Sekarang tanggal
20 Mei. Masih adakah rakyat Indonesia yang peduli bahwa pada hari ini
kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional ? saya yakin masih ada,
setidaknya anak-anak Indonesia yang masih duduk di bangku sekolah. Tapi
bagaimana dengan mereka yang duduk di tampuk pimpinan negeri ini ? para
penguasa Republik ini ? apakah mereka masih peduli, atau setidaknya
masih mengingat moment bersejarah itu meski sedikit ? terus terang saya
ragu.
1. Ide awal Kebangkita Nasonal adalah Pendidikan Bagi Anak-anak Pribumi
Bukan untuk
sekedar kongkow sambil minum-minum kopi, para pemuda kita berkumpul pada
20 Mei 105 tahun yang lalu. Di sebuah ruangan tempat para mahasiswa
Fakultas Kedokteran STOVIA biasa belajar ilmu Anatomi,
seorang dokter muda bernama Soetomo bersama rekan-rekannya berbincang
serius tentang nasib bangsa kita yang kala itu sedang tertindas.
Merekapun bersepakat mendirikan organisasi yang mereka beri nama Boedhi
Oetomo dengan misi utama memajukan pendidikan kaum pribumi. Momen
pembentukan organisasi ini kelak diperingati sebagai hari Kebangkitan
Nasional.
Tak masalah jika awal pergerakan
mereka hanya memfokuskan pada etnis Jawa semata. Toh pada masa-masa
selanjutnya, mereka melebarkan sayap perjuangannya dengan merangkul
semua etnis di Nusantara. Karena para Pemuda ini menyadari sepenuhnya,
kita semua yang ada di Nusantara ini bersaudara, dan senasib
sependeritaan dijajah oleh Bangsa asing dari seberang lautan sana.
Para pemuda ini sadar betul, bahwa
sebuah bangsa tak boleh pasrah begitu saja pada nasib buruk yang
melanda. Harus ada perlawanan, harus ada tindakan yang ekstrem yang tak
dapat ditunda lagi. Pendidikan ! ya, itulah jawabannya. Anak negeri ini
harus dibukakan matanya, bahwa mereka adalah manusia juga, yang
sejatinya memiliki martabat yang sama dengan kaum penjajah yang berkulit
lebih terang itu.
Hanya melalui pendidikan,
kesadaran tentang kesejajaran martabat kemanusiaan itu akan timbul,
kesadaran akan kebanggaan sebuah bangsa yang besar bakal tertanam.
Anak-anak harus mendapatkan pendidikan yang tak hanya dimaksudkan
memenuhi otak mereka dengan ilmu pengetahuan, namun juga menghaluskan
budi pekerti dan memberikan keterampilan untuk bekal hidup sebagai
manusia yang bermartabat.
Ya, para pendahulu kita sangat peduli pada anak-anak !
2. 105 tahun kemudian kita menjadi bangsa yang abai pada anak- anaknya sendiri.
Seabad lebih telah berlalu sejak para pemuda menyerukan kebangkitan nasional, hingga sekelompok anak muda yang duduk di bangku SMK di kota Solo,
berhasil menorehkan prestasi yang luar biasa. Anak- anak remaja belasan
tahun itu berhasil menciptakan sebuah mobil yang mereka beri nama mobil
ESEMKA.
Namun lihatlah bagaimana
masyarakat merespon prestasi anak-anak muda ini. Media massa bukannya
memuji dan menyebar luaskan informasi perihal prestasi yang membanggakan
ini, malah dengan enteng menyebutkan bahwa anak-anak SMK ini hanya
sekedar merakit sebuah mobil, alih-alih membuat sebuah mobil ! bayangkan
betapa tersinggungnya perasaan anak- anak itu ! alangkah bedanya arti MERAKIT dengan MEMBUAT, bukan ? anak- anak pintar itu jelas-jelas membuat, bukan sekedar merakit !
Seolah belum cukup puas menyakiti
hati anak-anak ini, media massa dengan gencar menyebarkan informasi
tentang gagalnya mobil ini dalam uji emisi, yang berimbas dibatalkannya
pemesanan 9 ribuan unit mobil Esmeka oleh masyarakat. Ya Allah, bangsa
apa ini ?. tega-teganya berbuat seperti itu pada anak-anak negerinya
sendiri ! Ya jelas saja mobil ciptaan mereka masih jauh dari sempurna,
karena para penciptanya adalah anak-anak yang sangat kurang pengalaman
dan terkendala minimnya dana pula ! bukannya disupport atau dibantu,
malah dihina-hina ! Mereka itu, anak-anak SMK itu, benar-benar
anak-anak pintar yang bernasib kurang mujur, tinggal di negeri yang
sakit.
