Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Monday, May 13, 2013

Guru Alay ^___^

Mungkin karena ini bulan Mei, bulannya pendidikan nasional, tiba-tiba saya terkenang pada Guru-guruku tercinta. Guru yang telah banyak jasanya dalam hidupku, yang telah memberi ilmu yang sangat bermanfaat hingga kini. Saya begitu merindukan sosok mereka yang sangat saya hormati  itu. Ingin rasanya menyalami dan mencium tangan mereka tanda takzim dan berterimakasih yang setinggi-tingginya.

Entah karena bersekolah di sekolah yang lumayan bagus, atau memang karena zamannya berbeda, rasanya waktu sekolah dulu,  yang namanya Bapak dan Ibu Guru itu sangat spesial di mata kami murid-muridnya. Sosok mereka sangat berwibawa, cara berbicaranya tegas sampai kami segan dibuatnya. Namun sekaligus santun dan sangat pandai menceritakan kisah lucu hingga tergelak-gelak kami dibuatnya. Memang Bapak dan Ibu Guru kami juga banyak yang galak-galak, tapi biar galak begitu, Guru kami sangat rajin bekerja. Jarang sekali kami menemukan kelas kosong akibat Guru yang mangkir mengajar. Bapak dan Ibu Guru benar-benar sosok idola kami. Kami sangat mengagumi kesederhanaan hidup dan keteladanannya.

Guru Alay

Hari berganti, waktupun berlalu. Sosok Guru sudah semakin berubah kini. Profesi Guru sudah bukan lagi profesi yang istimewa, melainkan profesi yang sama dengan profesi lainnya. Nilai profesi Guru sudah banyak bergeser, dari profesi yang dominan pengabdian menjadi profesi yang bertujuan memenuhi kebutuhan finansial alias bertujuan sebagai mata pencaharian semata. Tak usah heran jika kelakuan para Guru pun sudah banyak yang berubah. Jadi banyak yang Alay alias norak. Ingin tahu siapa saja Guru yang masuk kategori Guru Alay ? nah inilah diantaranya :

1. Guru yang lebay di sosmed

Seolah tak sadar dengan profesinya, Guru alay yang sok eksis di sosmed kadang suka nampang dengan pose tidak tahu diri. Kalau sekedar bergaya seperti abage ababil sih masih mending. Ini kadang ada yang berpose dengan pakaian seronok, pakai tanktop plus celana pendek. Apa nggak kepikiran, bagaimana reaksi murid-muridnya kalau melihat Ibu Gurunya berfoto seperti itu ?
Habis gitu mengupdate status galau. Mencurahkan kerinduan, perasaan mellow entah ditujukan kepada siapa. Kalau bosan mengupdate dan berkomentar galau, beralih pamer mobil baru, pamer wiskul, pokoknya melakukan segala hal yang norak dan berlebihan di sosmed biar dibilang wah. Orang seperti ini sebetulnya tidak cocok jadi Guru. Pantasnya jadi artis saja. 

2. Guru Pemakan Gabut  ( Gaji Buta ) 

Nah ini juga masuk dalam kategori Guru Alay. Guru macam ini punya ciri sangat mudah meninggalkan tugas utamanya mengajar di kelas. Sebagai contoh, ada seorang Guru yang tugas utamanya mengajar di SMAN Anu. Tapi dia jarang banget datang mengajar di SMA tersebut karena ternyata dia juga merangkap mengajar di SMA Swasta Ntu, dengan honor yang tinggi perjamnya. Saking nggak bertanggungjawabnya, Guru alay kita yang satu ini akan dengan ringan hati meninggalkan kelas di sekolah yang seharusnya, demi mencari tambahan di sekolah lain. Namun setiap tanggal 1 dia tetap setia mengambil gaji tanpa rasa malu sedikitpun. Anehnya jarang ada pemecatan terhadap guru yang bisanya makan gaji buta seperti ini, padahal mungkin saja Guru tersebut berstatus PNS. Kalau di sekolah swasta, Guru seperti itu  sudah ditendang sejak kapan tau !

3. Guru yang Tidak Cerdas

Maaf kalau saya terkesan sarkastik. Saya sebut kata tidak cerdas disini, bukan merujuk kepada tingkat intektualitas seseorang (meski dalam beberapa hal, iya juga sih ), namun lebih pada perilaku mereka yang tidak pada tempatnya. Misalnya perilaku mencontek.
Apa ? Guru mencontek ?! Iya. Nggak percaya ya ? lho memangnya anak-anak Indonesia punya kebiasaan nyontek, selain turunan dari orang tuanya, meniru siapa ? ya siapa lagi kalau bukan meniru gurunya.

