Mungkin
karena ini bulan Mei, bulannya pendidikan nasional, tiba-tiba saya terkenang
pada Guru-guruku tercinta. Guru yang telah banyak jasanya dalam hidupku, yang
telah memberi ilmu yang sangat bermanfaat hingga kini. Saya begitu merindukan
sosok mereka yang sangat saya hormati itu. Ingin rasanya menyalami dan
mencium tangan mereka tanda takzim dan berterimakasih yang setinggi-tingginya.
Entah
karena bersekolah di sekolah yang lumayan bagus, atau memang karena zamannya
berbeda, rasanya waktu sekolah dulu, yang namanya Bapak dan Ibu Guru itu
sangat spesial di mata kami murid-muridnya. Sosok mereka sangat berwibawa, cara
berbicaranya tegas sampai kami segan dibuatnya. Namun sekaligus santun dan
sangat pandai menceritakan kisah lucu hingga tergelak-gelak kami dibuatnya.
Memang Bapak dan Ibu Guru kami juga banyak yang galak-galak, tapi biar galak
begitu, Guru kami sangat rajin bekerja. Jarang sekali kami menemukan kelas
kosong akibat Guru yang mangkir mengajar. Bapak dan Ibu Guru benar-benar sosok
idola kami. Kami sangat mengagumi kesederhanaan hidup dan keteladanannya.
Guru
Alay
Hari
berganti, waktupun berlalu. Sosok Guru sudah semakin berubah kini. Profesi Guru
sudah bukan lagi profesi yang istimewa, melainkan profesi yang sama dengan
profesi lainnya. Nilai profesi Guru sudah banyak bergeser, dari profesi yang
dominan pengabdian menjadi profesi yang bertujuan memenuhi kebutuhan finansial
alias bertujuan sebagai mata pencaharian semata. Tak usah heran jika kelakuan
para Guru pun sudah banyak yang berubah. Jadi banyak yang Alay alias norak.
Ingin tahu siapa saja Guru yang masuk kategori Guru Alay ? nah inilah diantaranya
:
1.
Guru yang lebay di sosmed
Seolah
tak sadar dengan profesinya, Guru alay yang sok eksis di sosmed kadang suka
nampang dengan pose tidak tahu diri. Kalau sekedar bergaya seperti abage ababil
sih masih mending. Ini kadang ada yang berpose dengan pakaian seronok, pakai
tanktop plus celana pendek. Apa nggak kepikiran, bagaimana reaksi
murid-muridnya kalau melihat Ibu Gurunya berfoto seperti itu ?
Habis gitu mengupdate status galau. Mencurahkan kerinduan, perasaan mellow
entah ditujukan kepada siapa. Kalau bosan mengupdate dan berkomentar galau,
beralih pamer mobil baru, pamer wiskul, pokoknya melakukan segala hal yang
norak dan berlebihan di sosmed biar dibilang wah. Orang seperti ini sebetulnya
tidak cocok jadi Guru. Pantasnya jadi artis saja.
2.
Guru Pemakan Gabut ( Gaji Buta )
Nah
ini juga masuk dalam kategori Guru Alay. Guru macam ini punya ciri sangat mudah
meninggalkan tugas utamanya mengajar di kelas. Sebagai contoh, ada seorang Guru
yang tugas utamanya mengajar di SMAN Anu. Tapi dia jarang banget datang
mengajar di SMA tersebut karena ternyata dia juga merangkap mengajar di SMA
Swasta Ntu, dengan honor yang tinggi perjamnya. Saking nggak
bertanggungjawabnya, Guru alay kita yang satu ini akan dengan ringan hati
meninggalkan kelas di sekolah yang seharusnya, demi mencari tambahan di sekolah
lain. Namun setiap tanggal 1 dia tetap setia mengambil gaji tanpa rasa malu
sedikitpun. Anehnya jarang ada pemecatan terhadap guru yang bisanya makan gaji
buta seperti ini, padahal mungkin saja Guru tersebut berstatus PNS. Kalau di
sekolah swasta, Guru seperti itu sudah ditendang sejak kapan tau !
3.
Guru yang Tidak Cerdas
Maaf
kalau saya terkesan sarkastik. Saya sebut kata tidak cerdas disini, bukan
merujuk kepada tingkat intektualitas seseorang (meski dalam beberapa hal, iya
juga sih ), namun lebih pada perilaku mereka yang tidak pada tempatnya.
Misalnya perilaku mencontek.
Apa
? Guru mencontek ?! Iya. Nggak percaya ya ? lho memangnya anak-anak Indonesia
punya kebiasaan nyontek, selain turunan dari orang tuanya, meniru siapa ? ya
siapa lagi kalau bukan meniru gurunya.
