atau tembaga, wajah oval cenderung tirus, gigi putih bersih berderet rapi, mata lebar, alis mata melengkung, hidung mancung, bibir berisi, dan kulit mulus berwarna madu terang. 

Kelihatannya standar kecantikan para juri Miss – Miss an sedunia ini masih itu- itu saja, tak pernah bergeser selama satu dekade. Saking ketatnya standar kecantikan itu, Riyo Mori yang menjadi Miss Universe tahun 2007 asal Jepang, tampil tak seperti gadis Jepang. Matanya lebar dan rambutnya panjang berombak. Padahal yang namanya orang Jepang, dari sejak jaman mereka diciptakan sampai hari ini, matanya nyaris merem saking sipitnya, dan rambutnya lurus tak ada yang berombak sebagaimana penampilan ras Mongoloid pada umumnya. Tapi kalau Mori keukeuh dengan penampilan asli Jepang, belum tentu juri akan memilihnya sebagai pemenangnya, karena bukan seperti itu selera juri. 

Ada lagi Leila Lopes , gadis cantik berkulit hitam manis dari Angola yang merasa harus meluruskan rambutnya. Padahal sejatinya, mana ada orang Angola berambut lurus. Secara alamiah orang Angola berambut keriting kecil – kecil seperti Brokoli. Rambut manusia yang berasal dari ras Negroid memang seperti itu bukan ?. Usaha Leila tidak sia- sia. Dengan rambut lurusnya, penampilan Leila berubah bak boneka Barbie yang sangat jelita, dan berhasi keluar sebagai pemenang Miss Universe 2011. Masih banyak lagi contoh yang lainnya, yang menunjukkan, betapa untuk memenuhi standar atau lebih tepatnya selera kecantikan para juri, para kontestan ratu kecantikan dari berbagai negara dan berbagai ras, terpaksa harus berpenampilan seragam. 

Hanya Kapitalis yang menstandarisasi kecantikan perempuan

Bukan rahasia lagi, segala ajang kontes ratu kecantikan yang digelar di berbagai negara, sarat dengan motif bisnis yang beromset total milyaran dollar. Tentu saja para sponsor dan donatur yang terlibat dalam acaratersebut memiliki syarat- syarat yang wajib dipenuhi pihak penyelenggara. Para kontestan ajang ratu kecantikan sejagat adalah aset yang sangat potensial bagi promosi bisnis mereka. Oleh karenanya para gadis ini harus memiliki performa yang sesuai dengan brand image bisnis para kapitalis ini. Para gadis ini nantinya akan menjadi bintang iklan, menjadi barand ambassador berbagai produk industri, menjadi duta pariwisata, menjadi humas perusahaan – perusahaan raksasa, dsb. 

Di berbagai belahan dunia, jangankan para finalis ratu sejagat, gadis yang baru sekedar mendaftarkan diri menjadi calon peserta saja, dan sudah dinyatakan gugur pada babak-babak awal, sudah dapat dipastikan memiliki kecantikan dan penampilan yang menawan, makanya mereka berani mendaftarkan diri. Gadis jelek mana berani. Selanjutnya meski gagal, para gadis cantik ini akan direkrut menjadi ini dan itu di negaranya masing – masing, yang jika mereka beruntung berujung menjadi pesohor, semisal menjadi bintang iklan, menjadi host acara TV, menjadi bintang sinetron, bintang film, dll, yang kesemuanya melibatkan industri dalam skala besar, melibatkan modal raksasan dan melibatkan kecantikan sebagai daya tariknya.

Sebagaimana sudah dimaklumi, gaya hidup kapitalis identik dengan gaya hidup materialistik dan hedonik. Yang penting untung, yang penting senang, tak peduli apakah kehidupan yang dijalani itu melanggar norma, atau tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Para kapitalis akhirnya mendefinisikan kecantikan perempuan sesuai dengan selera dan ideologi mereka. Tak peduli, bahwa perempuan itu secara natural memiliki kecantikan berbeda-beda sesuai dengan rasnya. Namun para kapitalis, mana mau peduli. 

Yang paling gawat, akibat serbuan iklan dan promosi di berbagai media, para gadis di seluruh dunia dibuat percaya, bahwa begitulah standar kecantikan yang benar, yakni seperti yang tampak pada penampilan para kontestan ratu kecantikan. Kalau seorang gadis kebetulan memiliki rambut keriting, berkulit gelap, bertubuh sedang tak terlampau ramping semampai, berhidung rata alih – alih bangir, bermata sipit, atau bergigi gingsul, maka dia akan sangat yakin bahwa dia tidak cantik. Kan kacau jadinya. Kalau begitu hingga hari kiamat tiba nanti, cuma gadis – gadis dari Asia Barat dan negara- negara latin saja yang akan disebut cantik. Sementara gadis Melayu, gadis Afrika, gadis – gadis Asia dari rasa Mongoloid, gadis Eropa yang terlampau putih dan berambut warna jagung, tak akan pernah dikatakan cantik. Kasihan sekali…

