Masih
pagi kira-kira jam 10.00 an di ruang kuliah, kami sedang berkonsentrasi
menyimak Profesor yang sedang memberikan kuliahnya. Sedang asyik-asyiknya
mengagumi isi otak pak Profesor yang sudah sepuh itu, teman yang duduk pas di
depanku di barisan agak belakang, tiba-tiba menoleh ke arahku. Aku bergeming.
Dia menoleh lagi dan aku cuek lagi. Akhirnya dia memanggilku dengan berbisik,
“bu anni … ssstt … bu anniii …”
Sebagai jawabannya aku angkat alisku, dan memandangnya dengan tatapan ” Apaan
??”.
Temanku
itu mencodongkan tubuhnya ke arahku, dan berbisik dekat ke telingaku. ” Bu
anni, tadi malem aku diperkosa sama suamikuu …” .
Hahh ?!! astaga ! sumpah kaget banget. Seolah ada aliran listrik
yang tiba-tiba menyetrum tubuhku. Gokil banget ni orang, ngomong kok
nggak dipikir dulu. Sejenak aku celingak-celinguk, khawatir teman-teman yang
lain ada yang mendengar omongannya yang lumayan tidak senonoh itu.
Ya
begini inilah kalau punya teman yang berkepribadian agak slebor. Apa saja begitu enteng mengalir
dari mulutnya, termasuk isi perut rumah tangganya. Dan herannya kenapa harus
ngomong sama aku ? apes banget deh ah ….
Mendengar pengakuannya yang sekilas seperti orang sedang mengigau itu, aku
langsung menempelkan telunjuk ke bibir, memberi isyarat agar dia diam, tak lagi
melanjutkan pembicaraannya. Mungkin karena ekspresi wajahku terlihat serius
dengan alis mata yang hampir bertaut, temanku itu langsung terdiam. Entah apa
yang dipikirkannya. Apakah dia mengira aku kurang berkenan dengan pengakuannya,
ataukah dia mengira aku lebih tertarik pada perkuliahan Pak Profesor, entahlah
terserah dia saja.
Ketika
waktu rehat tiba, kami makan siang di kantin dekat kampus di Bogor. Aku cari
temanku yang bandel itu. Nah itu dia, duduk sendirian di meja agak sudut,
sedang asyik memainkan tablet yang dia letakkan di atas meja. Sedang menanti
pesanan makanan kelihatannya. Dia menoleh ke arahku dan langsung berteriak
memanggilku seraya tangannya menyeret lenganku untuk duduk satu meja dengannya.
Belum lurus posisi dudukku, dia sudah membombardirku dengan kisah tentang
pemerkosaan yang dialaminya tadi malam, yang pelakunya tak lain adalah suaminya
sendiri. Mendengar ceritanya yang lumayan rinci, kepalaku jadi berdenyut
pusing. Aku sendiri tidak yakin, apakah puyengku ini karena aku merasa lapar,
ataukah karena efek dari ceritanya yang rada-rada erotis itu ! Ha ha …
Aku
tidak akan menceritakan bagaimana detail kisahnya disini. Tapi kalau masih
penasaran juga, nanti aku bisikin yah .. ^__^
Intinya, temanku si Sophie itu - berusia 35 tahun, ibu dua anak, dan berprofesi
sebagai guru SMP, merasa mendapat perlakuan kasar dari suaminya ketika harus
melakukan aktifitas hubungan suami istri. Sebagai seorang istri, Sophie merasa
wajib melayani keinginan suaminya yang begitu mendesak, sementara apa daya saat
itu fisiknya sangat letih dan kesehatannya agak terganggu. Aku tidak kenal
dengan suaminya, sehingga aku tak dapat menyimpulkan secara sumir, bahwa
suaminya adalah tipe laki-laki tak tahu diri yang memperlakukan istri seenak
kemaluannya eh udelnya sendiri.
Singkat
cerita, sambil menyantap makan siangku, aku dengarkan saja curhat Sophie yang
begitu menggebu ( serius, aku agak heran juga sama orang ini,
menceritakan perkosaan kok kaya orang yang sedang siaran pandangan mata
pertandingan sepak bola Persib lawan Persija ! ck..ck ). Aku tak banyak
berkomentar, hanya memberikan sedikit nasihat di akhir obrolan, agar dia
memperbaiki komunikasi dengan suaminya. Karena dari ceritanya itu aku melihat
ada komunikasi yang agak tersumbat antara Sophie dengan suaminya, sehingga
terjadi peristiwa yang tak diinginkan ini.
****
Kasus perkosaan yang dilakukan suami ibarat fenomena gunung es ada di sekitar
kita. Peristiwanya tentu sangat banyak, namun seberapa sering kita mendengar
kasus perkosaan semacam ini diproses hingga ke meja hijau ? Tak seperti kasus
pemerkosaan yang dilakukan oleh bukan suami, perkosaan oleh Suami memang sangat
jarang diadukan ke pihak berwajib, karena dianggap urusan interen rumah tangga.
Disamping itu, ada perasaan enggan dan malu yang menghinggapi istri untuk
mengadukan suaminya, karena khawatir malah dirinya yang justru akan
dipersalahkan atas terjadinya kasus ini.
