thecyberhoodwatch.com
Bukan sekali ini saja masyarakat Indonesia
dibuat tercengang oleh berita tentang beredarnya video porno yang
menggambarkan persetubuhan manusia dengan begitu gamblang dan vulgar.
Sebetulnya sejak dulu sudah ada kejadian seperti ini. Hanya saja video
esek-esek anak SMP yang kemarin itu sangat gencar diekspos oleh media massa,
jadi kesannya lebih heboh.
Tak mungkinlah masyarakat melupakan video fenomenal
berjuluk ” Bandung Lautan Asmara “ yang dilakoni sepasang
mahasiswa belia dari kota Kembang. Masih segar juga diingatan kita, video
seks yang laris manis di dunia maya yang mengumbar seks segitiga selebritis
ternama Luna Maya- Ariel Peterpan dan Cut Tari. Lalu ada lagi video mesum
anggota DPR, video mesum PNS, video mesum calon bupati, video mesum anak SMA,
dll, sampai video mesum terbaru, yang para pelakunya adalah anak-anak
yang masih ingusan, yang membayangkan adegannya saja sudah ingin muntah rasanya.
Belakangan hari ini semua orang
membicarakannya, semua kalangan mendiskusikannya, semua golongan menghujatnya
sampai berbusa-busa mulut dibuatnya. Tapi semua itu hanya berlangsung
sesaat saja. Sebentar kemudian kasusnya menguap begitu saja, hilang entah
kemana debu yang diterbangkan angin. Setelah itu masyarakatpun dengan
mudah melupakannya, tak lagi terus-menerus membicarakannya, sebab beritanya
sudah tak menarik lagi dan dianggap basi.
Laki-laki cabul vs perempuan nakal
Diakui atau tidak makin banyak saja laki-laki
berotak mesum dan perempuan nakal di negeri ini. Sebuah karakter yang sungguh
menjijikkan, namun tak ada satupun obat penyembuhnya. Bagaikan kanker stadium
lanjut, karakter ini seolah penyakit yang tak terobati lagi, jadi
dianggap lazim dan diterima saja. Namun tak seperti penyakit kanker yang
tidak menular, penyakit cabul sungguh menular dan menjalar.
Laki-laki berotak mesum. Di jalanan mengintip-intip paha perempuan yang kebetulan
memakai rok mini. Menatap penuh minat dada perempuan yang menyembul dibalik
leher baju yang terbuka. Bahkan laki-laki berotak cabul membayangkan dengan
pikiran joroknya, lekuk tubuh perempuan yang jelas-jelas memakai busana muslim
yang terjulur panjang. Membayangkan betapa nikmatnya bergumul dengan perempuan
yang tak setitikpun menampakkan bagian tubuhnya yang menggoda. Bagi
orang-orang yang berotak kotor bak comberan, tak ada jilbab yang
terlampau panjang, tak ada sikap yang terlampau santun, yang sanggup
menahan imajinasi liar untuk menelanjangi perempuan sebulat-bulatnya.
Lalu para perempuan nakal. Tingkah mereka
sungguh gatal. Perempuan-perempuan ini, meski mungkin tak terlampau cantik,
menggunakan tubuhnya untuk memuaskan nafsu duniawinya. Sebab mereka tahu,
laki-laki yang sedang terbakar birahi, sudah tak peduli lagi pada rupa. Asal
ada tubuh untuk disetubuhi, dan ada uang untuk penukarnya, maka terjadilah
transaksinya. Sesederhana itu. Lalu uangpun mengisi pundi-pundi, sementara
kenikmatan sesaatpun terpenuhi.
Perempuan-perempuan nakal itu, jikalah
berparas elok, maka semakin tinggi juga nilai tukarnya. Bisa merambah dolar,
meruntuhkan jabatan, kerobohkan kekuasaan, dan menegasikan keimanan. Mereka
memulas gairah di bibir nan merah merekah, menyibak genit kain penutup dada,
menarik tinggi kain penutup paha, menebar senyum mempesona dan bisikan nan
merdu merayu, lalu membuka paha memberi kenikmatan palsu nan lacur !
Laki-laki sebaik manapun, tetaplah makhluk
berhati lemah. Mana kuat iman di dada ini jika terus -menerus melihat sibak
paha dan dada di depan mata. Mana tahan jika terus berdekatan dengan perempuan
cantik beraroma wangi - bernafas hangat berlalu-lalang dan bersikap ramah
sepanjang hari. Mana bisa tak membayangkan menggumuli tubuh mulus perempuan cantik
seraya mereguk kenikmatan di hela nafas yang memburu.
