MODEL majalah dewasa, demikian latar belakang yang
kerap disematkan pada wanita model yang pernah tampil aduhai. Persisnya,
mungkin, model yang semlohai. Wanita dengan badan eh, body yang menjanjikan mata para lelaki untuk memelototinya. Maka ketika dipotret dan ditampilkan di majalah 18+
ia menawan. Dan saat diberitakan, karena terkait kasus tertentu: model
majalah dewasa ini menggoda. Kendati di Kompasiana sini hanya berupa
teks. Khusus HL dengan tulisan Bu Anni ada si dia, Model majalah dewasa
dengan lidah melet segala. Gila!
Ini persis seperti yang
dilebelkan pada Vitalia Sesha, teman Ahmad Fatonah yang juga
menghebohkan. Wanita yang dengan enteng disambit oleh
hadiah-hadiah yang harganya mencengangkan, membuat banyak pasang mata
melotot tak habis pikir. Lha, paling-paling bertemu dengan bilangan jam,
sudah bisa mendapatkan rupiah tujuh digit. Belum benda-benda yang bikin
ngiler orang yang bekerja dengan keringat deras menetes.
Juga kali ini dengan Vanny Rossyane, karena ia sering menyelundup ke LP Cipinang, dan di situ, menurut pengakuannya bisa dan
biasa bercengkerama dengan Bandar narkoba, Freddy. Saya nggak ngerti
persisnya apa yang diperbuatnya berduaan di bilik itu (sensor aja ‘kali,
ya Kompasianer?). Pulangnya, diberi tips (ehem) yang lebih dari
lumayan. Kalau tak ingin disebut tanpa berkeringat.
Pada soal Vanny Rossyane, model majalah dewasa yang
belakangan, lebih mencengangkan. Karena bukan saja predikatnya model
wanita majalah dewasa, tapi tampil dengan amat PD. Lha, bulan puasa,
ngomong di Indonesia Lawyer Club notabene dengan sekumpulan
para lelaki dewasa, maka kalimatnya ngelantur kayak orang ngelindur
saja: “Kita nggak usah munafiklah.” Dan deret kaitannya yang bisa bikin
puasa batal kalau tidak ditayangkan malam hari di bulan suci ini.
Inilah yang kemudian di sini, di Kompasiana ia
diekspos. Dan responnya? Ndilalah meledak, kalau tidak ramai ya
kebangetan, sih. Karena memang hot. Sampai Bu Annibu guru yang
berlatar belakang hukum (nggak ikut di ILC, ya Bu?) geleng-geleng kepala
– mungkin sambil mengelus dada, dan menyebut-nyebut, “Moga-moga nggak
nyerempet dua anak gadis saya.” Semoga begitu, Bu Anni. Saya yang
perempuan, juga nggak kepengin tersenggol, lho, Bu. Sungguh.
Tidak bisa dipahami secara tepat, kenapa lebel
model majalah dewasa, kok akhirnya menyerempet-nyerempet dengan masalah
yang remang-remang atau daerah abu-abu. Sehingga perlu dibahas di
Kompasiana agar sedikit lebih jelas, dan menjadi hits tinggi seperti
dalam tulisan teman-teman Kompasianer.
Mungkin lebel Model Majalah Dewasa itu menggelitik.
Boleh jadi. Juga ketika ditulis dengan bahasa yang sederhana sekalipun,
ia tetap menggelitik dan menggundang kumbang-kumbang untuk berdatangan.
Lalu berkomentar. Cetar, cetaaar!
Ini mesti diakhiri saja. Ndak elok rasanya.
Saya ingin mengatakan, kenapa ada cap bagi Model Majalah Dewasa, dan
mengait dengan masalah orang-orang runyam. Gitu yang bikin repot negeri
ini. ***
No comments:
Post a Comment