Jangan
pernah menyamakan Rainbow Cake atau kue Red Velvet dengan kue Apem atau kue
Serabi buatan Emak Kueh kesayanganku. Itu seperti membandingkan mana yang lebih
menyenangkan, naik mobil sedan atau naik delman ? Beda bukan ? Rainbow
Cake, Red Velvet, mobil Sedan, itu adalah penghuni dunia moderen. Sementara kue
Apem, kue Serabi, Delman, adalah khasanah dunia antik alias jadul. Mereka
memiliki keistimewaannya sendiri-sendiri, yang keistimewaannya itu harus diukur
dengan parameter yang berbeda- beda pula. Dan khusus bagiku, kue apem,kue
Serabi,dan naik Delman, tetap lebih asyik,secara aku kan anggota the Jadulers
:)
Aku
memang berlangganan kue-kue jajan pasar yang lezat-lezat itu. Kue Lapis,
lemper, Agar-agar, Klepon, kue Cincin, onde-onde, Nagasari, Carabikang,
semuanya aku suka. Kelezatan makanan-makanan tradisional yang tergolong camilan
itu, sungguh tak tergantikan. Segala kue cantik buatan bakery mah lewaat !
kue-kue jadul itu, bukan sekedar enak, tapi juga memiliki nilai nostalgia
tersendiri. Tapi yang terpenting adalah, sudah enak, murah meriah pula. Makanya
aku tak pernah berniat berhenti berlangganan, dan itu pula sebabnya mengapa
bodiku dari hari ke hari semakin bohay! Hahay … ^^
Itu
tadi tentang kue jadul yang uenak tenan. Sekarang tentang Emak Kueh
langgananku itu. Benar- benar perempuan perkasa Emak yang satu ini. Kadang malu
hati aku dibuatnya. Usia Emak Kueh sudah 75 tahun.Tapi itu ketika kutanya 10
tahun yang lalu. Berarti umur Emak kueh sekarang kurang lebih 85 tahun. Usia
yang sangat tua. Tapi jangan pernah membayangkan sosok Emak Kueh dengan
perempuan tua ringkih yang membawa tampah berisi aneka jajan pasar, menjajakan
jualannya keliling kampung. Itu sama sekali jauh dari gambaran Emak kueh ku
ini.
Usia
Emak Kueh ( beliau memang ingin dipanggil dengan nama seperti itu ) Boleh saja
sangat tua, tapi berbicara soal kekuatan fisik, si Emak juaranya. Bayangkan
saja. Dua hari sekali Emak berjalan Kaki pergi pulang dari kampungnya di Cisaat
ke kompleks tempat tinggalku di Cibadak Sukabumi. Kedua tempat tersebut
berjarak kurang lebih 12 km. Artinya Emak berjalan 24 kilo pergi pulang setiap
dua hari sekali. Ini saja sudah membuatku malu hati, karena setiap hari
kemanapun pergi, Aku terbiasa naik mobil, atau angkot, atau ojek motor.
Kemudian
soal penghasilan. Aku yang bekerja sebagai guru di SMA swasta yang
terbilang elit, memiliki penghasilan yang relatif tinggi padahal cuma bekerja
seminggu 5 hari, waktu Ashar sudah di rumah, tiap mid smester libur satu pekan,
tiap akhir smester libur 2 atau 3 pekan, bekerja dengan baju bersih dan rapi,
di lingkungan yang asri, dengan fasilitas yang lengkap, jadi kalaupun bekerja,
nggak terlalu cape juga. Nah si Emak ? Dia jalan Kaki berkilo-kilo meter,
sekali jalan cuma dapat 50 ribu bersih. Itu didapatkannya dari menjual 5 macam
kue yang dari setiap potong kuenya Emak mendapat keuntungan 500 rupiah. Hanya
50 ribu rupiah, itupun dua hari sekali. Artinya penghasilan Emak cuma 25 ribu
sehari, jadi rata-rata penghasilannya perbulan 750 ribu. hmm …
Pernah sekali waktu, aku menanya-nanyai Emak di teras
rumahku, ketika aku membeli kue-kuenya. Dan inilah hasil wawancaraku yang sudah
aku terjemahkan dalam bahasa Indonesia, karena aslinya aku ngobrol sama Emak
dalam bahasa Sunda. .
”
Mak, apakah Emak punya keluarga ?
”
Punya, Neng ! Suami Emak sudah meninggal, anak Emak ada 3 semuanya laki-laki,
cucu Emak ada 8 orang, buyut ada 3 orang “
”
Trus, kenapa Emak tetap jualan, kan ada Anak ? Ada Cucu ? Emak kan sudah tua ?
