Kalau lagi
mendung dan musim hujan seperti ini, memang paling asyik ngomongin makanan. Mau
makanan berat kek, camilan hangat, kue-kue basah, gorengan, keripik, semua jadi
berasa banget enaknya kalau dimakan di udara yang dingin, apalagi sambil
ngumpul sama keluarga di depan TV, nonton acara yang nggak jelas, wah top deh …
ini lho,
camilan favorit keluargaku kan gorengan. Dari mulai pisang goreng, bakwan, tahu
isi, semuanya suka. Dan ini yang paling digemari anak-anakku : Cireng !
Tau Cireng nggak ? atau setidaknya pernah dengar nama makanan itu ?
Kalau teman-teman tinggal di Bandung, atau di Sukabumi seperti aku, atau di
semua daerah di Jawa Barat dan Jakarta, aku yakin pasti teman-teman sudah tidak
asing dengan jajanan murah meriah yang satu ini. Aku tidak tahu apakah makanan
ini juga dapat ditemukan di daerah lain ataukah tidak. Yang jelas, kalau pas
main ke Yogya, aku tidak menemukan makanan ini di pedagang-pedagang gorengan di
sana.
Cireng itu
penganan ringan yang lumayan mengenyangkan sebetulnya. Ya jelas saja
mengenyangkan, karena terbuat dari hampir 100 persen karbohidrat, yakni Aci
alias tepung tapioka ( sari pati singkong ). Orang Sunda kan kalau bilang
tepung Tapioka ya Aci. Aci ini setelah dbumbui dengan garam, bawang putih
dan irisan halus daun seledri dan daun bawang, lalu ditambahi air hangat,
diuleni, dipotong-potong persegi atau sesuai selera, digoreng, jadi deh !
gampang kan ? Makanya makanan ini dinamakan Cireng alias Aci digoreng, begeto …
Aku pikir
cireng ini cuma makanan orang yang “nggragas” saja. Eh ternyata sekarang Cireng
sudah jadi salah satu komoditas kuliner yang lumayan favorit dan komersial lho.
Rasanya yang gurih empuk alot-alot kenyal gimanaa gitu, memang bikin orang
ketagihan. Apalagi jika dimakan dalam keadaan hangat lalu dibubuhi dengan saus
kacang, hmm …sedaap ! Anak-anak kecil sampai orang tua, semuanya pada doyan
makan cireng. Mana harganya murah lagi. Kalau nggak 500, ya 1000 rupiah
perbuah.
Kemarin pas
lagi nunggu angkot, iseng-iseng aku memperhatikan ada serombongan mbak-mbak dan
mas-mas pegawai bank BCA (biarin ah disebutin namanya juga) yang sedang rehat
makan siang, merubungi abang-abang penjual gorengan yang mangkal di depan
kantor bank swasta itu. Kulihat mereka membeli aneka gorengan dan berebut
memilih Cireng, bahkan rela sejenak menunggu karena sang Cireng belum diangkat
dari penggorengan. (Dalam hati aku membatin, Yahh… Mbak, Mbak …
keren-keren kok ya makan cireng ! Mbok ya Pizza atau Lasagna gitu lho ! Biar
sesuai sama penampilan yang serba cling ! ). Tapi begitulah kenyataannya,
Cireng sudah jadi jajanan favorit anak-anak muda ini rupanya, tak peduli dari
kasta mana mereka berasal.
Berbicara
mengenai penampilan dan nutrisi yang dikandung dalam penganan ini agar
dapat dimasukkan ke dalam jajaran kuliner yang lebih bergengsi dari daerah Jawa
Barat, pernah dicoba memoles penampilan Cireng ini dengan menambahkan aneka
isian. Mulai kornet, keju, abon, sambal kacang, bakso, sosis, dan sebagainya.
Bentuknyapun dibuat sedemikian rupa tidak lagi hanya sekedar persegi, namun
bundar, bersegi lima, segi tiga, dsb, sehingga harganyapun tidak lagi gope an,
tapi meningkat jadi 2.000 rupiah. Sejenak penganan ini jadi naik daun dan
otomatis naik kelas. Tapi itu tidak lama, karena para penggemar Cireng kembali
merindukan cireng yang asli, yang rasa dan penampilannya nggak macam-macam. Ya
sudahlah, apa boleh buat. Cirengpun kembali menggoyang lidah penggemar setianya
dengan bentuk dan rasanya yang semula, berdampingan dengan adik sepupunya yang
jauh lebih cantik dan mahal.
Aku
rasa Cireng itu sejatinya camilan masyarakat kelas bawah. Buktinya, kalau
misalnya mau bikin sendiri nih, semua bahan-bahannya tersedia di sembarang
tempat dengan harga yang insyaallah terjangkau oleh kantong keluarga sederhana.
Atau, kalaupun membeli yang sudah matang tinggal dimakan saja, harganyapun
sangat murah meriah. Anak SD saja pasti mampu membeli. Dan ini alasan utamaku
sehingga berkesimpulan bahwa Cireng adalah makanan rakyat jelata : bikin
kenyang ! Bukankah golongan proletar sering tidak mempedulikan nutrisi,yang
penting kenyang?
Kalau
anda tergolong orang yang bergaya hidup sehat, menjauhi gorengan, atau sedang
berdiet, atau punya penyakit kolesterol, ya sebaiknya menjauhi Cireng. Karena
Cireng hanya boleh dimakan sama orang yang cuek, yang punya prinsip : hidup
cuma sebentar kok dibikin susah. Sudahlah makan saja, yang penting hepi, he he
…
Wah,
kebetulan masih ada persediaan tepung tapioka nih. Mau bikin Cireng ah, gampang
ini. Memang kalau rasanya pengen lebih enak dan sehat (karena digoreng dengan
minyak yang segar, bukan dengan minyak jelantah ) ya harus bikin sendiri. Pasti
suami dan anak-anak pada senang deh …
Yuk, mau nggak ? Cireng buatanku beda lho, pokoknya endang markondang deh !
nggak percaya ? ayo sini dong main ke Sukabumi :)
Kebahagiaan itu tidak harus selalu mahal, bukan ?
Selamat
memanjakan keluarga tercinta ya teman-teman …
Salam
sayang,
Anni
sumber gambar : www.dfn7.blogspot.com, www.ilaresep.blogspot.com
No comments:
Post a Comment