Suatu malam,
ketika sedang asyik mengerjakan PR Bahasa Indonesia, putri saya Selma, yang duduk di
kelas X SMA bertanya, bagaimana cara menulis surat izin yang ditujukan kepada
Wali Kelas jika kita berhalangan masuk sekolah.
Sejenak saya
tertegun. Menulis surat izin tidak masuk sekolah adalah hal yang sangat sepele.
Tetapi itu bagi saya yang hidup di era surat menyurat. Sementara bagi putri
saya dan banyak remaja lainnya yang hidup di era digital seperti sekarang ini,
menulis surat menjadi sesuatu yang lumayan rumit. Anak-anak ini tidak terbiasa
mengungkapkan maksud hatinya kepada seseorang melalui sepucuk surat. Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi membuat anak-anak menjadi sangat asing
dengan kegiatan saling berkirim surat. Jika mereka ingin berkomunikasi dengan
seseorang yang berada di tempat yang jauh, mereka cukup menggunakan SMS,
Email, atau chatting melalui berbagai sosmed. Tak ada lagi kegiatan surat menyurat
secara manual.
Kini menulis
surat dipandang sebagai kegiatan yang tidak efisien, membuang-buang waktu dan
tenaga, dan tentu saja sudah ketinggalan zaman. Bukankah dengan sekali dua kali
SMS kita dapat berkomunikasi lebih cepat dengan orang yang kita tuju ? pesan
kita dapat sampai dalam hitungan hanya beberapa detik, dan beberapa detik
kemudian kita sudah mendapatkan balasannya, lebih mudah dan murah pula .
Bandingkan dengan jika kita mengirim surat. Tidak mungkin surat kita dapat
sampai ke tempat tujuan hanya dalam beberapa detik dan mendapat balasan dalam
beberapa detik pula.
Surat
cintaku yang pertama, membikin hatiku berlomba …♫ ♪♬”
Sambil
mengajari anak saya menulis surat, saya jadi teringat kenangan puluhan tahun
silam, saat saya masih aktif menulis surat. Menulis surat kepada teman, kepada
sanak famili, kepada kekasih, kepada sahabat pena. Ah sahabat pena. Masih
adakah orang-orang menjalin sahabat pena sekarang ini ?. Betapa indahnya
suasana hatiku disaat menulis surat. Dan perasaan indah itu kembali menelusupi
hatiku, saat putriku mulai menuliskan seuntai kalimat, ” Kepada Yang Terhormat …”
Lalu
berkelebatlah bayangan indah puluhan tahun yang lalu, saat saya duduk manis
menghadap meja dengan selembar kertas dan bolpoin dalam genggaman
jemariku. Kuhela nafas dalam-dalam, berfikir, dan tersenyum membayangkan wajah
orang-orang yang akan kukirimi surat itu. Lalu mengalirlah kalimat demi kalimat
tanpa henti. Mengalir dari dalam lubuk hatiku, hingga tumpah semua perasaanku,
seolah dia benar-benar ada di hadapanku. Alangkah indahnya kenangan saat itu,
saat aku remaja dulu.
Warna
dan motif kertas surat menunjukkan makna
Bagi
teman-teman yang pernah mengalami asyiknya menulis surat, tentu paham
benar bahwa tak boleh dengan sembarang kertas kita menulis surat. Seolah
ada aturan entah dari mana yang mengharuskan warna dan motif kertas musti
berbeda, tergantung kepada siapa surat itu ditujukan. Kertas dengan motif
bergaris biru-merah yang terkesan formal, adalah kertas yang biasanya dipakai
oleh para mahasiswa perantauan untuk menyurati orang tua di kampung halaman,
bahwa kiriman wesel ( ha ha .. wesel ! ) sudah diterima dengan baik. Kata-kata
pembuka suratpun sangat khas,
” Kepada Yang Terhormat Ayah dan Ibu di rumah “. Lalu ditutup
dengan, ” Salam sembah penuh
takzim dari ananda. Jangan putus mendoakan untuk kesuksesan ananda ya…”.
Dan biasanya masih ditambah juga dengan air mata kerinduan tak tertahankan
kepada Ayah- Bunda tercinta, yang tak dapat disertakan dalam surat itu.
Berbeda
halnya Jika kita ingin berkirim surat pada teman, sahabat pena, atau saudara
sepupu yang seumuran dengan kita. Pilihan kertas surat yang digunakan lebih
bebas baik dari ukuran, bentuk, maupun motifnya. Warna dan motifnya boleh apa
saja , bebas, yang penting tidak bermotif hati, karena motif hati hanya untuk
kekasih tersayang.
Lalu
mulailah kita menulis dengan penuh keceriaan, dimulai dengan kalimat, ” Kepada Sahabatku yang Baik hati…”.
Selanjutnya, ” Hai, apa
kabar ? apakah kamu ada dalam keadaan sehat ? aku alhamdulillah sehat walafiat.
Oh iya, aku sudah menerima suratmu minggu lalu. Wah, senangnya. Akan aku
menyimpan suratmu dengan baik. Terimakasih ya sahabatku, … dst …”.
Alangkah
indahnya persahabatan di masa itu. Begitu tulus dan murni, penuh kesantunan.
Bahkan kesantunan inipun tetap terjaga dalam bahasa tulisan.
