Bukan bermaksud sok kaya, karena memang saya juga bukan orang yang
kaya raya gimana gitu. Tapi rasanya saya bisa membayangkan bagaimana tidak
enaknya jadi orang miskin. Segala kebutuhan hidup, bahkan yang paling primer
sekalipun tak bisa terpenuhi karena ketiadaan uang.
Pada umumnya orang miskin memiliki perilaku yang
apatis, pasif, seolah tidak punya harapan, tidak bersemangat, dan hidupnya
lesu. Mereka cenderung pasrah dan minder dengan keadaannya. Kondisi seperti ini
menimbulkan rasa simpati orang-orang lain yang lebih beruntung, untuk menolong
saudara-saudaranya yang miskin sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Tapi ternyata kadang teori tidak selalu
bersesuaian dengan fakta. Tidak semua orang miskin punya sifat yang stereotip
seperti itu. Kehidupan di dunia semakin mengherankan saja akhir-akhir
ini. Semakin banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari, orang yang
jelas-jelas miskin, tapi berperangai sombong. Ini jelas suatu hal yang
cukup aneh, karena yang lazim (dan bisa dimaklumi) punya sifat sombong
itu adalah orang kaya. Golongan ini mau apa-apa juga bisa karena punya banyak
uang (dan biasanya berikut kekuasaan) makanya wajar jika banyak yang sombong.
Tapi kalau orang miskin sombong, ini maksudnya apa coba ? ngeselin kan ? Mari saya tunjukkan beberapa contohnya :
1. Ahok saja sampai curhat
Masih segar dalam ingatan saya saat banjir
besar melanda kota Jakarta beberapa bulan lalu. Saat itu Ahok sang wakil
gubernur yang masih muda dan energik, tak segan-segan blusukan sampai ke
perkampungan kumuh di wilayah Jakarta Utara yang sangat parah terendam
banjir
Ketika Ahok mengunjungi dan berdialog dengan para korban banjir yang tak
kunjung mau mengungsi , Ahok menawari mereka untuk direlokasi ke tempat
yang telah disediakan oleh pemda DKI berupa rumah susun yang relatif
lebih aman dari banjir. Rusun ini sudah dilengkapi pula dengan beberapa perabot
rumah tangga berupa meja, lemari bahkan televisi. Namun masyarakat
menolak dengan berbagai alasan.
Mereka ini, masyarakat penghuni
rumah-rumah kumuh yang sedang ditengok pemimpinnya itu, alih-alih bersedia
dipindahkan, malah mengajukan satu permintaan yang membuat Ahok sang Wagub
sampai ngenes bercampur gondok bukan main (maklum namanya juga Ahok, orangnya
gampang keselan ! he he ..). Inilah permintaan mereka yang sangat ajaib itu, ”
Pak Ahok, kami minta pemerintah membantu kami dengan makanan yang diantar
sampai kesini, sehari 3 kali !”.
Mendengar itu Ahok hanya bisa ternganga, speechless, nggak tahu musti menjawab
apa. Dia hanya bisa curhat kepada reporter yang ada di sana, ” Dia pikir kita
ini delivery service, apa ?! “. heu heu …
2. Di Rumah Sakit harus mendapat pelayanan first
Class
Suatu hari teman saya yang berprofesi sebagai
dokter, bercerita kepada saya dengan mimik wajah bete. Dia bilang, di RS tempat
dia bekerja, ada seorang ibu pemegang kartu Jamkesmas, kartu jaminan kesehatan
bagi warga miskin (cmiiw), yang anaknya kena demam berdarah, marah-marah sampai
menunjuk-nunjuk hidung pada dokter dan perawat yang sedang bertugas. Si Ibu itu
marah-marah lantaran anaknya diminta menunggu sebentar di ruang gawat darurat
sementara para petugas mencari ruang perawatan yang kosong, karena
saat itu RS dipenuhi oleh anak-anak yang juga terkena DBD.
Keluarga pasien itu, yang bisa disimpulkan
berasal dari keluarga miskin dari kartu yang dia tunjukkan (atau hanya
mengaku-ngaku miskin, karena menurut dokter temanku ini, tangan dan jari si ibu
dipenuhi dengan perhiasan emas bak toko emas berjalan ) memaksa dokter agar
anaknya dirawat di ruang VIP. Dan ketika ruangan yang diinginkan tidak
diperoleh karena penuh, dan sebagai gantinya hanya tersedia ruang kelas 2, si
ibu yang sotoy itu malah menuding para dokter telah melakukan malpraktek.
Temanku dan dokter-dokter lainnya sampai pada bengong dituding seperti itu.