Mau contoh ? boleh .  Nih ya saat PLPG. itu lho pelatihan buat para Guru kalau mau dapat serifikat pendidik. Ketika diadakan pretest dan posttest kebanyakan guru-guru peserta PLPG ini mencontek ! dilakukan terang-terangan seperti yang tidak sadar bahwa mereka itu seorang guru yang seharusnya punya watak jujur. Mengapa mereka mencontek ? ya agar lulus tentu saja, dan segera mendapat tunjangan sertifikasi. Saya sampai sedih dan prihatin sekali melihatnya. Pantas saja UN selama ini curangnya minta ampun, lha wong guru-gurunya saja berkelakuan tidak jujur seperti itu.

Lalu saat Uji Kompetisi Guru beberapa waktu yang lalu. Waduh, bukan sombong nih, dalam satu kelas, yang tidak mencontek cuma beberapa gelintir Guru. Selebihnya, mencontek, meniru, mengcopas, bahkan  ada yang memfoto jawab teman dengan kamera ponsel, ampunn. Guru apa ini. Dan hasilnya ? sebagian besar Guru di Indonesia dinyatakan tidak lulus Uji Kompetensi Guru, yang dengan kata lain dinyatakan  tidak berkompeten sebagai Guru !. Memang benar, ketika pemerintah melaksanakan UKG beberapa waktu yang lalu, banyak terjadi kekacauan akibat ketidakprofesionalan pihak penyelenggara. Namun di luar itu semua, angka kelulusan UKG yang rendah di seluruh Indonesia tetap saja mengundang keprihatinan tersendiri.  Lalu  bagaimana dengan saya dan teman-teman yang tidak mencontek  ? Alhamdulillah kami lulus UKG. Allah sungguh  Maha Adil dan Maha Tahu.

4. Guru Koplak

Ini adalah Guru alay yang kelakuannya koplak banget. Guru ini setiap mendapat pencairan dana sertifikasi, akan kontan jalan-jalan ke mall, memborong barang-barang yang nggak penting, yang penting mewah, untuk memuaskan nafsu belanjanya. Mending kalau jalan-jalannya pas hari libur. Ini enggak, jalan-jalan saat jam kerja. Bergerombol mengitari mall-mall dengan sesamanya. Setelah itu duduk-duduk kongkow makan minum di foodcourt, lupa kalau dia masih pakai seragam korps.  Kalau mau mangkir ngajar, ganti baju dulu dong, malu kan. Apalagi kalau sampai ketiban sial ketangkep satpol PP dan wajahnya nongol di acara Buser, waduh makin berlipat ganda rasa malunya.

Dana sertifikasi itu tujuan utamanya untuk meningkatkan kemampuan, mempertinggi kompetensi Guru, seperti melanjutkan studi ke jenjang S2, S3, mengikuti berbagai pelatihan, atau membeli perlengkapan untuk menunjang kelancaran kerja semacam Komputer dan Laptop untuk membuat bahan ajar, dsb. Bukannya dikeluarkan untuk hal-hal yang serba konsumtif. Ini Guru koplak, malah membeli barang-barang mewah, gonta-ganti gadget padahal gaptek abis. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan Guru membeli itu semua dengan uang sertifikasi, tapi alangkah baiknya jika mengutamakan upaya peningkatan kompetensi  terlebih dahulu.  Kan malu pakai mobil baru sambil bawa-bawa I-pad tapi  tidak kompeten dalam mengajar. Eh tapi ada yang lebih koplak lagi lho. Semenjak pemerintah menggelontorkan tunjangan sertifikasi Guru, otomatis kesejahteraan guru kan meningkat pesat tuh. Namun eksesnya ? semakin banyak Guru yang kawin lagi alias berpoligami !  koplak banget  kan ? bête   -___-

5. Guru Preman

Nah ini juga termasuk guru alay. Sama sekali tidak mengerti ilmu Pedagogik. Entahlah, mungkin dulunya dia kuliah di bawah pohon, makanya sama sekali tidak mengerti bagaimana cara mendidik murid-muridnya dengan baik dan benar. Guru semacam ini sangat tidak sabar mengadapi murid yang cerdas, banyak akal, tidak bisa duduk diam, dan banyak bertanya.Tangannya akan ringan menjewer, memukul, mencubit, menendang, melempar dengan batu, bahkan membenturkan kepala murid ke dinding kelas.
Kita bakal ngeri melihat kenyataan, bahwa ternyata cukup banyak preman yang menyamar jadi Guru lalu berdiri mengajar di kelas anak-anak kita. Sudah cukup banyak kita mendengar kisah sedih anak-anak yang menderita luka-luka disekujur tubuhnya akibat kekasaran Gurunya. Fatal sekali kelakuan guru yang semacam ini.  Luka-luka fisik ini memang akan sembuh dalam sehari dua. Namun luka batin yang ditimbulkannya, akan terbawa seumur hidup, menjadi trauma yang sulit terhapus oleh anak-anak yang malang ini, yang menimbulkan perasaan benci pada sekolah untuk selamanya.

