Kepanjangan
ya judul tulisan ini ? He he … sori menyori deh. Tadinya mau diberi
judul Anakku Bidadariku. Tapi saya hapus lagi, karena dipikir-pikir kok
jadi kaya judul film jadul tahun 80 an …
Begini
lho, saya teringat obrolan saya di dunia maya dengan salah seorang
sahabat yang kebetulan punya anak perempuan kecil yang umurnya sekitar 8
atau 9 tahunan. Saya sendiri belum pernah melihat secara langsung gadis
cilik itu, hanya melalui foto-foto yang diupload di facebook
saja.Kelihatannya anak itu berparas cantik dan berkulit putih seperti
Ibundanya. Ekspresi wajahnya ceria manja khas anak seusianya. Dia
berkerudung namun tetap terlihat lincah dan gesit, setidaknya tampak
dari cara dia berpose sambil melompat-lompat, bercelana jeans, dan
kadang bersepatu kets meski sedang berbusana muslim model long dress.
Nama
anak itu Dina. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan Dina, jika saja
Bundanya tidak mengobrol denganku soal putri ciliknya itu.Sebetulnya
obrolannya cuma satu topik : tentang banyaknya kutu di rambut Dina.
Segala cara membasmi telah dicoba, namun kutu-kutu itu tetap saja betah
bersarang di kepala Dina dan membuat gadis itu terganggu. Hmm … Kasihan
sekali ya, cantik-cantik kok ada kutunya.
Nah
ya sudah, berhubung saya ditanya, keluar deh naluriku sebagai Ibu Guru
yang bawaannya nerangin panjang lebar. Dan ini lah jawaban saya. Saya
buat perpoint ya, biar jelas. Maklum ibu guru kan pengennya serba
sistematis, he he …
1. Anak perempuan seumuran Dina itu, tubuhnya sedang dalam proses
pertumbuhan yang pesat, termasuk pertumbuhan hormon perempuan (terutama
hormon estrogen dan progesteron) di dalam tubuhnya. Konon katanya, kedua
hormon ini berbau anyir. Sehingga itulah sebabnya, anak-anak perempuan
seusia Dina, jika kebersihannya tidak dirawat dengan baik, akan
menguarkan bau anyir dari sekujur tubuhnya, terutama di bagian kulit
kepala dan kemaluannya. Aromanya seperti apa ya, kurang lebih seperti
ikan mentah gitu deh. Tapi kalau kata adik saya, baunya mirip bau Kucing
(memangnya Kucing ada baunya ya ? he he …)
2.
Bau-bauan tidak sedap yang berasal dari kulit kepala, ditambah anak
yang jarang keramas, lalu terkena terik matahari, bercampur keringat dan
debu, tentu menjadi hunian yang menarik bagi para kutu dan parasit
sebangsanya. Selanjutnya bersaranglah mereka dengan manisnya di kepala
Dina dan anak-anak lainnya.
3.
Cara mengobatinya sebetulnya mudah saja. Tapi yang lebih penting adalah
pencegahannya. Begini caranya : Cuci rambut anak dengan shampoo yang
sesuai. Garuk kulit kepalanya dengan lembut namun mantap. Gunakan ujung
jari, jangan gunakan kuku,karena kulit kepala anak dapat terluka. Oleh
karena itu, ibu-ibu yang mempunyai anak kecil, sebaiknya memang memotong
pendek kukunya. Setelah dibilas dengan bersih, keringkan dengan handuk
yang lembut dan bersih. Ambil cairan obat anti kutu, misalnya Peditox
(maaf ya bukan promosi nih. Habis cuma merek itu yang saya tahu).
Oleskan cairan itu ke seluruh permukaan kulit kepala sampai rata, sambil
digosok perlahan. Bungkus kepala anak dengan handuk hingga rapat,
diamkan 30 menit. Setelah itu, keramas lagi dengan air hangat kuku,
selesai deh. Biasanya kutu rambut akan langsung mati atau kabur. Namun
untuk kasus yang agak parah, cara tsb boleh diulangi lagi, satu kali
sehari selama 3 hari berturut-turut. Ada catatannya nih, seperti halnya
pemakaian obat-obatan, meski obat luar, tetap saja kita harus hati-hati.
