Salah
satu kegiatan yang paling mengasyikkan tapi paling banyak menyita waktu
dan emosi, menurut saya adalah menonton pertandingan sepakbola di
televisi. Tak hanya menyita waktu dan emosi, para ibupun harus merelakan
ruang keluarga yang biasanya rapi bersih menjadi berantakan gara-gara
tebaran kulit kacang dan ceceran remah-remah camilan serta segala kopi,
teh, dan minuman ringan yang setia menemani selama pertandingan berlangsung. Belum lagi bantal
duduk dan karpet yang mendadak kehilangan posisi dan bentuk, gara-gara
anak-anak remaja kita dan ayahnya anak-anak yang tak bisa diam, terus
pecicilan selama pertandingan berlangsung. Heboh banget, serasa
pertandingan sepak bola berpindah ke rumah kita !
Dan
semua kehebohan itu akan mencapai klimaksnya ketika tim kesayangan
keluarga keluar sebagai pemenang. Tempik sorak dan pekik kemenangan yang
berkumandang, membuat rumah seakan dipenuhi oleh ledakan petasan
pengiring pengantin Betawi, saking berisik dan hebohnya. Kalau sudah
begini, kelakuan orang tua dan anak – anak sudah tak ada bedanya sama sekali, semua melonjak-lonjak kegirangan saking senangnya.
Pertandingan menegangkan yang membuat penyakit maagku kambuh
Sejak petang di hari Minggu kemarin, para penggila bola, dan fans kesebelasan Merah-Putih sudah
harap-harap cemas menantikan pertandingan paling menentukan yang selama
ini ditunggu-tunggu. Setelah melalui serangkai pertandingan jatuh –
bangun yang mendebarkan, akhirnya anak-anak muda Indonesia yang bernaung
di bawah panji kesebelasan Garuda Muda berhasil melaju menjadi kandidat pemenang piala AFF
U-19, berhadapan dengan tim tangguh Vietnam yang sempat mengalahkan
anak-anak asuhan Indra Sjafri itu di pertandingan sebelumnya, dengan
skor 2-1
Saya
bukan penggila bola, tapi saya penikmat pertandingan sepak bola yang
dimainkan dengan cantik, tak masalah apa nama timnya dan dari negara
mana mereka berasal. Saya paling malas jika harus disuguhi pertandingan sepak bola yang kerjanya rusuh melulu, baik rusuh antar pemain, ribut antara
pemain dengan wasit, atau tawuran antar supporter kesebelasan. Lebih
baik saya meraih remote TV dan memindah channel saja, atau beranjak dari
sofa di depan TV dari pada saya harus menggerutu panjang lebar sebab
tak bisa membedakan, apakah yang sedang saya saksikan itu pertandingan
sepak bola atau pertandingan Thai Boxing ?
Dan
kemarin malam itu, saat suami dan anak remajaku dengan heboh
menyaksikan pertandingan final kesebelasan Indonesia lawan Vietnam, saya
hanya bertahan 15 menit saja duduk di depan TV dan setelah itu saya memilih menyingkir , dan mencuri dengar saja dari ruangan lainnya. Asli, ngeri dan tegang banget mendengar suami dan anakku berteriak-teriak saat gawang Indonesia terus diancam oleh pemain lawan, dan saat berulang kali pemain Indonesia gagal menyarangkan gol ke jaring lawan, padahal kesempatan emas sudah ada di depan mata.
Aduh,
sampai mulas perutku karena mendadak penyakit maagku kambuh akibat
terlalu tegang. Bayangkan, mencuri dengar saja sudah cukup membuat
penyakit maag saya kambuh, bagaimana pula jika saya harus duduk di depan
TV sampai 90 menit lebih ? tobat deh ..
Tapi
jujur, permainan anak-anak muda yang umurnya masih belasan itu benar-
benar luar biasa. Terserah jika anda berpendapat penilaian saya
berlebihan. Yang jelas, saya adalah pendukung tim kesebelasan Garuda
Muda, dan tetap akan mendukung meski mereka harus kalah. Saya bangga
dengan anak-anak ini. Mereka menunjukkan permainan yang ngotot, berlari
dan terus berlari mengejar bola hingga jauh melampaui posisinya,
mati-matian mempertahankan gawangnya, kalau perlu semua pemain turun ke
belakang berkerumun menjaga gawangnya agar tidak kebobolan. Lalu
serentak berlari seperti tawon bubar untuk balik menyerang musuh.
Hebat, benar- benar permainan hebat yang penuh taktik, sarat strategi,
namun masih tetap mencerminkan permainan bola khas Indonesia yang guyub
dan bergerombol.
Evan Dimas dkk Sang Idola Baru
Hanya
dalam hitungan beberapa hari, tiba-tiba koran-koran dan situs-situs
berita di seluruh tanah air menurunkan berita tentang sang Idola baru :
Evan Dimas. Anak Surabaya yang berasal dari keluarga sangat sederhana. Tak seperti para idola sepak bola yang kebanyakan berparas ganteng ,berpenampilan stylish dan bergaya flamboyan,
Evan jauh dari kesan itu. Wajah Evan tak bisa dibilang ganteng. Namun
Evan manis, sederhana, dan lugu. Siapapun akan senang memandang wajah
seperti itu. Wajah Evan seperti wajah kebanyakan anak-anak remaja
berumur 18 tahun di negeri ini. Tak ada kesan sok, lebih cenderung
malu-malu. Penampilannya seperti teman sepermainan anak-anak kita saja,
tak seperti para bintang yang selalu berjarak dengan orang- orang
seusianya.
