Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Wednesday, January 9, 2013

Kalau lagi hujan gini, paling enak makan Cireng ^__^


Kalau lagi mendung dan musim hujan seperti ini, memang paling asyik ngomongin makanan. Mau makanan berat kek, camilan hangat, kue-kue basah, gorengan, keripik, semua jadi berasa banget enaknya kalau dimakan di udara yang dingin, apalagi sambil ngumpul sama keluarga di depan TV, nonton acara yang nggak jelas, wah top deh …

ini lho, camilan favorit keluargaku kan gorengan. Dari mulai pisang goreng, bakwan, tahu isi, semuanya suka. Dan ini yang paling digemari anak-anakku : Cireng !
Tau Cireng nggak ? atau setidaknya pernah dengar nama makanan itu ?

Kalau teman-teman tinggal di Bandung, atau di Sukabumi seperti aku, atau di semua daerah di Jawa Barat dan Jakarta, aku yakin pasti teman-teman sudah tidak asing dengan jajanan murah meriah yang satu ini. Aku tidak tahu apakah makanan ini juga dapat ditemukan di daerah lain ataukah tidak. Yang jelas, kalau pas main ke Yogya, aku tidak menemukan makanan ini di pedagang-pedagang gorengan di sana.

Cireng itu penganan ringan yang lumayan mengenyangkan sebetulnya. Ya jelas saja mengenyangkan, karena terbuat dari hampir 100 persen karbohidrat, yakni Aci alias tepung tapioka ( sari pati singkong ). Orang Sunda kan kalau bilang tepung Tapioka ya Aci.  Aci ini setelah dbumbui dengan garam, bawang putih dan irisan halus daun seledri dan daun bawang, lalu ditambahi air hangat, diuleni, dipotong-potong persegi atau sesuai selera, digoreng, jadi deh ! gampang kan ? Makanya makanan ini dinamakan Cireng alias Aci digoreng, begeto …
Aku pikir cireng ini cuma makanan orang yang “nggragas” saja. Eh ternyata sekarang Cireng sudah jadi salah satu komoditas kuliner yang lumayan favorit dan komersial lho. Rasanya yang gurih empuk alot-alot kenyal gimanaa gitu, memang bikin orang ketagihan. Apalagi jika dimakan dalam keadaan hangat lalu dibubuhi dengan saus kacang, hmm …sedaap ! Anak-anak kecil sampai orang tua, semuanya pada doyan makan cireng. Mana harganya murah lagi. Kalau nggak 500, ya 1000 rupiah perbuah.

Kemarin pas lagi nunggu angkot, iseng-iseng aku memperhatikan ada serombongan mbak-mbak dan mas-mas pegawai bank BCA (biarin ah disebutin namanya juga) yang sedang rehat makan siang, merubungi abang-abang penjual gorengan yang mangkal di depan kantor bank swasta itu. Kulihat mereka membeli aneka gorengan dan berebut memilih Cireng, bahkan rela sejenak menunggu karena sang Cireng belum diangkat dari penggorengan.  (Dalam hati aku membatin, Yahh… Mbak, Mbak … keren-keren kok ya makan cireng ! Mbok ya Pizza atau Lasagna gitu lho ! Biar sesuai sama penampilan yang serba cling ! ). Tapi begitulah kenyataannya, Cireng sudah jadi jajanan favorit anak-anak muda ini rupanya, tak peduli dari kasta mana mereka berasal.

  

Berbicara mengenai penampilan dan nutrisi yang dikandung dalam penganan ini agar dapat dimasukkan ke dalam jajaran kuliner yang lebih bergengsi dari daerah Jawa Barat, pernah dicoba memoles penampilan Cireng ini dengan menambahkan aneka isian. Mulai kornet, keju, abon, sambal kacang, bakso, sosis, dan sebagainya. Bentuknyapun dibuat sedemikian rupa tidak lagi hanya sekedar persegi, namun bundar, bersegi lima, segi tiga, dsb, sehingga harganyapun tidak lagi gope an, tapi meningkat jadi 2.000 rupiah. Sejenak penganan ini jadi naik daun dan otomatis naik kelas. Tapi itu tidak lama, karena para penggemar Cireng kembali merindukan cireng yang asli, yang rasa dan penampilannya nggak macam-macam. Ya sudahlah, apa boleh buat. Cirengpun kembali menggoyang lidah penggemar setianya dengan bentuk dan rasanya yang semula, berdampingan dengan adik sepupunya yang jauh lebih cantik dan mahal.

Aku rasa Cireng itu sejatinya camilan masyarakat kelas bawah. Buktinya, kalau misalnya mau bikin sendiri nih, semua bahan-bahannya tersedia di sembarang tempat dengan harga yang insyaallah terjangkau oleh kantong keluarga sederhana. Atau, kalaupun membeli yang sudah matang tinggal dimakan saja, harganyapun sangat murah meriah. Anak SD saja pasti mampu membeli. Dan ini alasan utamaku sehingga berkesimpulan bahwa Cireng adalah makanan rakyat jelata : bikin kenyang ! Bukankah golongan proletar sering tidak mempedulikan nutrisi,yang penting kenyang?

Kalau anda tergolong orang yang bergaya hidup sehat, menjauhi gorengan, atau sedang berdiet, atau punya penyakit kolesterol, ya sebaiknya menjauhi Cireng. Karena Cireng hanya boleh dimakan sama orang yang cuek, yang punya prinsip : hidup cuma sebentar kok dibikin susah. Sudahlah makan saja, yang penting hepi, he he …
Wah, kebetulan masih ada persediaan tepung tapioka nih. Mau bikin Cireng ah, gampang ini. Memang kalau rasanya pengen lebih enak dan sehat (karena digoreng dengan minyak yang segar, bukan dengan minyak jelantah ) ya harus bikin sendiri. Pasti suami dan anak-anak pada senang deh …
Yuk, mau nggak ? Cireng buatanku beda lho, pokoknya endang markondang deh ! nggak percaya ? ayo sini dong main ke Sukabumi :)

Kebahagiaan itu tidak harus selalu mahal, bukan ?
Selamat memanjakan keluarga tercinta ya teman-teman …

Salam sayang,
Anni



sumber gambar : www.dfn7.blogspot.com, www.ilaresep.blogspot.com

No comments:

Post a Comment