Kemarin
petang ketika saya bersama keluarga tengah menonton siaran berita di televisi,
kami dibuat terkejut dengan berita mengenai perjumpaan seorang polisi hutan
yang sedang berjaga di wilayah Taman Nasional Way Kambas provinsi Lampung,
dengan sekelompok manusia yang diduga bagian dari kelompok masyarakat yang
terisolir di hutan belantara yang oleh masyarakat setempat dijuluki sebagai “
Orang Pendek “.
Polisi hutan
tersebut mengawasi kelompok manusia kerdil itu selama beberapa menit dari jarak
puluhan meter. Namun ketika sang petugas mendekati mereka, orang-orang kerdil
ini langsung melarikan diri dengan gerakan yang sangat cepat, menyelinap
diantara pohon-pohon besar. Salah seorang dari mereka tampak menggendong
bayinya, tinggi badan mereka rata-rata 50 centimeter, dan tak berpakaian sama
sekali.
Beberapa
hari kemudian, beberapa polisi hutan kembali memergoki orang-orang penghuni
belantara tersebut dalam kelompok yang berjumlah 15 orang di lokasi yang sama.
Ketika petugas mencoba mendekati, orang-orang ini kembali menghindar dengan
cara bersembunyi dan berlari cepat sekali.
Menanggapi
laporan para petugasnya, pihak pengelola Taman Nasional segera merespons dengan
memasang peralatan kamera yang memiliki kemampuan sensor inframerah. Jika
sensor kamera menangkap berbedaan suhu, maka kamera akan memotret dengan
sendirinya.
* * *
Kisah
tentang orang pendek ini pernah saya dengar dulu sekali sewaktu saya masih
kecil dan masih tinggal di Tanjung Karang Lampung. Jika sampai maghrib saya dan
kakak- kakak saya belum pulang dari bermain, maka Ibu akan menjemput kami
sembari berucap, “ Ayo cepat pulang, nanti diculik orang pendek “. Saat itu saya
tidak mengerti apa yang dimaksud dengan orang pendek itu. Kalau “ orang Cindaku
“ saya tahu, sebab pekerja kebun ayah saya, sempat bercerita tentang orang Cindaku
yang hidup di belantar Sumatera ini. ih ngeri deh kalau dengar cerita orang
Cindaku.
Di beberapa
daerah di Sumatera, legenda orang pendek ini sudah bukan hal yang baru lagi.
Mereka adalah makhluk seperti manusia namun sangat pendek dan badannya berbulu.
Kisah orang pendek ini kebanyakan beredar di sekitar kaki Gunung Kerinci,
Jambi. Tapi di Lampung juga legenda orang pendek ini sering terdengar. Namun
benarkah orang pendek itu betul-betul ada ? Jika memang hanya sebatas cerita
atau legenda, mengapa banyak penduduk bahkan sekarang petugas taman nasional
yang menyaksikan keberadaan mereka? Sebaliknya jika mereka memang benar-benar
ada, mengapa pemerintah setidaknya pemda setempat seolah bergeming ? akhirnya
keberadaan orang pendek ini sampai sekarang hanya sebatas kabar burung yang tak
jelas juntrungannya.
Masih ingat
penemuan fosil manusi Flores beberapa tahun yang lalu ? ini seperti jawaban
yang nyata atas pertanyaan masyarakat setempat tentang keberadaan manusia
hobbit yang pernah menghuni kepulauan Nusa Tenggara di masa silam.Sampai hari
ini masyarakat lokal sangat mempercayai kebenaran dongeng tentang saudara –
saudara mereka lain suku yang bertubuh kerdil itu. Bagaimana tidak percaya,
jika Kakek- Nenek mereka masih sempat hidup “satu zaman “ dengan para Hobbit
itu, dan sempat pula berjumpa serta berinteraksi.
