Begini awal
kisahnya …
Aku mengajar di SMA berasrama (boarding school) yang muridnya anak laki-laki
semua. Sejak semula para siswa dikondisikan agar bersikap terbuka kepada kami
para gurunya. Semua permasalahan yang tidak dapat dipecahkan sendiri harap dibicarakan
agar kami dapat membantu menyelesaikannya.
Sebagai seorang
ibu yang juga memiliki anak remaja, aku tak menemui kesulitan yang berarti
dalam menghadapi anak-anak itu. Di waktu senggang murid-muridku sering
mendatangiku untuk berbicara dari hati ke hati tentang segala macam masalah,
dari masalah yang ringan semisal mengatasi jerawat sampai masalah yang gawat
semisal menyikapi Ayah dan Ibu yang akan bercerai.
Pada suatu hari
di sela-sela istirahat makan siang, seorang siswa kelas 10 bernama Dito datang
menemuiku di kantor, minta berbicara. Aku minta anak itu menggeser sebuah kursi
yang langsung dia tempatkan tepat di hadapanku, hanya terhalang oleh meja
kerjaku.
Dito baru
berumur 15 tahun, bertubuh pendek gempal agak gendut, sehari-hari gemar bermain
futsal, dan dikenal sebagai pelawak di kelasnya. Tanpa tedeng aling-aling dia
berkata begini kepadaku :
” Bu anni,
gimana ya bu, kemaluan saya pendek “
(*** bayangkan kalau anda di posisi saya !)
” Pendek ? sependek apa ?”, tanyaku heran sambil menahan ketawa.
” Yah pokoknya pendek deh bu “
” Kamu tu, kalau bilang pendek atau panjang, harus ada pembandingnya dong.
Pendek itu dibandingkan dengan kepunyaan siapa?”
“emmh … itu buu … kalau pas ereksi, ukurannya cuma 8 senti “
( gubraakks …!!**@+*!! )
” Lagian kamu
ini iseng banget. Ngapain juga kamu ukur-ukur penis kamu ? trus siapa bilang
kalau 8 senti itu pendek ? “
” Yah Bu, yang bagus itu kan pas ereksi 13 senti atau enggak 15 senti …”
(gubraakks lagi !!**@+*!! ..)
” Ah siapa bilang ? “
” Kan aku suka baca-baca di internet buu …”
” Kamu suka baca apa ? Situs porno ? “
” ihh .. enggaklah buu ! kan diinternet banyak yang ngebahas masalah yang kaya
gitu, di Yahoo juga banyak “
” Jangan buka situs porno ya Dito. Kamu tahu kan sanksinya ?”
” Iyalah buu, enggak kok …”
” Bagus. Terus
kamu maunya gimana ? memangnya kenapa kalau kemaluan kamu pendek ?”
” Aku takut nggak bisa membahagiakan istri buu …”
” Hahh ?!! apa kamu bilang ?? membahagiakan istri ? dari mana kamu tahu
kalau kemaluan pendek itu nggak bisa membahagiakan istri ? “
(*** Sebenarnya aku sudah dari tadi nggak kuat nahan ketawa, tapi kan ibu guru
dilarang ngetawain muridnyaa ! Ah dasar si Dito ... )
” Bu, aku perlu
ke Mak Erot gak yaa ..? “
” Hee.. Mak Erot sudah meninggal tauu.. ! “
” Iya bu, maksudnya aku perlu ke tempat pijat untuk ngebesarin kemaluan gak ya
buu ..? “
(*** haduh ini anak, ampuunn .. )
“Ngapain kamu ke tempat seperti itu ? Masalah kamu kan pendek, bukan kecil.
Tempat pijat itu kan tempat memperbesar, bukan memperpanjang ! “
” Iya sih bu .. tapi kan … “
” Sudahlah Dito
“, aku memungkas pembicaraan yang bikin pusing ini.
” Kamu kan masih remaja, masih dalam masa pertumbuhan. Nanti seiring dengan
pertumbuhan badanmu, nggak cuma badanmu saja yang meninggi dan membesar,
tangan, kaki, termasuk kemaluanmu juga nanti turut berkembang “
” Iya bu ..”
” Tidak perlu
mencemaskan hal-hal yang belum pasti. Informasi yang kamu dapatkan diinternet
itu belum tentu 100 persen benar. Jangan mudah percaya begitu saja. Untung kamu
bicara sama bu anni “
” Iya bu…”
” Jangan dipikirkan terlalu serius. Apakah kamu perlu berobat ke Mak Erot ? bu
anni tegaskan, Tidak Perlu. Kalau kamu ingin pertumbuhan badan kamu
bagus, makan yang bener. Nggak boleh pilih-pilih makanan. Sayur, ikan, makan
semuanya. Ibu dengar dari ibu dapur, kamu nggak doyan sayur sama ikan. Padahal
itu baik buat badan kamu “
” Iya buu …”
” Olah raga
yang teratur agar otot-ototmu berkembang dengan baik “
” Iya buu ..”
” Percayalah Dito, bu anni lihat kamu sehat-sehat saja. itu yang terpenting.
Jaga terus kesehatanmu, insyaallah kamu akan baik-baik saja “
” Iya buu, makasih ya buu …”, katanya sambil mencium tanganku dengan wajah
berseri-seri, dan langsung berlalu dari hadapanku dengan melompat-lompat
seperti kelinci.
Setelah anak
itu menghilang di balik pintu, aku menyandarkan punggungku ke kursi, menghela
nafas dan berfikir. Tanpa dapat kutahan lagi, aku tersenyum geli mengingat
percakapan tadi. Dito dan semua murid-muridku betul-betul polos, lugu
sekali. Mereka adalah anak-anak remaja yang perlu bimbingan yang serius
dari orang tua dan guru agar dapat bertumbuh kembang secara sehat baik fisik,
mental, maupun sosialnya.
Aku bersyukur
mendapat kepercayaan sebesar itu dari murid-muridku, sampai masalah yang sangat
pribadipun tak ragu mereka bicarakan denganku. Ini makin membulatkan tekadku
untuk menjadi ibu terbaik bagi anak-anak gadisku, dan menjadi ibu guru yang
baik bagi murid-muridku. Dan aku berharap semoga para guru, para pendidik di
seluruh tanah air, dapat menjadi pengayom bagi murid-muridnya. Berita-berita
tentang pelecehan seksual yang dilakukan guru kepada murid-muridnya, sangat
membuat perutku mual. Mereka ini tak hanya tidak pantas menjadi guru, sekedar
menjadi manusia saja pun, masih kurang berharga !
Aku semakin
mencintai profesiku ini, aku semakin mencintai anak-anakku, dan makin
menyayangi murid-muridku.
Salam sayang,
Anni
Ps : Dito itu
nama samaran, Anni itu nama sungguhan :)
No comments:
Post a Comment