Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Wednesday, October 24, 2012

Anya - Gadis Cilik yang Abadi di Hatiku

Anya. Seorang gadis cilik yang baru berumur 4 tahun. Matanya bulat hitam, rambut sebahu dikepang dua dengan poni menutupi sepasang alis matanya yang tebal melengkung. Lesung pipit di kanan pipinya, tampak dengan jelas jika dia tersenyum. Senyuman yang seketika menghapus ekspresi galak yang sering terpasang di wajah mungilnya. Perawakannya sedang namun berisi. Kulitnya bersih kecokelatan karena sering tertimpa sinar matahari. Anya jarang bicara, dia lebih senang berlari-lari menerobos ilalang yang lebih tinggi dari tubuhnya, di lapangan rumput di depan rumahnya ...

Anya kecil lebih mirip anak laki-laki ketimbang anak perempuan, mungkin karena dia dibesarkan di lingkungan laki-laki. Tak jarang Anya kelihatan berlari-lari mengejar bola di lapangan rumput bersama kakak laki-lakinya, atau merengek minta diijinkan menembak burung dengan senapan angin milik ayahnya. Namun permainan yang paling sering dilakukan adalah memanjat pohon Turi yang tumbuh tepat di depan halaman rumahnya, berayun di dahan yang rendah, lalu melompat ke tanah, dan tertawa-tawa girang sambil berlarian lepas menuju tanah lapang, bagaikan seekor kijang ...


Di petang hari, Anya sering duduk melamun di teras rumahnya, tak mempedulikan kakak dan adiknya yang asyik bermain di dekatnya. Anya lebih senang tenggelam dalam lamunannya yang coba dia kail dari lapangan rumput yg membentang hijau di depan rumahnya. Ah, lapangan rumput yang indah itu adalah segalanya bagi Anya. Di lapangan itu, Anya sering memetik bunga ilalang berwarna merah hati, lalu menyelipkan di kepang rambutnya, dan berkhayal menjadi Little Hiyawata, bocah cilik Indian seperti yang sering diceritakan ibu.


Atau memetik bunga terompet warna ungu dan putih lalu merangkainya dengan seutas tali rafia, menyematkan asal-asalan dikepalanya dan berkhayal menjadi Nirmala. Di lapangan rumput itu juga, Anya sering mengusik daun putri malu, menyentuh-nyentuhkan jari mungilnya ke kelopak daunnya, lalu tersenyum senang kala melihat daun itu tiba-tiba menguncup :)
Anya menganggap lapangan rumput itu adalah seluruh dunianya. Disanalah Anya belajar mengenal warna pelangi, melihat matahari terbenam, melihat angin puyuh sambil menangis, melihat sekawanan domba digembalakan, mengejar-ngejar capung dan mencoba menangkap kupu-kupu bersayap kuning yang terbang sangat cepat, melihat sekawanan burung gereja terbang berputar-putar untuk pulang ke sarangnya ...

Wajah Anya tidak cantik, namun manis dan membuat gemas siapa saja yang memandangnya. Tak terhitung sudah berapa jari yang mencubit pipi nya yang tembem berlesung, dan entah berapa pasang tangan yang menarik tubuh mungilnya untuk sekedar memangku lalu mendekapnya. Anya memang manis, lucu dan berani. Tak pernah sekalipun Anya tidak menjawab pertanyaan orang dewasa yang menanyainya ini dan itu.

Namun dibalik semua keriangan dan kelincahannya, Anya sesungguhnya adalah anak yang perasa dan selalu merasa tidak disayang. Dalam usia yang masih sangat kecil, Anya harus memiliki dua orang adik, yang membuatnya tidak lagi diperlakukan sebagai anak kecil yang dimanja-manja. Anya tidak merasa cemburu pada adiknya, dia hanya merasa sedih, karena tidak boleh lagi tidur di dekat ibu. Jika dia mencoba tidur di balik punggung ibu, ibu akan segera menyuruh Anya pindah ke tempat tidurnya sendiri, karena belakang punggung ibu adalah tempat bagi adiknya. Diam-diam Anya sering menangis sedih karena merasa ditolak.
Perasaan Anya yang terlalu sensitif dan sering sedih ini rupanya tidak membuat ibu terusik. Ibu terus saja sibuk dengan selusin anaknya. Terlalu banyak anak rupanya membuat ibu tak terlalu peka terhadap perasaan Anya.  Dan Anyapun semakin sering tenggelam dalam lamunannya, dalam khayalannya, dan semakin asyik dengan dunianya di padang rumput hijau yang membentang tepat di seberang halaman rumahnya.

* * * * *

Hingga tibalah saatnya Anya harus masuk sekolah.
Alangkah girang hati Anya di hari pertama dia mengenakan seragam sekolah yang sangat diidam-idamkannya itu. Dengan tas tersandang di bahu, dan sepasang sepatu baru, Anya pergi ke sekolah diantar ibu. Hanya dua hari Anya pergi sekolah diantar ibu, lalu selanjutnya Anya harus pergi dan pulang sekolah seorang diri, karena ibu sibuk bekerja di rumah, tidak ada waktu mengantar dan menjemput Anya.
Anya hanya merasa sedih sebentar, namun setelah itu gembira lagi, karena pergi dan pulang sekolah seorang diri membuka kesempatan baginya untuk bermain-main lebih dahulu.

Kehidupan di sekolah sangat membuka mata Anya untuk melihat dunia lebih luas lagi. Anya sangat senang membaca. Buku apa saja habis dibacanya. Tak hanya membaca, Anya selalu menenggelamkan dirinya dalam dunia yang digambarkan dalam buku-buku yang dibacanya itu. Dengan mudah Anya masuk ke istana pangeran bersama Cinderella, kesepian di menara bersama sang putri yang diculik naga, menangis bersana Dewi Nawangsari yang merindukan ibunya Dewi Nawangwulan yang telah terbang ke bulan ...

Dari buku-buku inilah, Anya mengenal kata SUAMI. Sebuah kosa kata yang menurut Anya sangat menarik dan menakjubkan. Sejak itu Anya selalu berkhayal ingin punya suami, mengarang-ngarang nama, mereka-reka wajahnya, dan ingin punya bayi dengan suaminya itu.

Anya berfikir, suaminya tentu akan sangat menyayanginya, akan selalu memeluknya, menemaninya, mencium pipinya, dan menolongnya saat terjatuh. Anya tidak akan merasa sedih dan kesepian lagi, jika punya suami yang ganteng dan penyayang :)

Bersambung yaa ...  ^__^



Salam sayang,
anni

******

Selected comments from my friends on Facebook :

No comments:

Post a Comment