Beberapa waktu yang lalu saya
berdiskusi cukup serius dengan dua putri saya, Ufi dan Selma, yang duduk di bangku SMA. Awalnya
saya bermaksud mengobrol santai biasa saja. Namun ketika obrolan sudah menjurus
ke diskusi yang lebih serius, saya tersadarkan bahwa tidak semua remaja hanya
bisa berpikir sebatas sesuatu yang sifatnya fun saja. Anak-anak sekarang
wawasannya jauh lebih luas dan mampu berpikir (lebih tepatnya berhayal)
hingga jauh ke depan.
Diskusi kami berkisar tentang :
akan tinggal dimana kelak, jika mereka telah dewasa, mandiri, dan berumah
tangga. Jawaban yang saya dapatkan dari anak-anak saya itu sangat masuk akal
dan faktual, maklum anak-anak zaman sekarang sangat cepat mengakses informasi.
Meskipun begitu, saya cukup merasa berkecil hati saat mendengar jawaban
mereka. Mengapa saya berkecil hati ? karena inilah jawaban anak-anak saya
: berencana tinggal di luar negeri, antara di Canada atau di Australia,
atau di negara lain. Alasannya, karena negara kita tidak kondusif untuk
kehidupan sosial yang sehat.
Mendengar jawaban mereka yang lugas
dan to the point, agak lama saya
terdiam. Ada satu pertanyaan besar yang
tiba-tiba menyesaki pikiran saya. Apakah hanya anak saya saja yang berpendapat
seperti itu,ataukah ada remaja lain yang berpendapat sama? . Bagaimana
seandainya banyak anak-anak yang berpendapat sama ? bisa gawat nanti masa depan
bangsa kita, kalau anak-anak Indonesia sudah tak berminat lagi tinggal di
negeri sendiri. Untuk menjawab kepenasaran saya, secara acak saya berbincang
ringan dengan beberapa murid yang sebaya dengan anak-anak saya. Ternyata 100
persen mereka memberikan jawaban yang sama : ingin tinggal di luar negeri saat
dewasa kelak !. Alasannya, nggak ada enak-enaknya hidup di Indonesia.
Haduh, bertambah kecil hati saya.
Lalu saya menghibur diri. Pendapat
anak-anak itu belum berarti apapun bagi saya, karena mereka bukanlah anggota
populasi yang menjadi subjek sebuah penelitian ilmiah. Merekapun bukan sampel
yang dapat dianggap mewakili seluruh populasi anak muda di Indonesia.. Semoga
saja sebagian besar anak-anak muda Indonesia masih memilih negeri sendiri
sebagai tempat tinggal mereka kelak.
Benarkah Indonesia kurang layak
dijadikan tempat tinggal di masa yang akan datang ? simaklah argumentasi
yang dikemukakan anak-anak remaja yang kecil-kecil cabe rawit itu …
1. Indonesia terancam menjadi negara
gagal
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilansir sebuah lembaga nirlaba The Fund for Peace pada Juli 2012, ada sejumlah
indikator yang digunakan dalam memposisikan suatu negara, dekat atau jauh dari
kegagalan. Lembaga ini menggunakan indikator sosial dan ekonomi serta indikator
politik dan ekonomi.
Dari 11 items yang menjadi
indikator, Indonesia punya nilai terburuk di 4 hal yakni demografi,
ketidakmerataan pembangunan ekonomi, kekerasan terhadap minoritas serta
ketidakmampuan negara melindungi kelompok rentan termasuk anak-anak, lemahnya
aparat keamanan dan lemahnya media massa.
Dengan keadaan seperti itu, dan
melihat kinerja pemerintah yang dinilai rendah, rasanya sulit untuk
membawa indonesia keluar dari krisis. Bahkan melihat perkembangan terkini,
kerusuhan di daerah-daerah semakin sering terjadi, kejahatan yang merajalela,
lemahnya penegakkan hukum, konflik horizontal antara pemeluk agama dan suku
bangsa, dan berbagai permasalahan sosial lainnya yang sulit diatasi, anak-anak
berpendapat sangat riskan membina rumah tangga dan membesarkan anak di
lingkungan seperti itu.
2. Pejabat indonesia banyak yang
korupsi.
Indonesia masih menjadi negara yang
korupsinya tertinggi di dunia. ” Jumlah korupsinya, dan pejabat yang melakukan
korupsi juga nggak kepalang tanggung ! “, begitu kata anak-anak. ” Habis duit
kita dimakan sama pejabat. Mana main cewek lagi ! alay banget tuh pejabat “
Hmm …
” Tapi kan nggak semua pejabat korupsi “, kata saya setengah hati.
” Iya buu, yang nggak korupsi yang jabatannya nggak gitu penting ! “
Parah banget nih anak-anak, ck ck …
3. Anak- anak merasa kurang mendapat
dukungan dari pemerintah.
Artikel saya yang lalu tentang
negara yang mengabaikan anak-anak, sebetulnya antara lain terinspirasi oleh
obrolan saya dengan anak-anak remaja ini. Betapa banyaknya prestasi dan
potensi anak-anak yang menguap begitu saja karena pemerintah( termasuk birokrat
daerah dan guru yang tidak kreatif ) tidak mendukung dan kurang menghargai
potensi mereka. Sebagai contoh, prestasi anak-anak SMK pencipta mobil SMK yang
kurang diapresiasi oleh pemerintah dan masyarakat, anak-anak pemenang
berbagai kejuaraan akademik dan non akademik tingkat nasional dan internasional
yang kurang diapresiasi oleh media massa, anak-anak yang berprestasi misalnya
dalam ajang olimpiade sains, karya tulis ilmiah, pertandingan olah raga, lomba
seni, penemuan inovatif, dll, sering harus berjuang sendiri karena pembinaan
dari diknas di daerah sangat minim, begitu juga dengan dukungan dana yang
diperlukan saat pergi berlomba. Hal ini sangat mengecewakan hati anak-anak.