Lalu Hibar Syahrul Ghafur,
si anak pintar dari Bogor yang baru duduk di bangku kelas 8 SMP. Anak
sekecil ini mampu menciptakan sebuah benda yang sangat besar manfaatnya
bagi kaum perempuan yang ada di seluruh muka bumi ini. Hibar
menciptakan sebuah sepatu anti perkosaan beraliran listrik, yang daya
kejutnya efektif melumpuhkan para calon pemerkosa. Bayangkan
manfaatnya. ! ketika pemerintah tak berdaya (baca : tak peduli )
dengan maraknya kasus perkosaan di negeri ini, Hibar dengan tubuhnya
yang kecil namun dengan otak dan hatinya yang besar, tanpa banyak bicara
menjawab permasalahan sosial ini dengan cara yang cerdas, praktis, dan
sangat telak !
Namun rupanya media massa kurang
tertarik pada berita gembira semacam ini, karena nilai sensasinya jelas
jauh dibawah sensasi pemberitaan soal mahasiswi yang tak jelas
prestasinya macam Maharani. Akhirnya prestasi Hibar yang cemerlang ini
sangat sepi dari pemberitaan. Jarang masyarakat mengetahui kabar gembira
tersebut. Tapi Hibar dan kawan-kawannya sesama anak pintar tak berkecil
hati. Para guru mengikut sertakan hasil karya mereka ke acara International Exhibition of Young Inventors 2013
di Kualalumpur. Dalam ajang bergengsi itu, panitia langsung
mengganjar Hibar dan teman-temannya dengan 3 medali emas dan dua medali
perak. Cukuplah itu menghibur kesedihan Hibar si anak pintar. Siapa
peduli dengan ekspos media massa.
Tak lama sebelum ini, David Hartanto Wijaya
anak jenius yang kuliah di Nanyang Technological University -
Singapura, harus meregang nyawa, sebab dia menemukan sebuah teknologi
canggih yang sangat diminati oleh organisasi level dunia sekelas badan
intelejen asing. Penemuannya tersebut berupa 3D-Virtual Monitor
(cmiiw), yakni sebuah teknologi yang memungkinkan seseorang menampilkan
gambar 3 dimensi di udara yang berfungsi sebagai layar monitornya.
Semacam gambar hologram, kurang lebih seperti itu. Gambar Hologram
tersebut dilengkapi dengan perintah-perintah yang dikendalikan dari
jarak jauh. Jika misalnya gambar tersebut berupa manusia dengan bentuk
yang sangat sempurna, maka kita dapat memerintah dia dari jarak jauh,
sesuka hati kita.
Manusia hologram tersebut bisa
diset sebagai apa saja semau kita. Sebagai sekretaris , teman main
catur, pelayan toko, guru, dosen, dll, dan tentu saja dapat diset
sebagai agen rahasia yang dapat menyusup kemana saja
tanpa penghalang, namanya juga hologram. Bayangkan besarnya aliran
Dollar yang akan diperoleh David jika David berhasil mempatenkan
penemuannya itu, dan betapa dahsyatnya kekuatan badan intelejen kita
jika berhasil memanfaatkan teknologi tersebut. Ada pihak-pihak yang
menilai ini tak boleh terjadi, teknologi ini harus direbut, jadi nyawa
David harus dihilangkan dengan modus operandi seolah bunuh diri. Lalu
apakah pemerintah RI peduli ? Ya, sekedarnya saja. Selebihnya keluarga
David sendirilah yang harus menguras keuangan keluarga untuk menyewa
pengacara demi mengungkap kejelasan kasus anak kesayangan mereka.
3. Anak – Anak Indonesia yang Setiap Hari Menyabung Nyawa
Baru
tiga kasus saja yang saya sebutkan sebagai anak berprestasi yang
diabaikan pemerintah. Masih sangat banyak pengabaian yang secara
terang-terangan dilakukan terhadap anak-anak bangsa ini. Baik anak yang
berprestasi atau anak-anak yang tak terlalu menonjol di seluruh pelosok
Indonesia. Pengabaian yang terjadi sebab para penguasa hanya fokus pada
syahwat kekuasaannya saja, dan pada politik kelas rendah yang jauh dari
akhlak mulia.