Tak
hanya rasa enggan saja sebetulnya yang membuat istri tidak melaporkan perkosaan
suami. Yang utama adalah kesalahan mempersepsi ajaran agama tentang hak dan
kewajiban suami istri. Tak mungkin pasangan suami -istriyang memahami ajaran
agamanya (sebutlah agama Islam) sampai mengalami kasus seperti ini. Yang kedua
adalah latar belakang budaya di kebanyakan daerah di negeri kita yang masih
bercorak patriarkis, yang menempatkan perempuan di bawah hegemoni laki-laki
dalam segala hal, tak peduli status sosial yang disandang istri, semisal status
pendidikan, status pekerjaan, dll. Dan (herannya) di Indonesia masih banyak para
istri yang sudah berstatus sosial lumayan tinggi seperti itu masih sangat patuh
pada sistem ini. Sebaliknya, rendahnya tingkat pendidikan, kesulitan ekonomi
dan miskin iman menjadi penyebab utama terjadinya perkosaan oleh suami yang
tidak dilaporkan ke pihak kepolisian
*****
Bertolak dari pengertian perkosaan, yaitu setiap hubungan seksual yang
berlangsung tanpa persetujuan bersama, maka hubungan seksual yang hanya
dikehendaki oleh suami sementara sang istri tidak menghendaki, sebenarnya
termasuk perkosaan. Apalagi kalau disertai ancaman, misalnya akan dicerai, akan
mencari wanita lain, bahkan sampai diperlakukan dengan kekerasan hingga
menimbulkan penderitaan bagi sang istri.
Banyak
istri mengeluh mengalami rasa sakit pada alat vitalnya akibat hubungan
seksual yang dipaksakan oleh suaminya, atau dengan kata lain diperkosa oleh
suaminya. Pada dasarnya pengalaman mereka sama, yaitu mereka sedang tidak ingin
melakukan hubungan seksual karena sebab tertentu. Tetapi sang suami tetap
memaksa sambil marah. Maka hubungan seksual berlangsung seperti dengan sebuah
benda. Sang suami segera puas, tetapi sang istri kesakitan sampai berhari-hari.
Sebagian
mereka sedang tidur nyenyak ketika dibangunkan oleh suaminya yang meminta
melakukan hubungan seksual. Pada saat itu sang suami sudah siap ingin
melakukannya, sementara sang istri masih dalam keadaan setengah sadar dan tidur
yang lelap. Maka berlangsunglah hubungan seksual yang sangat menyiksa sang
istri. Mudah dimengerti kalau sebagian sampai mengalami infeksi pada alat
kelaminnya.
Sebagian
lain memang tidak sedang tidur, tetapi sedang tidak ingin melakukan hubungan
seksual setelah lelah bekerja seharian. Tetapi dengan terpaksa mereka melayani
keinginan seksual suaminya kalau tidak ingin menjadi tumpahan kemarahan, sampai
kekerasan fisik. Sebagian istri yang lain memang telah kehilangan gairah
seksualnya sehingga merasa lebih senang bila tidak disentuh oleh suaminya.
Tetapi sang suami tidak pernah mau mengerti, sehingga tetap saja menuntut
melakukan hubungan seksual. (www.ceriwis.com/kesehatan/)
*****
Perkosaan adalah tindak kriminal. Dan tindak kriminal tetaplah tindak kriminal
yang harus diproses secara hukum, tak peduli apakah perkosaan itu dilakukan
oleh suami atau oleh orang lain yang bukan suami. Seorang perempuan harus
berdaya atas keselamatan tubuh dan jiwanya. Oleh karenanya, segala bentuk
kekerasan yang berpotensi mengarah pada ancaman keselamatan jiwa, harus
dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Bukan untuk disiksa seperti itu tujuan
kita membentuk rumah tangga.
Suami
dan istri adalah equal. Kita menikah berdasarkan kesepakatan atas dasar cinta
dan saling percaya untuk saling menjaga, saling menghormati dan saling
memelihara. Seorang suami bukan hanya memiliki hak, namun juga memiliki
kewajiban (dan hak) untuk memperlakukan istrinya dengan penuh penghargaan dan
kelembutan, bukannya merusak sampai sedemikan rupa hanya karena alasan suami
berposisi sebagai pemimpin. Satu hal yang sering dilupakan Suami adalah, suami
itu adalah imam (pemimpin) bukan penguasa. Dan tentu saja Pemimpin itu sungguh
berbeda konotasinya dengan Penguasa
Dan
bagi para Istri, mari pahami, dalami seluk beluk perasaan suami. Buat suasana
sedemikian rupa agar tak perlu ada pemaksaan sekecil apapun dalam rumah tangga
kita. Istri itu penguasa rumah. Boleh dibilang, suasana apapun yang ada di
rumah kita, bagaikan di surga atau sebaliknya bagaikan di neraka, kitalah yang
berperan besar dalam mewujudkannya. Di tangan kitalah segala suasana indah
seharusnya tercipta. Sepakat ?
Selamat
berkasih sayang ya, teman-teman …
Salam
sayang,
Anni
Ps
: 1. Sophie itu nama samaran, Anni itu nama sungguhan :)
2. Setting : suasana perkuliahan Magister degree
3. Buat yang berharap ada cerita mesum dewasa dalam tulisan ini, silahkan KECEWA.
4. Jangan mencari konten CABUL di blog saya. Just GO TO HELL you Porn Addicted People !
No comments:
Post a Comment