Mau
contoh ? boleh . Nih ya saat PLPG. itu lho pelatihan buat para Guru kalau
mau dapat serifikat pendidik. Ketika diadakan pretest dan posttest kebanyakan
guru-guru peserta PLPG ini mencontek ! dilakukan terang-terangan seperti yang
tidak sadar bahwa mereka itu seorang guru yang seharusnya punya watak jujur.
Mengapa mereka mencontek ? ya agar lulus tentu saja, dan segera mendapat
tunjangan sertifikasi. Saya sampai sedih dan prihatin sekali melihatnya. Pantas
saja UN selama ini curangnya minta ampun, lha wong guru-gurunya saja
berkelakuan tidak jujur seperti itu.
Lalu
saat Uji Kompetisi Guru beberapa waktu yang lalu. Waduh, bukan sombong nih,
dalam satu kelas, yang tidak mencontek cuma beberapa gelintir Guru. Selebihnya,
mencontek, meniru, mengcopas, bahkan ada yang memfoto jawab teman dengan
kamera ponsel, ampunn. Guru apa ini. Dan hasilnya ? sebagian besar Guru di
Indonesia dinyatakan tidak lulus Uji Kompetensi Guru, yang dengan kata lain
dinyatakan tidak berkompeten sebagai Guru !. Memang benar, ketika
pemerintah melaksanakan UKG beberapa waktu yang lalu, banyak terjadi kekacauan
akibat ketidakprofesionalan pihak penyelenggara. Namun di luar itu semua, angka
kelulusan UKG yang rendah di seluruh Indonesia tetap saja mengundang
keprihatinan tersendiri. Lalu bagaimana dengan saya dan teman-teman
yang tidak mencontek ? Alhamdulillah kami lulus UKG. Allah sungguh
Maha Adil dan Maha Tahu.
4.
Guru Koplak
Ini
adalah Guru alay yang kelakuannya koplak banget. Guru ini setiap mendapat
pencairan dana sertifikasi, akan kontan jalan-jalan ke mall, memborong
barang-barang yang nggak penting, yang penting mewah, untuk memuaskan nafsu
belanjanya. Mending kalau jalan-jalannya pas hari libur. Ini enggak, jalan-jalan
saat jam kerja. Bergerombol mengitari mall-mall dengan sesamanya. Setelah itu
duduk-duduk kongkow makan minum di foodcourt, lupa kalau dia masih pakai
seragam korps. Kalau mau mangkir ngajar, ganti baju dulu dong, malu kan.
Apalagi kalau sampai ketiban sial ketangkep satpol PP dan wajahnya nongol di
acara Buser, waduh makin berlipat ganda rasa malunya.
Dana
sertifikasi itu tujuan utamanya untuk meningkatkan kemampuan, mempertinggi
kompetensi Guru, seperti melanjutkan studi ke jenjang S2, S3, mengikuti berbagai
pelatihan, atau membeli perlengkapan untuk menunjang kelancaran kerja semacam
Komputer dan Laptop untuk membuat bahan ajar, dsb. Bukannya dikeluarkan untuk
hal-hal yang serba konsumtif. Ini Guru koplak, malah membeli barang-barang
mewah, gonta-ganti gadget padahal gaptek abis. Sebetulnya tidak ada yang salah
dengan Guru membeli itu semua dengan uang sertifikasi, tapi alangkah baiknya
jika mengutamakan upaya peningkatan kompetensi terlebih dahulu. Kan
malu pakai mobil baru sambil bawa-bawa I-pad tapi tidak kompeten dalam
mengajar. Eh tapi ada yang lebih koplak lagi lho. Semenjak pemerintah
menggelontorkan tunjangan sertifikasi Guru, otomatis kesejahteraan guru kan
meningkat pesat tuh. Namun eksesnya ? semakin banyak Guru yang kawin lagi alias
berpoligami ! koplak banget kan ? bête -___-
5.
Guru Preman
Nah
ini juga termasuk guru alay. Sama sekali tidak mengerti ilmu Pedagogik.
Entahlah, mungkin dulunya dia kuliah di bawah pohon, makanya sama sekali tidak
mengerti bagaimana cara mendidik murid-muridnya dengan baik dan benar. Guru
semacam ini sangat tidak sabar mengadapi murid yang cerdas, banyak akal, tidak
bisa duduk diam, dan banyak bertanya.Tangannya akan ringan menjewer, memukul,
mencubit, menendang, melempar dengan batu, bahkan membenturkan kepala murid ke
dinding kelas.
