Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Thursday, September 12, 2013

Model Majalah Dewasa di Kompasiana. Oleh : Citra Arum

 


MODEL majalah dewasa, demikian latar belakang yang kerap disematkan pada wanita model yang pernah tampil aduhai. Persisnya, mungkin, model yang semlohai. Wanita dengan badan eh, body yang menjanjikan mata para lelaki untuk memelototinya. Maka ketika dipotret dan ditampilkan di majalah 18+ ia menawan. Dan saat diberitakan, karena terkait kasus tertentu: model majalah dewasa ini menggoda. Kendati di Kompasiana sini hanya berupa teks. Khusus HL dengan tulisan Bu Anni ada si dia, Model majalah dewasa dengan lidah melet segala. Gila!


Ini persis seperti yang dilebelkan pada Vitalia Sesha, teman Ahmad Fatonah yang juga menghebohkan. Wanita yang dengan enteng disambit oleh hadiah-hadiah yang harganya mencengangkan, membuat banyak pasang mata melotot tak habis pikir. Lha, paling-paling bertemu dengan bilangan jam, sudah bisa mendapatkan rupiah tujuh digit. Belum benda-benda yang bikin ngiler orang yang bekerja dengan keringat deras menetes.


Juga kali ini dengan Vanny Rossyane, karena ia sering menyelundup ke LP Cipinang, dan di situ, menurut pengakuannya bisa dan biasa bercengkerama dengan Bandar narkoba, Freddy. Saya nggak ngerti persisnya apa yang diperbuatnya berduaan di bilik itu (sensor aja ‘kali, ya Kompasianer?). Pulangnya, diberi tips (ehem) yang lebih dari lumayan. Kalau tak ingin disebut tanpa berkeringat.



Pada soal Vanny Rossyane, model majalah dewasa yang belakangan, lebih mencengangkan. Karena bukan saja predikatnya model wanita majalah dewasa, tapi tampil dengan amat PD. Lha, bulan puasa, ngomong di Indonesia Lawyer Club notabene dengan sekumpulan para lelaki dewasa, maka kalimatnya ngelantur kayak orang ngelindur saja: “Kita nggak usah munafiklah.” Dan deret kaitannya yang bisa bikin puasa batal kalau tidak ditayangkan malam hari di bulan suci ini.



Inilah yang kemudian di sini, di Kompasiana ia diekspos. Dan responnya? Ndilalah meledak, kalau tidak ramai ya kebangetan, sih. Karena memang hot. Sampai Bu Annibu guru yang berlatar belakang hukum (nggak ikut di ILC, ya Bu?) geleng-geleng kepala – mungkin sambil mengelus dada, dan menyebut-nyebut, “Moga-moga nggak nyerempet dua anak gadis saya.” Semoga begitu, Bu Anni. Saya yang perempuan, juga nggak kepengin tersenggol, lho, Bu. Sungguh.



Tidak bisa dipahami secara tepat, kenapa lebel model majalah dewasa, kok akhirnya menyerempet-nyerempet dengan masalah yang remang-remang atau daerah abu-abu. Sehingga perlu dibahas di Kompasiana agar sedikit lebih jelas, dan menjadi hits tinggi seperti dalam tulisan teman-teman Kompasianer.


Mungkin lebel Model Majalah Dewasa itu menggelitik. Boleh jadi. Juga ketika ditulis dengan bahasa yang sederhana sekalipun, ia tetap menggelitik dan menggundang kumbang-kumbang untuk berdatangan. Lalu berkomentar. Cetar, cetaaar!


Ini mesti diakhiri saja. Ndak elok rasanya. Saya ingin mengatakan, kenapa ada cap bagi Model Majalah Dewasa, dan mengait dengan masalah orang-orang runyam. Gitu yang bikin repot negeri ini. ***

No comments:

Post a Comment