Laki-laki cabul ada untuk perempuan nakal.
Mereka begitu klop, begitu cocok, seperti panci dengan tutupnya. Bersama mereka
mereguk kenikmatan ragawi, menyelami lezatnya surga duniawi, dan bersama mereka
menghancurkan martabat manusiawi. Mereka menjadikan seks sebagai alat untuk
menyetarakan level manusiawi dengan hewani
Sulit, sangat sulit menyingkirkan mereka dari
lingkungan kita. Karena boleh jadi manusia-manusia cabul itu adalah kaum
keluarga kita sendiri, sahabat kita sendiri, teman kerja, teman kuliah,
pasangan kita, atau bahkan diri kita sendiri. Bagaimana mungkin menyingkirkan
kecabulan dari masyarakat kita, karena semua orang kini sudah berperilaku
cabul. Dan semua kecabulan itu semakin diperparah karena para pemimpin negeri
inipun sekarang sudah terang-terangan mempertontonkan kecabulan. Benar-benar
menjijikkan !
Lalu media massa. Mereka terus dan terus
menderas gaya hidup bebas dan hedonik ke seluruh penjuru negeri. Mengajari gaya
hidup menuhankan harta dan kesenangan, tak peduli cara yang digunakan. Tak
kenal halal, tak kenal haram, yang penting hati senang. Dosa dan penderitaan
orang lain, peduli setan. Tak perlu heran jika kian hari kian marak saja gaya
hidup bebas dipraktekkan hingga ke institusi yang seharusnya menjadi garda
terdepan penjaga moral di negeri ini. Seks bebas tak lagi di lakukan di
bilik-bilik tertutup di gang Dolly, tapi sudah merambah hingga ke rumah-rumah
keluarga, ke gedung sekolah, ke gedung parlemen, bahkan ke rumah ibadah yang
seharusnya suci dan sakral. Jika sudah begini, siapa yang dapat disalahkan,
karena semua pihak di negeri ini turut andil menciptakan dosa kolektif seluruh
penduduk negeri. Menciptakan anak-anak yang tak mengerti, bahwa seksualitas
adalah sesuatu yang seharusnya bersifat privacy, yang diatur oleh hukum agama
dan negara.
Anak-anak selalu menjadi korban
Kecabulan sudah mendarah daging, sudah sulit
dilepaskan dari hati dan pikiran orang Indonesia. Di rumah-rumah, para orang
tua menyembunyikan video film biru di balik bantal, dan akan menyetelnya
diam-diam sebelum bersenggama karena mereka sudah kehilangan gairah terhadap
pasangannya. Lalu ketika lengah, giliran anak-anak mereka yang masih di bawah
umurlah yang akan melahap dengan penuh keingin tahuan film-film yang penuh
berisi adegan tumpang –tindih itu. Hingga mereka terbiasa dan terbangkitkan
nafsu syahwatnya di usia yang sangat dini. Manusia dungu macam itu, jangankan
menjadi orang tua, sekedar menjadi manusia sajapun sungguh tak pantas !
Dan di sekolah, guru-guru cabul dan pedofil
seolah mendapatkan lahan yang subur. Bocah-bocah yang masih imut dan ranum itu,
sungguh nikmat jika dihisap sari pati madunya. Sama sekali bukan pekerjaan yang
sulit, karena anak-anak itu masih polos dan bodoh. Tinggal diming-imingi uang
dan cokelat, atau dengan sedikit ancaman, terbukalah seluruh pakaian mereka,
dan terpenuhilah nafsu bejat sang guru cabul, meninggalkan trauma mendalam di
benak sang murid, yang lukanya akan mereka bawa sampai mati. Dan saya belum pernah
mendengar ada hakim menjatuhkan vonis hukuman mati kepada para guru cabul di
negeri kita !
Anak- anakpun berubah perangai. Dari anak
polos dan lugu, menjadi manusia cilik berotak mesum. Dengan sedikit trik yang
diajarkan oleh sinetron-sinatron di televisi yang mereka tonton, jadilah mereka
geng bajingan cilik yang sangat piawai bermain seks, seolah mereka adalah
manusia dewasa saja. Tak hanya saling bersetubuh dengan teman sebaya,
sekelompok siswa sekolah bahkan berkomplot mengabadikan persetubuhan itu
menjadi sebuah film lalu mengabadikannya menjadi sebuah karya yang mereka
anggap kreatif dan lucu-lucuan. Sungguh tak terbayangkan kerusakan moral dan
pikiran yang telah menimpa anak-anak itu.