Mari saya beri contoh ekstrem yang
sering dianggap angin lalu saja oleh pemerintah. Lihatlah di berbagai
pelosok negeri ini. Masih sangat banyak anak-anak yang saat pergi ke
sekolah seolah seperti pergi ke medan perang. Mereka harus menyabung
nyawa saat pergi dan pulang sekolah dengan jalan merayapi dinding tebing
yang curam, dengan jurang sangat dalam yang menganga di bawah kaki
mereka. Sedikit saja anak-anak ini lengah menginjak bagian dinding yang
rapuh. jurangpun siap meremukkan tubuh-tubuh kecil itu tanpa ampun
lagi.
Di tempat lain anak-anak terpaksa
meniti jembatan gantung yang terbuat dari beberapa batang bambu yang
diikat sekenanya dengan seutas tambang. Jembatan itu membentang diatas
sungai berarus deras dan ganas. Anak-anak SD itu harus berjalan ekstra
hati-hati meniti jembatan yang terus bergoyang karena rapuhnya. Saya
lebih baik tak menyekolahkan anak saya dari pada mereka harus menyabung
nyawa seperti itu.
Itu baru dua kasus. Kalau ingin
yang lebih dekat dan nyata, mari tebarkan pandangan di sekitar kita, di
perempatan-perempatan lampu merah di kota-kota besar. Entah berapa
banyak anak-anak yang seharusnya berada di bangku sekolah, menuntut
ilmu, malah berkeliaran di jalan mencari uang dengan mengemis dan
mengamen. Anak-anak jalanan ini sangat rentan kejahatan, dan sangat tak
terlindungi hak-hak dasarnya. Entah ada dimana pihak-pihak yang
semestinya melindungi mereka.
Lalu anak-anak korban bencana
alam, korban penggusuran, korban kebakaran, atau anak-anak yang hidup di
daerah konflik, kehidupan mereka sangat memprihatinkan. Entah bagaimana
nasib mereka seandainya tidak ada masyarakat yang peduli, karena
perhatian dari pemerintah dirasa sangat minim.
4. Salah satu indikator negara gagal adalah negara yang mengabaikan anak- anak !
Lembaga
nirlaba The Fund for Peace merilis indeks negara gagal untuk tahun 2012.
Lembaga yang berbasis di Washington DC ini menempatkan Indonesia di
peringkat 63 dari 177 negara dengan total indeks 80,6.
Ada sejumlah indikator yang
digunakan dalam memposisikan suatu negara, dekat atau jauh dari
kegagalan. Lembaga ini menggunakan indikator sosial dan ekonomi serta
indikator politik dan ekonomi.
Dari 11 items yang menjadi
indikator, Indonesia punya nilai terburuk di 4 hal yakni demografi,
ketidakmerataan pembangunan ekonomi, kekerasan terhadap minoritas serta
ketidakmampuan negara melindungi kelompok rentan termasuk anak-anak, dan
lemahnya aparat keamanan. (detiknews.com)
5. Jangan sampai ancaman negara yang gagal menjadi kenyataan
Waktu, dana, dan tenaga yang kita
miliki sangat terbatas. Sementara waktu tak mau peduli. Berjalan sangat
cepat, begitu pula dengan anak-anak kita. Mereka bertumbuh kembang
melebihi kesadaran kita. Akan bagaimana masa depan mereka jika kita
sebagai orang tua, guru, dan anggota masyarakat terus berleha-leha,
atau tak berbuat banyak karena alasan keterbatasan waktu, dana , dan
tenaga ? Mari kita tak lagi menunggu-nunggu uluran tangan pemerintah,
karena mereka sangat lamban !
Pemerintah sedang sibuk menutupi
borok korupsinya, dan sedang sibuk bersolek menutupi sisa-sisa harga
dirinya yang sudah sangat rendah, agar masih mendapatkan kepercayaan
rakyat. Ya tentu saja rakyat yang mudah tertipu oleh uang. Jadi jangan
harapkan pemerintah dapat melakukan hal-hal besar di luar itu. Mari kita
melakukannya sendiri., sambil sesekali mengamati tingkah polah para
penguasa dari layar kaca. Anggap saja sebagai selingan yang menggelikan.
Anggap saja sedang menonton acara dagelan yang tidak lucu.
Kita mulai dari keluarga kita dan
lingkungan terdekat kita, atau melalui organisasi yang kita ikuti. Mari
kita selamatkan pendidikan anak-anak kita, kita selamatkan masa depan
bangsa kita. Sayangi anak-anak, lindungi, dukung, dan bantu sekuat
tenaga agar mereka mencapai keberhasilan dan kebahagiaan. Inilah makna kebangkitan nasional yang sesungguhnya. Bangkitnya kesadaran masyarakat untuk menyelamatkan masa depan bangsa, melalui pembinaan generasi mudanya.
Salam sayang,
anni
No comments:
Post a Comment