Beginilah nasib kalau punya wajah
pasaran. Banyak miripnya sama wajah orang lain, dan sering dikira bahwa kita
adalah orang lain.
Kadang saya suka berpikir,
jangan-jangan saya punya kembaran di dunia ini. Kembaran yang terpisah sejak
bayi. Mungkin ada satu peristiwa yang membuat saya terpisah jauh dengan
Kembaran saya itu. Mungkin gara-gara perang dunia kedua, atau gara-gara
peristiwa Malari. Pokoknya entah bagaimana, tahu-tahu kami terpisah saja. Dan
kembaran saya itu pasti punya kemiripan wajah yang sangat presisi dengan saya.
Di kali lain saya suka berpikir, mungkin ketika menciptakan manusia, Tuhan
bermaksud memberi cobaan kepada manusia dengan menggunakan cetakan wajah yang
sama untuk beberapa orang sekaligus. Yah, siapa yang tahu bukan ?
Dikira teman, sahabat, atau anggota
keluarga dekat
Perkara saya dikira anggota keluarga dekat oleh seseorang yang tidak saya
kenal, bagi saya itu sudah biasa. Untuk kasus ini saya tidak berkeberatann toh
bukan sesuatu yang membahayakan atau mengesalkan. Saya pernah dibilang oleh
teman kuliah saya, bahwa wajah saya mirip sahabatnya yang sudah meninggal
(halaah..), kemudian teman lain mengatakan bahwa saya mirip temannya sewaktu di
SMA, ada juga yang bilang wajah saya mirip wajah sepupunya, mirip tantenya,
mirip ibu dokter ini, mirip mbak – mbak yang kerja di salon itu, mirip
tetangga, wah pokoknya wajah saya banyak yang nyamain deh. Parah banget nih.
Untuk kasus ini, saya sering
mendapat ciuman dan pelukan gratis dari orang yang tidak saya kenal. Pernah
suatu kali ketika saya sedang jalan-jalan di mall, sedang asyik lihat-lihat
gitu, tiba-tiba seorang ibu-ibu menubruk dan memeluk saya kenceng banget.
Menciumi pipi saya, dan berbicara dengan terbata-bata kayak yang mau nangis
gitu, sambil berucap, ” Ya Allah, Siskaaa … kemana aja sih kamu ini ?
tega banget nggak ngasih kabar kalau kamu sudah balik. Kamu sehat kan ? gimana
kabar Bobby ? “. Berkata begitu sambil terus memeluk tubuhku dengan agak
diguncang-guncang. Saya jadi tidak enak hati untuk mengatakan bahwa saya bukan
Siska. Mendingan saya diam saja. Tidak terbayang bagaimana malunya ibu
itu kalau dia menyadari kesalahannya. Sampai ibu itu meninggalkan saya, dia
masih tetap yakin, kalau saya adalah Siska seperti sangkaannya, he he ..
Jadi pelarian cinta
Dulu pas kuliah, ada seorang cowok
beda fakultas, yang mendekati saya. Kaya pedekate gitu kalau kata anak
jaman sekarang. Bagi saya, tak masalah jika hanya sekedar berteman. Tapi jika
lebih dari itu, saya tidak mau, karena saya tidak ada hati sama si Bima (nama
samaran). Dan saya semakin tidak mau lagi, ketika saya mengetahui motif yang
sebenarnya sampai Bima mendekati saya. Suatu hari seorang teman yang kebetulan
akrab dengan Bima mengatakan pada saya, bahwa wajah saya mirip sekali dengan
wajah mantannya Bima. Wah, jelas saja saya jadi sewot. Oh jadi itu to penyebab
Bima mendekati saya ? karena wajah saya mirip sama wajah mantannya ? dih,
ogah ah, sori yee …
Sewaktu saya mengkonfirmasikan kebenarannya, si Bima spontan bilang, ”
iya, awalnya aku pikir kamu mirip sama dia, tapi makin lama aku makin
sadar,kalau kamu tuh beda banget sama dia. Masih baikan kamu kok, makanya aku
suka sama kamu. Serius. ” (halah, gombal .. .)
