Teman-teman belajar dan bermain semasa SD dulu...
Kucari di facebook, tak ada …
Kulihat di twitter, tak kujumpa …
Kulacak di milis, tak bersua …
Kucermati di google, tiada jua ..
Benarkah aku pernah bersekolah disana dulu …?
Benarkah aku pernah berteman dengan mereka di masa lalu ?
Ataukah semua itu hanya khayalanku yang semu ?
Meninggalkan diriku sepi sendiri …
Bertanya tanpa pernah mengerti …
Apakah temanku mati … ?
Mengapa mereka begitu berdiam diri … ?
Ataukah cinta telah berubah benci …?
Aku ingin jawaban pasti …
Laju kereta ini membawaku melanun waktu …
Dekade demi dekade berlari melewatiku …
Bayang-bayang dan kilasan peristiwa menjejali benakku …
Tak satupun luput dari ingatanku …
Aku hampir pasti arah yang kutuju…
Karena kini kutahu, aku bukan pelamun palsu …
Satu persatu penumpang pergi …
Namun aku masih terpaku dikursi ini…
Aku perlu sedikit lagi waktu untuk menata hati …
dan menenangkan diri …
Kondektur mendatangiku dan berkata seolah pada dirinya sendiri…
” Kulihat mendung di luar, nona…
Sebaiknya anda bersiap segera …
Karena waktu tak sudi menunggu lama …
Disana di balik badai yang menderu….
Kupandangi padang ilalang kelabu…
Tempat seharusnya berdiri sekolah masa kecilku …
Di balik senja yang t’lah berlalu …
Kulihat temanku menuntun tanganku …
Kecil tubuhku, kecil tubuh temanku…
Berlari menembus waktu …
Derai tawa kami menusuk kalbuku …
Beku jasadku, kelu jiwaku …
Jawab akuuu …! Jawab akuuu ..!
Mengapa kalian meninggalkanku ? Mengapa kalian membisu ? aku ini sahabatmu !
Mengapa kalian biarkan waktu menghapusku dari kenanganmu ?
Mengapa kalian campakkan aku dari ingatanmu ?
Jawab aku, genggam tangankuu …!
Mereka tak mendengarku …
Mereka berlalu, mereka berputar, mereka terbang bersama badai yang kian menderu …
Lalu langit diatasku runtuh menimpaku …
Lalu hujan deras membasahi tubuhku …
Lalu aku hanya melihat hitam disekelilingku…
Madrasah At Taqwa sudah lama ambruk, cah ayu … !
kata Ibu pemilik warung seraya membelai dahiku yang pucat membiru …
menelusup ke relung hatiku …
memerihkan jiwaku …
menghangatkan kedua bola mataku …
mengalirkan bening air mataku ...
” Karena tak ada anak yang mau bersekolah disitu …”
” Kenapa tidak mau, Bu ?”
” Karena sekolah itu tak bermutu, murid-muridnya miskin tak bersepatu”
” Kenapa pemerintah tak mau membantu, Bu ?”
” Karena pemerintah tak punya dana, cah ayu ..”
” Tapi aku mau membantu, bu !”
” Kamu ini siapa to, cah ayu ? “
” Aku orang kaya bu …”
” Aku direktur di perusahaan milikku”
” Hartaku melimpah.. uangku tumpah ruah ..”
” Aku akan bangun madrasah ini menjadi sekolah mewah “
” Tapi itu tak mungkin lagi, cah ayu “
” Kenapa tak mungkin, bu ?”
” Karena tanah itu sudah dibeli orang Jakarta. Katanya untuk membuat pabrik kemeja, yang mereknya terkenal di Amerika “
” Aku juga orang kaya bu ! Aku akan membeli lagi tanah itu ! “. Amarahku meradang hingga ke otakku …
” Jangan cah ayu, karena orang Jakarta itu berpangkat Jendral “
” Tak boleh sembarang orang bicara sompral. Nanti angger dibilang bengal “
” Dimana teman-temanku , Bu ? dimana Genta, Lara, dan Wisnu ?
” Oalah cah ayu, mereka sudah ndak disini. Sudah kawin sejak lulus SD dulu !
” Lalu Aisyah dan Septi ? “
” Mereka bekerja dan kawin sama majikan di Saudi “
” Alhamdulillah …”, baru kali itulah terucap syukur pada Allah …
Berita gembira ini membasuh hatiku yang lelah.
” Entahlah cah ayu, hidup kadang harus begitu. Membiarkan yang lalu menjadi masa lalu. Bukan mereka melupakanmu. Bukan pula karena mereka lugu . Namun hidup harus terus melangkah maju. Jika tak begitu, kita hanya akan berkubang pada kenangan semu “
” Baiklah ibu, kalau begitu aku permisi dulu …”
” Nasihatku tak ditukar dengan uang, cah ayu. Ini adalah salah satu cara beribadahku “
Akupun berlalu, dengan hati menanggung malu...
No comments:
Post a Comment