Kita
bakal ngeri melihat kenyataan, bahwa ternyata cukup banyak preman yang menyamar
jadi Guru lalu berdiri mengajar di kelas anak-anak kita. Sudah cukup banyak
kita mendengar kisah sedih anak-anak yang menderita luka-luka disekujur
tubuhnya akibat kekasaran Gurunya. Fatal sekali kelakuan guru yang semacam ini.
Luka-luka fisik ini memang akan sembuh dalam sehari dua. Namun luka batin
yang ditimbulkannya, akan terbawa seumur hidup, menjadi trauma yang sulit
terhapus oleh anak-anak yang malang ini, yang menimbulkan perasaan benci pada
sekolah untuk selamanya.
6.
Guru Mabuk Judi
Guru
jaman sekarang, saking gaulnya, sampai harus merasa melebur dengan
lingkungannya tanpa pandang bulu. Semua diikuti dan dilakukan termasuk hal-hal
yang negatif dan tidak pantas. Mereka bersosialisasi dengan menggelar tikar di
rumah kosong, berjudi, dan ini yang selalu tak ketinggalan di arena perjudian :
minuman keras. Akhirnya sang Guru pun berjudi sambil mabuk hingga amblas semua
uang sertifikasinya. Sudah begitu diwaktu-waktu senggangnya masih ngedrugs
juga. Parah banget nih Guru.
7.
Guru Mesum
Nah
inilah kategori guru yang teralay diantara yang paling alay. Bayangkan saja.
Guru yang seharusnya menjadi sosok teladan, malah berkelakuan bejat dan tak
patut. Guru ini tak segan merayu bahkan melakukan pelecehan seksual dari yang
ringan semacam memegang, meraba, memeluk, mencium, sampai melakukan hubungan
badan. Dengan siapa saja. Baik dengan murid-muridnya, dengan sesama guru mesum,
dengan karyawan TU, dengan tetangga, pokoknya dengan siapa saja yang bisa
diajak berbuat mesum. Jangankan berprofesi Guru, berprofesi selain itupun,
manusia cabul sungguh tak pantas ada di tengah-tengah kita. Cuma nyampah saja
kerjanya ! bikin kotor lingkungan .
Pendidikan
itu Terserah Kita
Ini
bulan Mei, bulannya pendidikan negeri ini. Sudah saatnya kita membenahi dunia
pendidikan sekarang juga. Jika pemerintah tidak dapat melakukannya dengan
tangkas dan cerdas, maka marilah kita melakukannya sendiri di lingkungan
masing-masing.
Ini
zamannya otonomi, zamannya bebas berkreasi demi kebaikan dan kemajuan. Mari
kita manfaatkan otonomi itu di sekolah kita masing- masing. Singkirkan guru
alay yang tak pantas bersentuhan dengan urusan pendidikan anak-anak kita. Orang
tua, komite sekolah, masyarakat pendidikan harus berani bersuara , berani
bertindak, dan berani menyeleksi Guru mana yang pantas dan tidak. Ini masalah
pendidikan anak-anak bangsa, masalah masa depan kita bersama. Jangan sampai
anak-anak kita jatuh ke tangan pendidikan yang salah kaprah.
Pihak
sekolah dan para Guru adalah pihak pertama yang harus memiliki kecerdasan dan
kemampuan yang mumpuni jika ingin menghasilkan anak didik yang berkualitas.
Marilah tetap bersikap tenang dan tetap menjaga kejernihan berfikir kita.
Jangan termakan oleh gegap gempita perubahan kurikulum yang belum jelas itu.
Lagi pula sebagai pendidik, bukankah kita sudah terbiasa menghadapi berbagai
perubahan itu ? Kurikulum boleh berganti seratus kali, dan pemerintah sebagai
penguasa pendidikan boleh saja galau seribu kali. Tapi kita, para orang tua,
guru, dan masyarakat harus tetap waras dan bersikap correct. Anak-anak
tidak boleh menjadi korban carut marut dunia pendidikan di negeri kita. Jaga
mereka, perhatikan mereka, dan lakukan segala cara yang positif agar pendidikan
dan masa depan mereka terselamatkan. Buat rekan-rekan Pendidik, semoga kita
terhindar dari masuk kedalam kategori Pendidik yang tak layak seperti itu.
Semoga kita dikuatkan oleh Allah dalam menjalankan tugas mulia mendidik
anak-anak harapan bangsa. Dan bagi teman-teman semua, selamat menjadi Guru bagi
putra-putri tercinta di rumah masing-masing ! selamat mendidik yaa ..
Salam
sayang,
anni
PS
: Tulisan ini sekedar introspeksi bagi diri saya sendiri, agar
senantiasa jujur dan lurus dalam melangkah. Tidak ada maksud selain itu.
Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan. No hard feeling, OK.
Salam
persahabatan :)
No comments:
Post a Comment