Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Wednesday, March 6, 2013

Aku Takut Tidak Bisa Membahagiakan Istri

Begini awal kisahnya …
Aku mengajar di SMA berasrama (boarding school) yang muridnya anak laki-laki semua. Sejak semula para siswa dikondisikan agar bersikap terbuka kepada kami para gurunya. Semua permasalahan yang tidak dapat dipecahkan sendiri harap dibicarakan agar kami dapat membantu menyelesaikannya.

Sebagai seorang ibu yang juga memiliki anak remaja, aku tak menemui kesulitan yang berarti dalam menghadapi anak-anak itu. Di waktu senggang murid-muridku sering mendatangiku untuk berbicara dari hati ke hati tentang segala macam masalah, dari masalah yang ringan semisal mengatasi jerawat sampai masalah yang gawat semisal menyikapi Ayah dan Ibu yang akan bercerai.

Pada suatu hari di sela-sela istirahat makan siang, seorang siswa kelas 10 bernama Dito datang menemuiku di kantor, minta berbicara. Aku minta anak itu menggeser sebuah kursi yang langsung dia tempatkan tepat di hadapanku, hanya terhalang oleh meja kerjaku.
Dito baru berumur 15 tahun, bertubuh pendek gempal agak gendut, sehari-hari gemar bermain futsal, dan dikenal sebagai pelawak di kelasnya. Tanpa tedeng aling-aling dia berkata begini kepadaku :

” Bu anni, gimana ya bu, kemaluan saya pendek “
(*** bayangkan kalau anda di posisi saya !)
” Pendek ? sependek apa ?”, tanyaku heran sambil menahan ketawa.
” Yah pokoknya pendek deh bu “
” Kamu tu, kalau bilang pendek atau panjang, harus ada pembandingnya dong. Pendek itu dibandingkan dengan kepunyaan siapa?”
“emmh … itu buu … kalau pas ereksi, ukurannya cuma 8 senti “
( gubraakks …!!**@+*!! )

” Lagian kamu ini iseng banget. Ngapain juga kamu ukur-ukur penis kamu ? trus siapa bilang kalau 8 senti itu pendek ? “
” Yah Bu, yang bagus itu kan pas ereksi 13 senti atau enggak 15 senti …” (gubraakks lagi  !!**@+*!! ..)
” Ah siapa bilang ? “
” Kan aku suka baca-baca di internet buu …”
” Kamu suka baca apa ? Situs porno ? “
” ihh .. enggaklah buu ! kan diinternet banyak yang ngebahas masalah yang kaya gitu, di Yahoo juga banyak “
” Jangan buka situs porno ya Dito. Kamu tahu kan sanksinya ?”
” Iyalah buu, enggak kok …”

” Bagus. Terus kamu maunya gimana ? memangnya kenapa kalau kemaluan kamu pendek ?”
” Aku takut nggak bisa membahagiakan istri buu …”
” Hahh ?!!  apa kamu bilang ?? membahagiakan istri ? dari mana kamu tahu kalau kemaluan pendek itu nggak bisa membahagiakan istri ? “
(*** Sebenarnya aku sudah dari tadi nggak kuat nahan ketawa, tapi kan ibu guru dilarang ngetawain muridnyaa !  Ah dasar si Dito ... )

” Bu, aku perlu ke Mak Erot gak yaa ..? “
” Hee.. Mak Erot sudah meninggal tauu.. ! “
” Iya bu, maksudnya aku perlu ke tempat pijat untuk ngebesarin kemaluan gak ya buu ..? “
(*** haduh ini anak, ampuunn .. )
“Ngapain kamu ke tempat seperti itu ? Masalah kamu kan pendek, bukan kecil. Tempat pijat itu kan tempat memperbesar, bukan memperpanjang ! “
” Iya sih bu .. tapi kan … “

” Sudahlah Dito “, aku memungkas pembicaraan yang bikin  pusing ini.
” Kamu kan masih remaja, masih dalam masa pertumbuhan. Nanti seiring dengan pertumbuhan badanmu, nggak cuma badanmu saja yang meninggi dan membesar, tangan, kaki, termasuk kemaluanmu juga nanti turut berkembang “
” Iya bu ..”
” Tidak perlu mencemaskan hal-hal yang belum pasti. Informasi yang kamu dapatkan diinternet itu belum tentu 100 persen benar. Jangan mudah percaya begitu saja. Untung kamu bicara sama bu anni “
” Iya bu…”

” Jangan dipikirkan terlalu serius. Apakah kamu perlu berobat ke Mak Erot ? bu anni tegaskan, Tidak Perlu. Kalau kamu ingin pertumbuhan badan kamu bagus, makan yang bener. Nggak boleh pilih-pilih makanan. Sayur, ikan, makan semuanya. Ibu dengar dari ibu dapur, kamu nggak doyan sayur sama ikan. Padahal itu baik buat badan kamu “
” Iya buu …”
” Olah raga yang teratur agar otot-ototmu berkembang dengan baik “
” Iya buu ..”
” Percayalah Dito, bu anni lihat kamu sehat-sehat saja. itu yang terpenting. Jaga terus kesehatanmu, insyaallah kamu akan baik-baik saja “
” Iya buu, makasih ya buu …”, katanya sambil mencium tanganku dengan wajah berseri-seri, dan langsung berlalu dari hadapanku dengan melompat-lompat seperti kelinci.

Setelah anak itu menghilang di balik pintu, aku menyandarkan punggungku ke kursi, menghela nafas dan berfikir. Tanpa dapat kutahan lagi, aku tersenyum geli mengingat percakapan tadi. Dito dan semua murid-muridku  betul-betul polos, lugu sekali.  Mereka adalah anak-anak remaja yang perlu bimbingan yang serius dari orang tua dan guru agar dapat bertumbuh kembang secara sehat baik fisik, mental, maupun sosialnya.

Aku bersyukur mendapat kepercayaan sebesar itu dari murid-muridku, sampai masalah yang sangat pribadipun tak ragu mereka bicarakan denganku. Ini makin membulatkan tekadku untuk menjadi ibu terbaik bagi anak-anak gadisku, dan menjadi ibu guru yang baik bagi murid-muridku. Dan aku berharap semoga para guru, para pendidik di seluruh tanah air, dapat menjadi pengayom bagi murid-muridnya. Berita-berita tentang pelecehan seksual yang dilakukan guru kepada murid-muridnya, sangat membuat perutku mual. Mereka ini tak hanya tidak pantas menjadi guru, sekedar menjadi manusia saja pun, masih kurang berharga !

Aku semakin mencintai profesiku ini, aku semakin mencintai anak-anakku, dan makin menyayangi murid-muridku.



Salam sayang,

Anni


Ps : Dito itu nama samaran, Anni itu nama sungguhan :)


No comments:

Post a Comment