“
”
Ah Emak mah mau terus jualan kalau masih kuat, nggak mau jadi beban anak dan
cucu. Ini sebetulnya Emak juga sudah dilarang jualan. Emak disuruh istirahat di
rumah, tapi Emak nggak mau, Neng ! “
”
Lho, kenapa nggak mau Mak ? “
” Iya Neng, nggak mau. Karena kalau istirahat di rumah dan
nggak kerja, Emak bisa cepat tua dan pikun ! kan malu kalau kelihatan seperti
nini-nini ,Neng ! “, begitu kata si Emak sok muda banget.
“Trus
kenapa Emak harus jalan kaki ? Cisaat kan jauh Mak ? “
”
Ah Cisaat mah dekat atuh, Neng ! Kadang-kadang Emak suka jalan kaki ke Sukaraja
! ” (Gubraaks! Sukaraja kan hampir ke perbatasan Cianjur ! ).
” Ngapain Emak jalan kaki ke Sukaraja ? “
” Yah biasa Neng, kalau ada yang minta dipijit ‘
” Oohh …”
” Emak kenapa nggak naik angkot ?”
” Ah emak mah lebih senang jalan kaki, biar nggak kena sakit jantung. ! “
” Ohh .. ehmm .. Iya deh Mak “
” Lagian Neng, sayang kan ongkos buat naik angkot, mendingan buat beli tembakau
“
” Tembakau ?? buat apa Emak beli tembakau ?! “
” Ya buat ngerokok Neng !. Tembakaunya dimasukan ke dalam lintingan daun Aren “
” Jadi Emak merokok ? Kan nggak baik buat kesehatan, Mak ?! ” Kataku rada
ngotot.
” Yah Neng, kalau Emak nggak merokok mah, mungkin dari kemarin Emak sudah mati.
Emak merokok biar awet muda dan panjang umur ! Merokok pakai daun kawung (aren)
itu bagus Neng, yang jelek mah rokok yang dibeli di warung ! ”
Wadhuh
?? Nah ini ni yang aku nggak suka dari si Emak. Pernyataannya yang
terakhir itu sangat kontra produktif dengan upayaku selama ini yang getol
mengkampanyekan anti merokok kepada murid-muridku dan anak-anak muda lainnya,
mengingat bahaya merokok yang sangat fatal bagi kesehatan. Lha ini, si Emak ?
Kok malah membolak-balikkan logika dengan menyatakan merokok itu baik bagi
kesehatan, bikin awet muda dan panjang umur ! Wah nggak bener itu si
Emak. Pokoknya pernyataan dia yang satu itu nggak akan aku rilis sampai
kapanpun, kepada siapapun, aku janji. Takut dimarahi Boss soalnya.
”
Jadi kapan Emak mau istirahat ? “, lanjutku mewawancarai si Emak.
”
Nanti kalau Emak sudah mati. Emak mah biar cuman dapat uang sedikit tapi yang
penting hati tenang dan bersyukur karena uangnya halal. Emak juga ingin anak
cucu Emak mencari rezeki dengan cara halal, terutama cucu Emak yang perempuan.
Jangan sampai hanya karena miskin, lantas menjual diri. Eta teh dosa, Neng. ! “
Sampai
disini aku hanya bisa termangu. Dan tak berniat melanjutkan pembicaraan ini
lagi, karena bagiku semuanya sudah jelas. Emak penjual kue ini bukan sembarang
perempuan. Dia adalah seorang manusia yang lurus hati, seorang perempuan dengan
segenap kualitas kepribadian yang terpuji.
Emak
memang miskin, dan Emak tak pernah menampik pemberian dalam bentuk apapun, tapi
Emak tak pernah meminta-minta meski sangat membutuhkan. Emak kueh memang buta
huruf, tapi Emak tak buta akhlak. Emak mengerti betul pentingnya menjaga
kehormatan diri. Lebih baik miskin tapi mulia, daripada sudah miskin terhina
pula.
Emak
Kueh memang renta dan miskin, tapi dalam 15 menit percakapanku dengan Emak, aku
mendapatkan ilmu kehidupan yang sangat bermanfaat. Betapa manusia itu tidak
sama. Bukan soal miskin atau kaya, namun soal mulia atau hina. Betapa
tercelanya seorang yang kaya harta namun tak pandai bersyukur. Emak mengajarkan
aku, bahwa tak peduli kaya atau miskin, harta yang paling utama bagi seorang
manusia adalah kehormatannya, martabatnya. Dan bagi perempuan, kalaupun harus
hidup dalam kemiskinan, kehormatan tetap harus dijaga, dipertahankan. Sungguh
tidak layak menukar kehormatan perempuan yang merupakan martabat kemanusiaan
dengan lembaran uang, berapapun itu.
Emak
Kueh memang perkasa, Emak Kueh memang waskita. Aku bangga sama Emak Kueh. Aku
suka sama kue-kue Emak Kueh.! Hidup Emak Kueh !
Ayo
teman, ayo beli kue ..
Kue Bugis si kue Putu, senyummu manis membuatku rindu ^_^
Salam
sayang,
anni
No comments:
Post a Comment