Bayangkan suramnya masa depan anak-anak itu.
Bayangkan hancurnya hati para orang tua anak-anak itu. Bayangkan malunya para
guru anak-anak itu. Bayangkan betapa malunya menjadi pemimpin yang tak becus
menjaga moral anak bangsa di negerinya sendiri ! . Namun apakah kita
benar-benar dapat membayangkan semua rasa itu ? . Terus terang saya ragu. Mana
mungkin kita dapat berempati membayangkan kesedihan hati para orang tua dan
guru , jika kemarin kita masih menjadi bagian dari orang-orang yang turut
menyaksikan video mesum anak sekolahan itu. Lalu menyimpan dan membagikan
linknya kepada teman-teman di segala Facebook dan Twitter, dengan dalih agar
kita selalu waspada menjaga anak-anak kita. Mana mungkin seorang penikmat
pornografi memiliki empati sebesar itu.
Kemunafikkan dan Kecabulan yang dipelihara
Kalau dekat denganku, atau kenal denganku,
ingin rasanya kudatangi dan kutampar saja wajah orang-orang tak tahu malu yang
telah menyebarkan link-link video porno ke email, dan ke akun media sosialku.
Bagiku ungkapan keprihatinan mereka terhadap rusaknya moral anak bangsa ini,
cuma omong kosong yang tak berguna dan membuat perutku mual saja. Bagaimana
mungkin mereka beromong besar soal moral, jika justru dari tangan mereka
sendirilah tersebar link-link video yang tak senonoh itu ? apakah mereka tak
bisa memikirkan akibatnya ? beginilah rupanya jika manusia sudah kecanduan
pornografi. Kehilangan daya berpikirnya. Punya kelakuan munafik, tapi tak
menyadari.
Juga orang-orang yang berkerumun itu. Di
sekolah, di kantor, di kantor polisi, di kator pers, di pos hansip, di rumah-rumah
penduduk. Dengan dalih investigasi, mereka mencermati setiap detail adegan syur
yang tersaji di layar ponsel, dengan alasan membuktikan, apakah ini adegan asli
atau rekayasa, apakah pemerannya diperkosa atau melakukannya atas dasar suka
sama suka. Bohong banget .Lihat saja ,sambil berinvestigasi, pandangan mata mereka kian
sayu, nafaspun semakin memburu , karena fantasi makin mengharu biru , dan tak
lupa mengcopy si film saru. Investigasi apaan itu ?! sama sekali tak bermutu !
Sudahlah akui saja, sebagian kita ini memang
munafik ! sangat doyan melahap hal-hal yang bersifat cabul. Dari yang sederhana
sampai yang luar biasa. Dari yang murahan sampai yang mahalan. Semua hal yang
berbau ranjang, selalu disambut dengan girang. Namun kita sangat takut jika
anak-anak kita, murid-murid kita, keluarga kita terjerumus ke dalam pergaulan
bebas, sementara tak jua resleting celana ini kita naikkan. Syahwat ini terus
saja terumbar kemana-mana, terobral ke segala penjuru. Kecabulan dan
kemunafikkan terus dipelihara dengan asyik masyuk menonton film porno lalu
kemudian sesekali memakai jasa perempuan porno. Sudah tahu dosa, tapi kemesuman
terus dimiliki . Dasar munafik tak terperi !
Ingin anak tak berbuat mesum ? bercerminlah !
Bercerminlah dengan kaca yang bersih dan
bening. Tanyalah hati nurani yang tak pandai berdusta. Apakah kita ini sudah
cukup bermoral untuk mendidik akhlak anak-anak kita ? apakah kita akan dengan
ringan mulut melarang anak-anak mengakses konten pornografi, tanpa kita harus
bersitegang dengan hati nurani , karena kita tahu kita juga penghobi pornografi
?
Jika jawabannya adalah ” Ya, saya masih
suka mengkonsumsi pornografi “, maka tutuplah mulut kita, tak usahlah
menasihati anak-anak kita. Nasihati dan benahi saja diri sendiri sampai
kemunafikan itu dan kecabulan itu sama sekali hilang dari hati dan pikiran
kita.
Ayo teman-teman, selamatkan anak-anak tercinta
dari kejahatan pornografi !
Salam sayang,
anni
No comments:
Post a Comment