Akhir - akhir ini
aku sering berpikir tentang kematian. Atau setidaknya berpikir tentang
orang-orang yg telah pergi meninggalkan dunia ini.
Aku teringat
pada teman-temanku, aku teringat pada tetanggaku, aku teringat pada
kerabatku, dan aku teringat pada Ayahku yang telah berpulang
meninggalkan kami sejak 26 tahun yang silam.
Di keheningan
malam yang sepi, atau di sela- sela siang hariku yang kadang sunyi, aku
sering mengenang Ayahku, dan tetap berusaha dengan keras mengingat
wajahnya agar tidak kian mengabur dari ingatanku karena tergerus oleh
sang waktu.
Dimanakah jiwa Ayah kini berada ? Apakah ayah
sedang berbahagia dan tenang di sisi Nya ? Apakah Ayah dapat melihatku
dari alamnya di sana ? Mengapa aku seriing diliputi perasaan rindu
kepada almarhum akhir-akhir ini ? Apakah karena Ayah juga sedang
merindukanku ?
Ah selalu saja, tak bisa tanpa air mata mengalir hangat di pipiku, jika mengenang mendiang Ayahku.
*********
Kerap
kali jika menyusuri jalan-jalan desa yang permai berbunga, atau
melintasi tanah lapang berumput hijau dengan bunga ilalang setinggai
dada di sisi-sisinya, atau melalui areal pemakaman yang beku membisu,
hatiku diliputi pertanyaan yang sangat kepada sang bumi tempatku hidup
dan menghirup nafas kini. Apakah bumi benar-benar menyimpan jasad
orang-orang yang telah berpulang, apa yang terjadi dengan mereka ?
Dalam
senyap dan hening di kalbuku, aku memberanikan diri bertanya kepada
sang Bumi. "Mengapakah engkau diciptakan begitu suci ? sehingga engkau
ditakdirkan menjadi alat bersuci bagi manusia ? sehingga engkau
ditakdirkan menjadi musholla di setiap sudut dan penjurumu ?"
Mendengar pertanyaanku,
Sang
Bumi menjawab tanpa kata. Suaranya hilang tertelan tirai kabut tebal
kelabu yang tiba-tiba melayang menyelimuti permukaannya. Aku hanya dapat
mendengar gaung suaranya yang mengalun sangat jauh dari dasar jiwaku.
Dalam
kesunyian yang menghisap kesadaranku, Bumi menjawab lirih,
"Sesungguhnya aku ini diciptakan oleh Allah Yang Maha Suci, Pencipta
segala kesucian, untuk menyimpan jasad orang -orang yang dicintai Nya.
Untuk memeluk orang -orang yang dikasihi Nya, melindunginya dari
kejamnya kehidupan dunia. Dan sesungguhnya, jika bukan karena alunan
doa-doa dari orang-orang yang beriman kepada Nya, niscaya aku ini sudah
hancur lebur, lumat tenggelam di semesta raya nan tak bertepi "
"Lalu apa yang engkau lakukan pada jasad orang-orang yang dimurkai Allah?, tanyaku dengan suara serak tercekat di kerongkonganku
Kembali
Bumi terdiam. Namun kali ini diamnya menghadirkan suasana sunyi sepi
yang sangat mencekam, dingin dan misterius. Helaan nafasnya terdengar
sangat panjang dan berat, seraya kurasakan ada hawa kemarahan yang
diam-diam menyelusupi hatiku. Aku dapat merasakan tiba-tiba bulu roma
meremang dibalik kerudung panjangku, nafasku terasa sesak dan akupun
memutuskan diam, tak berani bertanya -tanya lagi.
Aku
merasakan kemarahan dan kebencian bumi yang sangat mengerikan kepada
para pendosa, yang jasadnya pun terbaring di perut bumi, ketika mereka
mati.
Tanpa
kusadari, air mata membasahi wajahku yang pias memucat. Aku merasa
takut dan gentar luar biasa. Aku merasa lumpuh di seluruh persendianku,
lemah tak berdaya sangat membutuhkan belas kasih dan perlindungan dari
Allah, Sang Pencipta Bumi. Wahai Allah, lindungi aku dari kemarahan sang
Bumi, manakala jasadku yang terbujur kaku telah memasuki perutnya kelak
...aamiin ...
*********
Kulihat fajar menyingsing
di kaki langit, menyibakkan tirai hitam yang ditebarkan sang malam.
Sayup kudengar kumandang adzan subuh dari masjid di kampung di dasar
lembah. Alunannya menghiba, menyayat kalbuku, merasuki relung-relung
keharuan di hatiku yang paling dalam. Kusimak dengan air mata
menggenangi kelopak mataku. Kubiarkan setiap kalimat-kalimat pujian
kepada Allah, shalawat kepada kekasih Nya, dan panggilan kepada umat
manusia untuk menghadap Nya di subuh buta itu, mengendap di hatiku yg
terdalam. Aku ingin kalimat-kalimat indah dan penuh makna itu berdiam
berdampingan dengan rasa cinta yang aku simpan disana, selamanya
Kutegakkan
sholat dan kupasrahkan segala jiwa ragaku hanya kepada Nya, sang
pemilik jiwa dan ragaku. Aku ikhlas, jika Sang Penciptaku itu
memanggilku kapan saja Dia mau, sebagaimana aku ikhlas menjalani
kehidupan indah yang disediakan Nya untukku. Semoga Allah memanggilku
dan kita semua dalam keimanan dan kecintaan kita yang kuat hanya kepada
Allah semata. Dan semoga Sang Bumi akan menyambut jasad kita dengan
tersenyum, lalu memeluk hangat tubuh kita dalam dekapannya, selamanya,
aamiin yra ...
**********
Catatan yang mengalir dari
hatiku ini, aku dedikasikan kepada alamarhum Ayahku, dan semua orang
tercinta yang telah meninggalkan kita untuk selamanya. Semoga Allah swt
berkenan mengampuni dosa-dosa mereka, dan melimpahi mereka dengan kasih
sayang Nya, aamiin ...
****************
Salam sayang, anni
#
Seraya berusaha keras membendung air mata kepedihankuyang terus
menetes, manakala aku mengenang bagaimana dunia ini memperlakukan orang
sebaik Ayahku selama beliau masih hidup.
Sayup pula kudengar alunan suara Dang Fathurrahman yang telah menginspirasiku.
No comments:
Post a Comment