Jika ini terus berlangsung, anak-anak akan semakin memandang negatif pada
pemerintah dan pemimpin negeri ini. Jadi menurut anak-anak, nggak asyik tinggal
di negeri yang pemimpinnya dodolipet seperti itu.
4. Pendidikan di Indonesia kacau
balau.
“ Ah kacau balau bagaimana ? “,
tanyaku.
“
Mau tau aja atau mau tau banget ? “, kata anak-anak. “Mau tau dong”,
jawabku. Dan inilah pandangan anak-anak tentang pendidikan kita :
a. Mata pelajarannya kebanyakan
b. Materi tiap pelajaran kebanyakan dan banyak yang nggak penting
c. Kurikulumnya gonta-ganti melulu, bikin bingung
d. UN curang didiemin aja
e. Biaya kuliah mahal
f. Pelajaran di sekolah banyak, tapi nggak ngerti, sampai harus bimbel di luar
yang biayanya mahal
g. Anak-anak tawuran sanksinya ringan
h. Banyak guru yang sering bolos
i. dll
5. Kejahatan terhadap
anak-anak semakin marak
Setiap detik setiap waktu, media
massa gencar memberitakan tentang berbagai kejahatan yang menimpa anak-anak
Indonesia. Perkosaan, pembunuhan, perdagangan anak, penculikan, seolah terus
berlangsung tanpa akhir. Media massa hanya memberitakan kejahatannya, tapi jarang
memberitakan dihukum seperti apa pelakunya. Anak-anak jadi merasa takut dan
was-was, jangan-jangan para penjahat itu dihukum ringan, bahkan sekarang
sudah bebas berkeliaran mencari mangsa baru lagi.
Belum lagi masalah maraknya narkoba,
seks bebas, pornografi yang sulit diatasi. Juga geng motor yang makin
hari makin ganas saja. Apa enaknya tinggal di negeri yang seperti ini ?
Menghadapi argumentasi anak-anak
yang sangat negatif tapi sayangnya ada benarnya itu, ini jawab saya :
Indonesia negara ke 4 terindah di
dunia
Bayangkan indahnya negeri kita. Dari
ratusan negara di dunia, indonesia berada di urutan ke 4, jauh di atas Inggris,
Perancis, Italia, Amerika Serikat, negara-negara Timur Tengah, dan
negara-negara lain yang menjadi destinasi pariwisata. Masak tidak tertarik
tinggal di negri seindah ini ? ibaratnya, keindahan bertebaran di setiap sudut,
di setiap penjuru, bahkan di setiap belokan gang negeri ini. Orang dari
negara lain mengeluarkan ribuan dollar untuk bisa mengunjungi negeri kita,
masak kita yang sudah gratis ada di sini, malah mau meninggalkan begitu saja ?
coba pikirkan baik-baik …!
Indonesia negara ke 14 dengan
penduduk terbahagia di dunia
Nah yang ini lebih dahsyat lagi.
Negara lain boleh saja lebih maju, lebih kaya, lebih rapi dan tertib, tapi
penduduknya tidak bahagia. Buat apa ? nggak ada gunya semua milik mereka kalau
hati mereka tidak bahagia, bukan ?
Beda dengan Indonesia. Biar orang
bilang negeri kita kacau balau, tapi penduduknya bahagia. Ini fakta ! Yang
bikin penelitiannya juga lembaga bergengsi kok ! Jadi bukan mengarang-ngarang
begitu saja.
Kalau begitu, mengapa orang Indonesia bahagia padahal hidupnya susah ?
Jawabannya, karena kebahagiaan orang Indonesia adanya di dalam hati, jadi
dibawa kemanapun kita pergi. Tak peduli bagaimanapun sulitnya keadaan di luar,
hati kita tetap bahagia. Karena di hati kita selalu ada Tuhan, ada Allah Sang
pemberi kebahagiaan yang selalu kita cintai.
Indonesia menduduki peringkat ke 2
pertumbuhan ekonomi terbaik di dunia
Hanya Cina yang lebih baik dari
kita.
Pertumbuhan ekonomi Cina 7,2 persen pertahun, sementara Indonesia 6,3 persen
pertahun. Negara lain yang hebat-hebat semacam Korea, Jerman, Saudi, lewaatt …
Jadi mengapa harus khawatir tinggal di Indonesia ?
Mencintai tanah air itu bukan hanya
kewajiban warga negara, namun juga kewajiban agama.
Mencintai tanah air, membangun, membela, dan merawatnya adalah ibadah yang
benilai sangat tinggi (menurut agama Islam yang kami anut dan saya rasa
agama yang lainpun mengajarkan hal yang sama ). Tidakkah kalian tertairk untuk
membangun negeri ini dan membawa negeri ini ke arah kemajuan, dengan nama
kalian terukiir indah di dalam lembaran sejarah negeri ini ? Sekali lagi,
pikirkan baik-baik ! .
Salam sayang,
Anni
Sumber :
www.travel.detik.com
www.travel.ghiboo.com
www.republika.co.id
www.bumn.go.id
No comments:
Post a Comment