Lalu buat
kekasih ? nah ini dia yang paling spesial. Pilihan warna kertasnya tentu
berbeda dengan surat biasa. Harus berwarna lembut dan berkesan romantis. Bisa
berwarna merah muda, biru muda, oranye muda, hijau muda, merah hati, apa saja
yang penting berwarna lembut. Abu-abu lembutpun boleh, asal motifnya berwarna
terang, misalnya bunga mawar dan hati berwarna pink cerah., boleh saja. Asal
jangan berwarna hitam dan merah, karena itu tanda putus dan marah, he he …
Motifnya pun harus spesial. Kan suratnyapun ditujukan bagi orang yang spesial
di hati kita. Motifnya bisa hati, bisa rangkaian bunga cantik, lukisan Putri
dan Pangeran yang sedang memadu kasih, dan ada juga kertas surat yang bermotifkan
kata-kata romatis seperti, ”
I Love You forever ” , ” I miss you ” , ” You are always on my mind, my heart, every day !“,
dsb
Untuk
kekasih, tentu pembukaan suratnyapun bernada romantis. ” Kepada kekasihku yang selalu
kurindukan “. Atau, ”
Kepada Yang Tersayang Kekasih Hatiku “. Kemudian berjuta kerinduan,
selaksa rasa kangen mengalir dan terus mengalir dari hati melalui goresan tinta
bolpoin ke atas secarik kertas yang indah. Kalimat-kalimat yang menggambarkan
berbunga-bunganya hati, melukiskan dalamnya rasa cinta kepadanya, menggambarkan
kerinduan yang sangat untuk segera bertemu. Ditutup dengan kalimat indah, ” Rinduku selalu bersamamu “,
atau, “Semoga kita
dipersatukan dalam mahligai rumah tangga yang bahagia” , dst , yang
serba indah , romantis, namun tetap santun.
Begitulah
pada masa lalu, orang-orang mengekpresikan rasa cintanya kepada yang terkasih dengan
penuh kelembutan, keindahan, dan romantisme yang lugu. Seandainya anak-anak muda zaman
sekarang dapat menjalin kasih sayang dengan tetap menjaga akhlak yang baik,
tidak melibatkan nafsu birahi, tentu tak perlu terdengar kabar, sekian puluh
persen remaja putri Indonesia sudah dalam kondisi tak perawan lagi. Sungguh
memprihatinkan.
Sertakan
parfum, dan kecupan manis untuk sang Kekasih
Menulis surat kepada Kekasih memang mengasyikkan. Kadang sampai lupa
waktu, karena kita terhanyut dalam genangan kerinduan dan keindahannya. Kala
itu, sepucuk surat cinta dapat berarti segalanya. Sebagai pengganti
ketidakhadirannya di sisi kita, sebagai bukti dalamnya rasa cinta, dan sebagai
curahan kasih sayang.Oleh karenanya sudah lazim pada masa itu, para pecinta
memilih tinta dengan warna -warna yang dianggap dapat mewakili perasaan kita.
Kalau tidak salah, tinta berwarna merah berarti marah atau cemburu. Tinta hijau
menunjukkan kita menerima cintanya, tinta hitam dan biru tanda cinta yang
tulus, dsb. Entah benar atau tidak jika warna-warna itu memang memiliki makna
tersendiri, dan entah siapa juga yang memulai ide itu, tak ada yang tahu. Yang
jelas, remaja di saat itu banyak yang mengikuti trend tersebut. Lucu juga
kalau diingat-ingat.
Lalu ini
yang paling fantastis : saking cintanya kepada si dia, para kekasih sering
menyemprotkan parfum ke atas kertas surat cintanya. Sehingga ketika surat itu
dibuka dan dibaca oleh kekasih, yang pertama tercium adalah aroma harum yang
menghambur, aroma parfum yang biasa dipakai si dia, yang membuat hati semakin
dicekam kerinduan yang mendalam.
Oh iya, ada
juga yang tak lupa disertakan, yaitu kecupan manis di atas kertas surat cinta,
sebagai pengganti ciuman kita untuk si dia. Cukup satu kecupan ringan, nggak
usah pakai napsu, toh si dia juga nggak akan tahu dan nggak mungkin
merasakan ^___^
Nah, selesai
sudah surat cinta kita. Lipat dengan manis. Eh tunggu, cara melipat suratpun
ada maknanya lho, tapi tak akan saya tulisakan sekarang, bisa kepanjangan
soalnya. Lalu masukkan ke dalam amplop yang serasi. Direkat, tempelkan
perangko,dan cepat kirimkan. Jangan lupa berdoa agar surat tersebut tidak salah
alamat. Jangan sampai alamat yang tertera justru alamat kekasih yang kedua, ha
ha …
Menulis
surat adalah menyertakan sentuhan pribadi
Ada yang tak
tergantikan oleh SMS, BBM, chatting atau Email, yakni sentuhan pribadi,
sentuhan kehangatan hubungan antar manusia. Selalu saja ada yang hilang
manakala sesuatu yang bersifat instant menggantikan hal-hal yang bersifat
manual yang melibatkan kedalaman emosi.
Ketika kita
merima surat cinta yang rasanya begitu lama kita nantikan, maka perasaan hangat
yang indah akan mengaliri hati kita, merayapi relung jiwa kita, dan menjalari
segenap indera kita dengan sentuhan keindahan yang tak trgambarkan. Dari awal
hingga salam akhir, membuat dunia ini dan segalanya menjadi begitu indah dan
penuh warna. Sayang sekali, romantika menulis surat sudah harus ditinggalkan.
Keasyikan merangkai kata yang sangat bermanfaat bagi kehalusan budi pekerti
harus dilupakan. Kini semuanya telah tergantikan dengan SMS : pesan yang sangat
pendek saja. Sayang sekali.
Nah teman-teman, masihkan engkau ingat kapankah
terakhir kali engkau menulis dan menerima surat cinta ? dan masihkan
teman-teman menyimpan surat cinta itu ? ayo baca sekali lagi, dan rasakan
keindahannya yang tak lekang oleh waktu …
Salam
sayang,
Anni
No comments:
Post a Comment