Negara kita
memiliki wilayah lautan dan wilayah hutan yang sangat luas. Sangat masuk akal
jika ditempat-tempat yang terpencil dan tak terjangkau oleh manusia, diduga
masih tersimpan segala spesies yang belum diketahui, baik spesies hewan,
tumbuhan, bahkan spesies manusia. Buktinya dari waktu ke waktu majalah National
Geographic selalu merilis temuan- temuan spesies baru baik hewan maupun
tumbuhan dari belantara di seluruh pelosok Indonesia. Namun sayangnya temuan
spesies baru manusia sejauh ini belum ditemukan. Para peneliti baru sebatas
menemukan perkampungan masyarakat yang hidup telanjang bulat di di belantara
Amazon, di hutan- hutan Afrika, di pegunungan terpencil di Asia,dll, namun
masyarakat terisolir di Indonesia kelihatannya semuanya sudah terpetakan.
Patut diduga
komunitas orang pendek/ kerdil yang dipergoki para petugas taman nasional itu
adalah spesies manusia yang belum tercantum dalam peta besar klasifikasi
makhluk hidup Carolus Linnaeus. Jika memang benar orang-orang pendek itu ada,
maka ini menjadi pekerjaan besar bagi kita. Pekerjaan kemanusiaan yang sangat
serius, yang melibatkan banyak pihak dan banyak kalangan.
Pertama-tama
tentu pemerintah harus menempatkan mereka di pemukiman yang aman dengan jaminan
ketersediaan sumber makanan. Mengingat mereka dipergoki sedang mengembara
hingga memasuki area taman nasional yang biasa dimasuki pengunjung, Ini dapat
saja diartikan bahwa habitat mereka di rimba sudah semakin terancam.
Yang kedua,
pemerintah bekerja sama dengan tokoh masyarakat harus membantu mereka sekuat
tenaga, karena mereka adalah manusia seperti kita juga (jika memang terbukti
mereka adalah manusia, bukan sebangsa kera besar ). Membantu memasyarakatkan
agar mereka hidup sebagaimana layaknya manusia, dengan cara-cara yang bijak,
tidak main paksa apalagi memaksakan budaya dan agama tertentu kepada
sauda-saudara kecil kita ini.
Yang ketiga,
masyarakat harus dapat beradaptasi dengan tetangga baru ini, tidak memandang
rendah , tidak membully, dan dapat bermasyarakat secara sewajarnya. Tidak
berprasangka buruk hanya karena mereka adalah penghuni hutan yang tak
berbudaya. Jika memang benar mereka adalah sebangsa manusia, asumsinya tentu
mereka dapat belajar dan meyerap segala ilmu pengetahuan, tradisi, norma dan
nilai-nilai kebaikan sebagaimana yang seharusnya dimiliki manusia pada umumnya.
Sangat naïf
jika pemerintah hanya berhenti dengan mempercayai bahwa semua berita tentang
orang pendek hanyalah legenda yang tak masuk akal, apalagi dengan alasan
minimnya dana. Omong kosonglah itu. Pakai saja harta rampasan koruptor JS dkk itu,
habis perkara. Apapun itu, investigasi tetap harus dilakukan, agar masyarakat
menjadi jelas. Apakah orang pendek itu benar-benar ada ataukah hanya sebatas
legenda. Jangan sampai karena kelalaian pemerintah dan kita semua, saudara-
saudara kita yang dipanggil orang pendek itu mengalami kepunahan sia-sia karena
ketidak pedulian kita. Kita akan sangat berdosa, karena bagaimanapun bentuk
fisiknya, bagaimanapun tingkat kecerdasannya, jika mereka, orang-orang pendek
itu memang benar- benar manusia, maka mereka adalah bagian dari bangsa
Indonesia yang seharusnya dapat menikmati hidup dan kemajuan sebagaimana
saudara-saudaranya yang lain di negeri tercinta ini.
Salam sayang
( spesial buat orang pendek )
Anni
No comments:
Post a Comment