Evan Dimas, Ilham Udin, Hargianto, Ravi Murdianto, dkk, sangat layak menyandang predikat sebagai idola baru di jagad olah raga tanah air, bahkan pantas dijuluki sebagai pahlawan muda Indonesia. Evan
dan kawan-kawannya yang masih remaja itu telah menorehkan prestasi
gemilang yang mengharumkan negeri kita yang sedang terpuruk. Rasa sesak,
sedih, marah, kecewa, yang
akhir-akhir ini dirasakan seluruh rakyat Indonesia akibat berbagai
kejadian buruk yang menimpa negeri ini, mendadak sirna dengan kemenangan
gemilang yang diraih oleh tim Garuda Muda kebanggaan kita. Evan dkk,
seakan menyiramkan air es yang sejuk segar ke dalam hati dan kepala seluruh rakyat Indonesia yang belakangan hari ini lebih sering panas dan geram ketimbang bahagia dan tenteram.
Begitulah
seharusnya sosok yang diidolakan. Tak banyak cakap, namun menunjukkan
karya nyata dan prestasi gemilang. Sosok Evan dan kawan-kawan satu
timnya lah yang seharusnya menjadi buah bibir, menjadi pembicaraan
berhari-hari di berbagai sosial media dan semua media massa. Mereka
layak diperbincangkan, menjadi bahan diskusi dan introspeksi. Anak-anak
muda seperti inilah yang seharusnya mendapat dukungan tanpa batas,
karena mereka telah membawa harapan baru bagi bangsa ini.
Selama
ini masyarakat Indonesia seperti kehilangan arah, seolah kehilangan
kemampuan berpikir rasional. Hal ini terlihat dari eforia pemberitaan
yang itu-itu saja di berbagai
media massa, juga histeria para pengguna jejaring sosial yang
beramai-ramai, terus-menerus, dan secara massif memberitakan tentang pemuda bernama Vicky, yang tingkah lakunya sama sekali tak patut ditiru. Vicky itu, sudah
cara bicaranya kacau dan kelakuannya sok-sokan, tersangka kasus
penipuan pula. Mana boleh pemuda seperti itu dijadikan idola ? masak
orang Indonesia tak bisa membedakan, mana yang patut ditiru dan mana
yang tidak ?
Tak dapat kubayangkan betapa bangganya menjadi orang tua Evan dkk
Menyaksikan sorak sorai kemenangan yang seakan membelah langit di atas Gelora Delta Sidoarjo, tangis haru yang
tenggelam dalam pelukan seolah takkan lepas diantara pemain dan
official, air mata yang mengalir di wajah para penonton, saya hanya
dapat diam membisu terpaku dengan mata berkaca-kaca. Rasa bahagia dan
haru merasuki dadaku. Haru dan bangga yang tak terkira. Padahal saya
bukan siapa-siapa bagi mereka. Padahal saya hanya penonton yang penakut,
padahal saya hanya bisa mendoakan mereka, padahal saya berjarak seribu
mil lebih sedepa dari tempat mereka bertanding. Namun saya sangat
merasakan kebahagiaan dan kebanggaan itu
Tak
dapat kubayangkan air mata yang mengalir di wajah Ayah -Bunda dan sanak
keluarga para pemain yang menonton pertandingan, baik secara langsung di
stadion maupun melalui layar kaca. Betapa akan sesaknya dada mereka
oleh rasa bahagia dan haru, menyaksikan para putra, kakak, adik, sepupu,
keponakan, dan sahabat tersayang mereka bertanding, berjuang tanpa
kenal lelah, dan akhirnya keluar sebagai juara. Saya yakin, mereka tak
akan sudi menukar kebahagiaan dan karunia sebesar ini dengan uang
sejumlah apapun. Saya yakin, tak sedikitpun terlintas di benak para
orang tua , besarnya bonus yang akan didapatkan anak-anak mereka, selain
harapan ingin segera bertemu dengan putra kesayangan,
dan memeluk dengan segenap hati untuk melampiaskan segala rasa bangga
dan rindu mereka. Perasaan orang tua terhadap anak belahan jiwanya, tak akan pernah tertukar
sedikitpun.
Indonesia masih punya masa depan
Sebagai
rakyat Indonesia, saya berani mengatakan bahwa dunia sepakbola di
Indonesia masih punya masa depan. Asalkan segala kekisruhan yang
terjadi diantara para pemimpin organisasi sepak bola segera
diakhiri, asalkan pemerintah lebih serius memberikan segala fasilitas
yang diperlukan untuk mengasah bakat dan skill para pemain, asalkan para
supporter kesebelasan di Indonesia menghentikan kebiasaan tawurannya.
Contohlah
anak-anak remaja itu. Dalam kesederhanaannya, dalam diamnya, tak banyak
tingkah, mereka terus bekerja keras dan berjuang tanpa kenal menyerah. Tanpa memikirkan bagaimana kelanjutan studi dan nafkah untuk masa depannya, Evan Dimas dkk terus berlatih dan berjuang. Hanya satu yang mereka pikirkan : bertanding, berjuang, menang, dan membawa harum nama Indonesia. Dengan
anak-anak muda yang seperti ini, saya yakin tak hanya dunia olah raga
Indonesia yang masih punya harapan yang baik di masa depan, namun negeri
inipun, masih punya harapan di masa mendatang. Sebab bukankah anak muda
yang pantang menyerah, yang selama selalu membawa perubahan bagi negeri
ini ?
Mari kita teriakan dukungan kita : Indonesiaaa … !! Indonesiaaaa … !! Indonesiaa… !!!
Salam sayang,
Bu anni
No comments:
Post a Comment