Misalnya pertimbangkan usia anak dan pastikan bahwa kulit anak tidak
akan alergi setelah dioles obat ini. Selanjutnya setelah pasukan kutu
menghilang dari kepala, tinggal jaga deh kebersihan kulit kepala dan
rambutnya. Agar rambut si kecil tampil indah, subur, sehat berkilau.
4.
Masalah kutu insyaallah dapat diatasi dengan mudah. Pencegahannya itu
yang lumayan ribet. Punya anak perempuan kecil, ibaratnya kita dititipi
Allah Bidadari cilik di rumah. Jadi merawatnya pun, harus seperti
merawat bidadari, tidak boleh asal-asalan. Dari ujung rambut sampai
ujung kaki harus dirawat dengan cermat, terutama kebersihannya. Bukan
berarti lantas bidadari kecil itu kita perlakukan seperti sosialita yang
dikit-dikit nyalon, bukan. Maksudnya, dengan perawatan standar yang
tersedia di rumah kita, kita rawat bidadari cilik itu dengan telaten dan
sebaik-baiknya. Dari mulai mandi yang wajib dilakukan 2 kali sehari,
menggosok gigi setiap habis makan minimal menjelang tidur, keramas 2
hari sekali, dll. Itu masih standar banget. Yang namanya anak gadis,
biar kecil sudah punya kosmetik sendiri. Mulai talek atau bedak, baby
cream atau baby lotion biar kulit lembutnya tetap halus dan segar,
minyak kayu putih atau cologne, biar aroma bidadari kita tetap wangi,
dll. Soal aroma ini sangat penting. Upayakan agar anak-anak kita selalu
beraroma wangi dan segar, tidak hanya tubuhnya, namun juga mulut,
rambut,kaki, dan pakaiannya. Jangan sampai ketika anak-anak kita lewat,
tetangga sampai berjengit menutup hidungnya saking nggak tahan dengan
bau yang mirip bau kucing itu. Jangan sampai deh, sakit hati soalnya.
Tapi jangan sampai juga anak
gadis kita kebanyakan kosmetik, nanti
penampilannya malah kaya artis sinetron. Jadi hilang deh lucunya.
5.
Biasakanlah anak mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan. Kaos kaki
dan pakaian dalam harus sering diganti. Sepatu harus sering dicuci dan
dijemur di bawah panas matahari. Pakaian dicuci bersih,lalu disetrika
untuk menghilangkan kuman dan bau. Sekali lagi, ini demi beningnya
penampilan bidadari kita.
6.
Memilih pakaian bagi para bidadari cilik adalah kegiatan yang pada
umumnya menyenangkan. Gak perlu mahal atau mewah, yang penting manis dan
serasi dipandang. Lalu soal asupan gizi juga penting, perawatan
kesehatan, memilih tempat, jenis, dan alat bermain, dll juga tak kalah
pentingnya. Nah kan, dari ngomongin kutu kok jadi melebar kemana-mana.
Abis bagaimana, senang sih punya bidadari …
Lha
terus, yang nggak punya bidadari, yang anaknya cowok semua, dianggap
punya apa kalau begitu ? Oh tenang saja, kalau anak perempuan
diibaratkan bidadari, maka anak laki-laki diibaratkan malaikat
pelindung. Tapi ngomongin tentang Malaikat ini entar-entar aja ya,
soalnya tulisannya nanti jadi puanjang bangeds. Pegel kan ngetiknya …
7.
Terakhir nih, maaf ya kalau terkesan menggurui. Harap maklum, namanya
juga ibu Guru, kerjanya ya memang menggurui, he he … (Maksudnya mohon
maaf kepada ibu-ibu yang lebih pakar). Dah ah, mau masuk kelas lagi.
Semoga bermanfaat ya …
Salam sayang,
Anni - sukabumi
# eh ngomong-ngomong, Dina itu hanya nama samaran saja :)
sumber ilustrasi gambar :
www.people.desktopnexus.com
www.kakeyo.blogspot.com
No comments:
Post a Comment