6. Guru Mabuk Judi

Guru jaman sekarang, saking gaulnya, sampai harus merasa melebur dengan lingkungannya tanpa pandang bulu. Semua diikuti dan dilakukan termasuk hal-hal yang negatif dan tidak pantas. Mereka bersosialisasi dengan menggelar tikar di rumah kosong, berjudi, dan ini yang selalu tak ketinggalan di arena perjudian : minuman keras. Akhirnya sang Guru pun berjudi sambil mabuk hingga amblas semua uang sertifikasinya. Sudah begitu diwaktu-waktu senggangnya masih ngedrugs juga. Parah banget nih Guru.

7. Guru Mesum

Nah inilah kategori guru yang teralay diantara yang paling alay. Bayangkan saja. Guru yang seharusnya menjadi sosok teladan, malah berkelakuan bejat dan tak patut. Guru ini tak segan merayu bahkan melakukan pelecehan seksual dari yang ringan semacam memegang, meraba, memeluk, mencium, sampai melakukan hubungan badan. Dengan siapa saja. Baik dengan murid-muridnya, dengan sesama guru mesum, dengan karyawan TU, dengan tetangga, pokoknya dengan siapa saja yang bisa diajak berbuat mesum. Jangankan berprofesi Guru, berprofesi selain itupun, manusia cabul sungguh tak pantas ada di tengah-tengah kita. Cuma nyampah saja kerjanya ! bikin kotor lingkungan .

Pendidikan itu Terserah Kita

Ini bulan Mei, bulannya pendidikan negeri ini. Sudah saatnya kita membenahi dunia pendidikan sekarang juga. Jika pemerintah tidak dapat melakukannya dengan tangkas dan cerdas, maka marilah kita melakukannya sendiri di lingkungan masing-masing.

Ini zamannya otonomi, zamannya bebas berkreasi demi kebaikan dan kemajuan. Mari kita manfaatkan otonomi itu di sekolah kita masing- masing. Singkirkan guru alay yang tak pantas bersentuhan dengan urusan pendidikan anak-anak kita. Orang tua, komite sekolah, masyarakat pendidikan harus berani  bersuara , berani bertindak, dan berani menyeleksi Guru mana yang pantas dan tidak. Ini masalah pendidikan anak-anak bangsa, masalah masa depan kita bersama. Jangan sampai anak-anak kita jatuh ke tangan pendidikan yang salah kaprah.

Pihak sekolah dan para Guru adalah pihak pertama yang harus memiliki kecerdasan dan kemampuan yang mumpuni jika ingin menghasilkan anak didik yang berkualitas.  Marilah tetap bersikap tenang dan tetap menjaga kejernihan berfikir kita. Jangan termakan oleh gegap gempita perubahan kurikulum yang belum jelas itu. Lagi pula sebagai pendidik, bukankah kita sudah terbiasa menghadapi berbagai perubahan itu ? Kurikulum boleh berganti seratus kali, dan pemerintah sebagai penguasa pendidikan boleh saja galau seribu kali. Tapi kita, para orang tua, guru, dan masyarakat harus tetap waras dan bersikap correct.  Anak-anak tidak boleh menjadi korban carut marut dunia pendidikan di negeri kita. Jaga mereka, perhatikan mereka, dan lakukan segala cara yang positif agar pendidikan dan masa depan mereka terselamatkan. Buat rekan-rekan Pendidik, semoga kita terhindar dari masuk kedalam kategori Pendidik yang tak layak seperti itu. Semoga kita dikuatkan oleh Allah dalam menjalankan tugas mulia mendidik anak-anak harapan bangsa. Dan bagi teman-teman semua, selamat menjadi Guru bagi putra-putri tercinta di rumah masing-masing ! selamat mendidik yaa ..


Salam sayang,


anni


PS :  Tulisan ini sekedar introspeksi bagi diri saya sendiri, agar senantiasa  jujur dan lurus dalam melangkah. Tidak ada maksud selain itu. Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan. No hard feeling, OK.
Salam persahabatan :)


No comments:

Post a Comment