Malpraktek apaan, lha wong dipegang saja belum ?! Heu heu …
3. Sekolah di RSBI, pegang Blackberry, tapi
pingin gratis
Anak saya bersekolah di SMA negeri yang
berstatus RSBI. Pada suatu hari saya menghadiri rapat orang tua atas
undangan pihak sekolah. Ketika itu RSBI belum dibubarkan oleh pemerintah. Sebagaimana
biasa yang rutin dilakukan di awal tahun pelajaran, pihak sekolah mengajukan
usulan tentang besarnya dana masuk kepada orang tua siswa.
Rapat berjalan lancar, sampai tiba-tiba seorang
ibu (lagi-lagi ibu-ibu ! ah bete, jadi kan kesannya yang sotoy itu selalu
ibu-ibu ..) yang dilihat dari penampilannya sungguh keren, bak penyanyi qasidah
dari grup mana tau. Makeupnya tebal, baju muslim dan kerudungnya blink-blink
kaya Hetty Koes Endang gitu deh, pokoknya keren abis. Perhiasannya segede-gede
gaban, dan tak lupa bawa Blackberry dong di tangannya. Tapi ternyata, itu si
ibu yang penampilannya heboh itu,dan dengan gaya yang tak kalah hebohnya,
mengajukan usul agar anaknya diberi keringanan untuk tidak membayar uang SPP
perbulan, dibebaskan dari biaya masuk, karena menurut pengakuannya, anaknya itu
berprestasi dan berasal dari keluarga tidak mampu. Mendengar itu, Kepala
Sekolah hanya bisa ternganga, dunno what to say, sambil matanya melotot
memandangi si ibu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Heu heu …
4. Bawa motor baru ketika mengantri BLT
Masih ingat nggak sama program pemerintah yang
kocak banget yang bernama pembagian BLT? Masih dong … ? Nah di
tempat saya, kalau pas ada antrian BLT, itu yang ngantri, yang katanya orang
miskin itu, banyak yang bawa motor baru ! yang masih cling kayak baru
keluar dari showroom !. Belum lagi kaum perempuannya (halaahh … perempuan lagii
…), penampilannya keren-keren, pakai celana jeans, sandal berhak tinggi atau
wedges, dan tak lupa menenteng henpon, entah henpon beneran atau cuma casingnya
doang, yang penting mereka terlihat gaya banget deh, sangat tidak pantas berada
dalam antrian itu. Tapi mau bagai mana lagi ? mereka ini jelas-jelas memegang
kupon BLT kok.
5. Penampilan dulu, makan belakangan
Saya tinggal di kompleks perumahan yang
bertetangga dengan perkampungan penduduk yang mayoritas dihuni oleh keluarga
dari golongan tidak mampu. Tapi menilik penampilan mereka, apalagi kalau pas
misalnya lagi ada acara istimewa semacam hajatan pernikahan, atau sedang ada
Pemilu, Pilkada, atau sedang Lebaran, wah bakalan nggak nyangka deh kalau
mereka ini sesungguhnya memang benar orang miskin.
Saya dan tetangga satu kompleks sering membantu
mereka dengan membagi makan yang berlebih, atau memberi uang sekedarnya untuk
membeli beras. Kami merasa tidak tega pada anak-anak yang terlihat kumal
dan lapar, kontras dengan penampilan ibu mereka yang keren, dan bapak mereka
yang nganggur tapi kerjanya merokok melulu dan punya hobi mancing. Jadi
daripada ngedumel nggak karuan karena kesal melihat ibu –bapak yang mikirin
penampilan melulu dan menelantarkan anaknya, mendingan kasih mereka makanan
atau uang tanpa banyak cingcong lagi. Yang membuat kami heran, mereka itu
miskin, kadang pagi bisa makan dan siangnya puasa, tapi kok ya bisa punya
baju bagus dan bawa henpon pula. Dan yang lebih bikin bingung lagi, mereka ini
super duper jarang bilang terima kasih kalau diberi. Malah terlihat
menampakkan wajah gengsi gitu. Hadeh bingung, asli !
Anda harus tinggal berdekatan dengan orang-orang
yang saya ceritakan itu, baru bisa mengerti maksud saya, bahwa di dunia ini ada
orang yang punya prinsip hidup ” biar miskin yang penting sombong “
Saya tidak tahu, apakah ini sebuah fenomena
sosial yang baru ? kelihatannya akan menarik jika dikaji lebih jauh. Yang
jelas, seharusnya kita tidak menutupi kekurangan kita dengan kekurangan yang
baru. Menutupi kekurangan diri dengan bersikap santun, baik hati, ramah, tahu
berterimakasih, dan bekerja keras, itu baru benar.
No comments:
Post a Comment