Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Monday, March 25, 2013

Selamatkan " Orang Pendek " Penghuni Taman Nasional Way Kambas


Kemarin petang ketika saya bersama keluarga tengah menonton siaran berita di televisi, kami dibuat terkejut dengan berita mengenai perjumpaan seorang polisi hutan yang sedang berjaga di wilayah Taman Nasional Way Kambas provinsi Lampung, dengan sekelompok manusia yang diduga bagian dari kelompok masyarakat yang terisolir di hutan belantara yang oleh masyarakat setempat dijuluki sebagai “ Orang Pendek “.

Polisi hutan tersebut mengawasi kelompok manusia kerdil itu selama beberapa menit dari jarak puluhan meter. Namun ketika sang petugas mendekati mereka, orang-orang kerdil ini langsung melarikan diri dengan gerakan yang sangat cepat, menyelinap diantara pohon-pohon besar. Salah seorang dari mereka tampak menggendong bayinya, tinggi badan mereka rata-rata 50 centimeter, dan tak berpakaian sama sekali.

Beberapa hari kemudian, beberapa polisi hutan kembali memergoki orang-orang penghuni belantara tersebut dalam kelompok yang berjumlah 15 orang di lokasi yang sama. Ketika petugas mencoba mendekati, orang-orang ini kembali menghindar dengan cara bersembunyi dan berlari cepat sekali.
Menanggapi laporan para petugasnya, pihak pengelola Taman Nasional segera merespons dengan memasang peralatan kamera yang memiliki kemampuan sensor inframerah. Jika sensor kamera menangkap berbedaan suhu, maka kamera akan memotret dengan sendirinya.

* * *
Kisah tentang orang pendek ini pernah saya dengar dulu sekali sewaktu saya masih kecil dan masih tinggal di Tanjung Karang Lampung. Jika sampai maghrib saya dan kakak- kakak saya belum pulang dari bermain, maka Ibu akan menjemput kami sembari berucap, “ Ayo cepat pulang, nanti diculik orang pendek “. Saat itu saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan orang pendek itu. Kalau “ orang Cindaku “ saya tahu, sebab pekerja kebun ayah saya, sempat bercerita tentang orang Cindaku yang hidup di belantar Sumatera ini. ih ngeri deh kalau dengar cerita orang Cindaku.

Di beberapa daerah di Sumatera, legenda orang pendek ini sudah bukan hal yang baru lagi. Mereka adalah makhluk seperti manusia namun sangat pendek dan badannya berbulu. Kisah orang pendek ini kebanyakan beredar di sekitar kaki Gunung Kerinci, Jambi. Tapi di Lampung juga legenda orang pendek ini sering terdengar. Namun benarkah orang pendek itu betul-betul ada ? Jika memang hanya sebatas cerita atau legenda, mengapa banyak penduduk bahkan sekarang petugas taman nasional yang menyaksikan keberadaan mereka? Sebaliknya jika mereka memang benar-benar ada, mengapa pemerintah setidaknya pemda setempat seolah bergeming ? akhirnya keberadaan orang pendek ini sampai sekarang hanya sebatas kabar burung yang tak jelas juntrungannya.

Masih ingat penemuan fosil manusi Flores beberapa tahun yang lalu ? ini seperti jawaban yang nyata atas pertanyaan masyarakat setempat tentang keberadaan manusia hobbit yang pernah menghuni kepulauan Nusa Tenggara di masa silam.Sampai hari ini masyarakat lokal sangat mempercayai kebenaran dongeng tentang saudara – saudara mereka lain suku yang bertubuh kerdil itu. Bagaimana tidak percaya, jika Kakek- Nenek mereka masih sempat hidup “satu zaman “ dengan para Hobbit itu, dan sempat pula berjumpa serta berinteraksi.

Negara kita memiliki wilayah lautan dan wilayah hutan yang sangat luas. Sangat masuk akal jika ditempat-tempat yang terpencil dan tak terjangkau oleh manusia, diduga masih tersimpan segala spesies yang belum diketahui, baik spesies hewan, tumbuhan, bahkan spesies manusia. Buktinya dari waktu ke waktu majalah National Geographic selalu merilis temuan- temuan spesies baru baik hewan maupun tumbuhan dari belantara di seluruh pelosok Indonesia. Namun sayangnya temuan spesies baru manusia sejauh ini belum ditemukan. Para peneliti baru sebatas menemukan perkampungan masyarakat yang hidup telanjang bulat di di belantara Amazon, di hutan- hutan Afrika, di pegunungan terpencil di Asia,dll, namun masyarakat terisolir di Indonesia kelihatannya semuanya sudah terpetakan.

Patut diduga komunitas orang pendek/ kerdil yang dipergoki para petugas taman nasional itu adalah spesies manusia yang belum tercantum dalam peta besar klasifikasi makhluk hidup Carolus Linnaeus. Jika memang benar orang-orang pendek itu ada, maka ini menjadi pekerjaan besar bagi kita. Pekerjaan kemanusiaan yang sangat serius, yang melibatkan banyak pihak dan banyak kalangan.

Pertama-tama tentu pemerintah harus menempatkan mereka di pemukiman yang aman dengan jaminan ketersediaan sumber makanan. Mengingat mereka dipergoki sedang mengembara hingga memasuki area taman nasional yang biasa dimasuki pengunjung, Ini dapat saja diartikan bahwa habitat mereka di rimba sudah semakin terancam.

Yang kedua, pemerintah bekerja sama dengan tokoh masyarakat harus membantu mereka sekuat tenaga, karena mereka adalah manusia seperti kita juga (jika memang terbukti mereka adalah manusia, bukan sebangsa kera besar ). Membantu memasyarakatkan agar mereka hidup sebagaimana layaknya manusia, dengan cara-cara yang bijak, tidak main paksa apalagi memaksakan budaya dan agama tertentu kepada sauda-saudara kecil kita ini.

Yang ketiga, masyarakat harus dapat beradaptasi dengan tetangga baru ini, tidak memandang rendah , tidak membully, dan dapat bermasyarakat secara sewajarnya. Tidak berprasangka buruk hanya karena mereka adalah penghuni hutan yang tak berbudaya. Jika memang benar mereka adalah sebangsa manusia, asumsinya tentu mereka dapat belajar dan meyerap segala ilmu pengetahuan, tradisi, norma dan nilai-nilai kebaikan sebagaimana yang seharusnya dimiliki manusia pada umumnya.

Sangat naïf jika pemerintah hanya berhenti dengan mempercayai bahwa semua berita tentang orang pendek hanyalah legenda yang tak masuk akal, apalagi dengan alasan minimnya dana. Omong kosonglah itu. Pakai saja harta rampasan koruptor JS dkk itu, habis perkara. Apapun itu, investigasi tetap harus dilakukan, agar masyarakat menjadi jelas. Apakah orang pendek itu benar-benar ada ataukah hanya sebatas legenda. Jangan sampai karena kelalaian pemerintah dan kita semua, saudara- saudara kita yang dipanggil orang pendek itu mengalami kepunahan sia-sia karena ketidak pedulian kita. Kita akan sangat berdosa, karena bagaimanapun bentuk fisiknya, bagaimanapun tingkat kecerdasannya, jika mereka, orang-orang pendek itu memang benar- benar manusia, maka mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia yang seharusnya dapat menikmati hidup dan kemajuan sebagaimana saudara-saudaranya yang lain di negeri tercinta ini.



Salam sayang ( spesial buat orang pendek )

Anni



No comments:

Post a Comment