Dikira istri kedua
Ini nih yang kacau banget. Kan
pernah ya, pagi-pagi hari Minggu saya pergi ke pasar naik angkot. Eh
nggak lama duduk di angkot, dua orang ibu yang ada disitu langsung bisik-bisik
sambil sesekali melirik-lirik saya. Saya sih cuek saja, merasa nggak punya
salah. Paling saya mikirnya ada sesuatu yang salah di diri saya. Mungkin
kerudung saya tidak rapi ? atau kancing baju saya terbuka ? atau lipstik saya
berantakan ? ah tapi rasanya semua oke -oke saja, rapi-rapi saja. Tadi sebelum
berangkat sudah dua kali bolak-balik ngaca kok. Kalau begitu, apa yang
kira-kira diomongin sama ibu-ibu itu ya ? o ouw ternyata dengar punya dengar,
mereka mengira saya adalah istri kedua ( atau istri simpanan,gitu ) seorang
laki-laki yang mereka kenal ! beuh, pantas saja nada bicara dan lirikan mereka
sarat dengan kebencian. Ibu-ibu kan memang suka gitu. Paling sensi kalau sudah
ngomongin istri kedua, atau kalau bertemu dengan istri kedua, meski
perempuan itu bukan istri kedua suaminya. Biasalah, namanya juga solidaritas
korps. Untung saja mereka tidak ujug-ujug mencakar wajah saya. Coba kalau
begitu, kan bisa gawat urusannya. Seandainya mereka tahu, bahwa mereka salah
orang, pasti malu banget tuh. Jadi sudahlah saya diam saja sambil dalam hati
nggak kuat geli nahan ketawa. Beginilah nasib punya wajah mirip istri
simpanan, jadi banyak yang jeles nggak jelas ! heu heu …
Disamain sama bintang film
Ini rada gokil juga sih kalau diomongin disini. Tapi ini pengalaman nyata kok.
Gini pengalaman saya. Dulu pas saya baru-baru saja menikah, kami kan pindah ke
sebuah kompleks perumahan di Bandung. Nah, ketika kami berkeliling ke tetangga
untuk memperkenalkan diri, ada beberapa ibu-ibu yang nyeletuk kalau wajah saya
mirip Dewi Yull. Ada lagi yang bilang saya mirip Ida Leman. Ada juga yang
nyamain wajah saya kayak Ismi Aziz (penyanyi pop 90- an). Hadeh, menanggapi itu
saya hanya bisa senyam-senyum saja. Jelas saja saya tidak berkeberatan disamain
wajah sama mereka, secara para artis yang disebutkan itu kan berwajah
manis-manis. Padahal dalam hati sih, pinginnya ada tetangga yang bilang wajahku
mirip Lidya Kandouw kek, Meriam Bellina, atau Ida Iasha gitu. Sayang nggak ada
yang bilang gitu. Beda jauh kali yee … (gaktaudiribanget.com) . Eh tapi
dipikir-pikir, wajahku nggak mirip juga kan sama Dewi Yull dkk ? Itu sih
tetangga saja yang ingin menyenangkan hati saya.
Satu Ras Satu Kemiripan
Saya rasa bukan hanya saya saja yang
wajahnya mirip atau sering dimirip-miripkan dengan orang lain. Buktinya sayapun
sering menemukan ada seseorang yang memiliki kemiripan luar biasa dengan
seseorang yang saya kenal. Pernah suatu ketika, di sebuah tempat, saya
diam-diam meneteskan air mata yang sangat sulit saya tahan, gara-gara melihat
seorang Bapak tua yang wajah dan penampilannya sangat mirip dengan mendiang
Ayah saya. Seandainya saya tidak punya rasa malu, tentu saya sudah menghampiri
Bapak itu dan memeluknya. Di kesempatan lainpun saya melihat masih banyak orang
lain yang memiliki kemiripan. Bahkan di Kompasiana ini, saya melihat ada
beberapa teman yang berwajah mirip dengan teman atau keluarga saya.
Menurut pendapat saya, kemiripan
adalah hal yang lumrah terjadi. Selama kita berasal dari satu Ras yang sama,
yang berarti kita berasal dari satu keluarga besar yang sama, maka
kemungkinan mirip akan selalu ada. Mungkin saja kemiripan itu berasal
dari gen kita yang similar, yang membuat raut wajah, mata, hidung, atau bibir
kita, bahkan suara kita terlihat sama. Wajar saja, karena dalam sebuah keluarga
besar akan selalu terdapat kemiripan, meski sedikit. Tak hanya itu, entah
keajaiban apa yang terjadi, seringkali wajah kita mirip dengan suami/ istri
kita. Kata orang, itulah tanda kita berjodoh dengan pasangan kita. Jodoh
yang akan membawa kita menciptakan sebuah keluarga baru yang mewariskan banyak
sekali kemiripan.
Disama-samakan wajah dengan orang
lain menurut saya tidak masalah selama tidak mengganggu. Yang menjadi masalah
justru jika kita memaksa atau terlalu yakin bahwa seseorang yang kita temui di
jalan adalah orang yang kita kira. Yakinkan dulu, sapa dulu, tanya dulu
baik-baik, sebelum kita mendapat malu. Jangan sampai kita dikira orang aneh
gara-gara sering salah orang.
Nah teman-teman, bagaimana dengan
anda ? apakah anda memiliki pengalaman sama dengan yang saya alami ? Kalau ya,
mohon maaf, wajah anda termasuk wajah pasaran. He he … damai yaa … :)
Salam sayang,
No comments:
Post a Comment