Setiap bangsa memiliki standar kecantikan yang berbeda

Kalau tidak percaya tanya saja orang Mauritania. Hanya perempuan yang bertubuh subur yang disebut cantik, dan akan menjadi rebutan kaum pria disana (aku mau pindah ke sana ah. Eh tapi aku kan sudah punya suami :D ) . Tanya suku Karo dari Ethiopia ( bukan Karo Sumatera Utara ), cuma perempuan yang sekujur tubuhnya dipenuhi bekas luka saja yang dikatakan cantik. Tubuh berkulit mulus itu menjijikkan para pria disana, karena mengingatkan mereka pada hewan lintah. Lalu tanya orang –orang di perbatas Thailand – Myanmar. Perempuan di daerah – daerah itu baru dikatakan cantik jika mereka memiliki leher panjang bak Jerapah, sehingga mereka memanjangkan lehernya sedemikian rupa dengan gelang leher yang berfungsi memanjangkan tulang leher. 

Di tempat lain, kecantikan perempuan justru bukan terletak pada wajahnya, namun pada bagian – bagian tubuhnya yang berkonotasi daya tarik seksual, semisal, dada, pantat, betis, kulit, dsb. Sebagai contoh, kaum pria dari suku Sunda sangat menggemari perempuan bertubuh semok bahenol nerkom, yang berkulit kuning langsat, berdada dan berpantat besar. Sementara wajah, cukup manis saja, tak terlalu cantikpun tak mengapa. Karena bagi orang Sunda, bukan kecantikan yang utama, namun sejauh mana perempuan itu lihay bergoyang di dapur mengulek sambel dan meracik makanan, juga sehebat apa perempuan bergoyang di ranjang. Menurut akang – akang dari Pasundan, buat apa cantik kalau tak bisa masak dan tak pandai bergoyang ! benar gak ?

Standar kecantikan yang umum

Jangankan sebuah bangsa, bahkan setiap orangpun memiliki standar kecantikan yang berbeda – beda, tergantung selera masing – masing. Dan yang namanya selera, mana bisa diperdebatkan. Namun demikian ada beberapa standar kecantikan (fisik) yang keilhatannya disepakati oleh sebagian besar bangsa di dunia ini, yang kurang lebih adalah sebagai berikut : postur tubuh proporsional, kulit, gigi, dan rambut bersih dan kuat, yang kesemuanya menunjukkan level kesehatan seorang perempuan. Lalu mata bersinar cemerlang, yang menunjukkan kecerdasan, raut wajah ramah, dan senyum yang menawan. Cukup memiliki itu semua, seorang perempuan dari bangsa manapun, sudah dapat dikatakan cantik. Tak peduli apa warna kulitnya, warna mata, warna rambut, bentuk mata, bentuk rambut, dsb. 

Rasanya semua orang sepakat, bahwa kecantikan fisik menjadi kurang berarti manakala seorang perempuan tak memiliki kecantikan pribadi. Banyak contoh perempuan di dunia ini yang kecantikan pribadinya mengatasi pesona fisiknya, semisal Michelle Obama - ibu negara Amerika Serikat, Aung San Suu Kyi – pejuang demokrasi dari Myanmar, Oprah Winfrey - pesohor dari Amerika Serikat, dll. Secara objektif wajah mereka tak terlampau jelita, namun hampir semua orang, laki-laki dan perempuan , terpesona pada sosok mereka.

Begitulah. Kecantikan perempuan sungguh tak layak distandarisasikan, apa lagi ditentukan oleh para pengiklan produk kosmetik yang jelas-jelas hanya menginginkan keuntungan dari impian perempuan. Standar kecantikan sangat bergantung pada selera manusia, pada nilai-nilai yang dianut oleh suatu bangsa, pada pemahaman suatu bangsa terhadap kecantikan itu sendiri, dan pada kearifan lokal suatu masyarakat.

Betapa pentingnya para orang tua dan para pendidik menanamkan pengertian kepada anak-anak gadisnya, bahwa keindahan fisik bukanlah harga mati bagi sebuah keberhasilan dan kebahagiaan. Yang terpenting adalah bagaimana seseorang menerima dirinya sebagaimana apa adanya, berdamai dengan kekurangan-kekurangannya, lalu menutup kekurangan fisik itu dengan akhlak yang mulia, dengan budi pekerti yang baik, dengan senyum yang ramah, dan dengan tegur sapa yang santun. Itulah kecantikan yang sejati. Nah, semoga bermanfaat ya ..


Salam sayang,

anni


No comments:

Post a Comment