Menulis itu media katarsisku ...

Blog Pribadi Puji Nurani :

Sketsa sederhana tentang hidup yang sederhana ...

Menulis itu Media Katarsisku ....

Aku sangat suka .. sangat suka menulis .....
Aku tak memerlukan waktu khusus untuk menulis ..
Tak perlu menyepi untuk mendapatkan ilham ........
Atau menunggu dengan harap cemas pujian dari orang lain
agar tak jera menulis ......

Ketika aku ingin menulis, aku akan menulis tanpa henti...
tanpa merasa lelah ...
tanpa merasa lapar ...
Namun jika aku tidak menulis,
maka itu artinya aku memang sedang tidak mau menulis...

Kala kumenulis,
Aku alirkan pikiranku melalui ketukan keyboard
ke dalam layar dunia virtual aku berkontemplasi ....
Aku tumpahkan perasaanku ke dalamnya ....
yang sebagiannya adalah jiwaku sendiri ....

Lalu ... aku menemukan duniaku yang indah ...
duniaku yang lugu dan apa adanya ......
duniaku yang sederhana .........
yang aku tak perlu malu berada di dalamnya .....
Karena aku adalah kesederhanaan itu sendiri .....

Aku suka dengan cara Allah menciptakanku ...
alhamdulillah .......

Monday, March 4, 2013

Apakah Anas Urbaningrum itu Jahat ?




Jika anda berprofesi sebagai seorang pendidik, berdiri di depan kelas  dalam sebuah diskusi, dikelilingi anak-anak yang memiliki  rasa ingin tahu yang sangat tinggi, cerdas, polos, dan kita memiliki perasaan yang kuat  bahwa mereka adalah calon penerus kepemimpinan bangsa, kemudian ditanya oleh anak-anak itu :

” Bu, Anas Urbaningrum itu koruptor ya bu ? Penjahat ya bu ?”

” Bu, kan Anas itu aktifis HMI bu, kok korupsi ya bu ? “
” Bu, kan Anas itu muslim, kenapa mencuri uang rakyat ya bu, masak Anas nggak tahu kalau  

  itu haram ?”
” Bu kalau Anas korupsi itu disuruh sama boss nya nggak Bu ?”
” Bu, Anas itu kan alumnus Airlangga ya Bu ? trus kuliah di UI ya bu ? sama di UGM ya bu ? Kok kuliah di tempat keren bisa korupsi gitu ya buu ? “
Bu, istrinya Anas tahu nggak ya kalau suaminya korupsi ?
Dan seterusnya ….

Nah, bagaimana teman-teman akan menjawab semua pertanyaan anak-anak yang ingin tahu itu ?

Guru itu pendidik, bukan sekedar pengajar. Jadi jika anda mengajar Fisika, Kimia, Matematika, Biologi, Bahasa Inggris, dll, jangan pernah berpikir bahwa anda akan terluput dari pertanyaan- pertanyaan serupa itu dari para murid, hanya karena anda mengajar bidang studi yang materinya tak berkaitan dengan politik, sistem hukum, dan sikap anti korupsi.
Guru itu pendidik. Dan murid itu hanya tahu bahwa anda adalah orang dewasa yang pandai,yang (diharapkan) tahu segalanya, yang diharapkan dapat menjawab segala pertanyaan mereka, tak peduli anda mengajar bidang studi apa.
Guru itu pendidik, bukan hanya pengajar, dan hendaklah bersikap sebagai pendidik untuk selamanya. Zaman boleh berubah, kurikulum boleh berganti. Namun semua perubahan itu hendaknya  takkan pernah menggeser peran Guru sebagai pendidik.


Seiring dengan kian mudahnya anak-anak mengakses informasi melalui berbagai media pada masa sekarang ini, mereka tentu saja dapat dengan cepat menjawab semua pertanyaan itu hanya dengan sekali dua kali klik situs tertentu, katakanlah Wikipedia, Google, atau Kompasiana. Informasi apa saja akan mereka dapatkan disana, dan segala jawaban atas pertanyaan apapun tersedia di sana. Namun percayalah, anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka boleh jadi sudah mengetahui segala informasi itu dari segala perangkat teknologi yang canggih. Namun mereka tetaplah anak-anak yang selalu haus akan penjelasan langsung dari gurunya. Mereka selalu senang bila gurunya mengajak mereka berbicara, mengobrol tentang apa saja. Mereka akan selalu merasa antusias dan asyik manakala gurunya bercerita tentang sesuatu yang menyentuh hati , menyentuh perasaan dan semangat mereka. Mereka tetap anak-anak yang sangat membutuhkan kehadiran orang dewasa dalam hidupnya, dalam hal ini gurunya yang notabene merupakan pengganti ayah ibunya di sekolah.

Saya sudah membuktikan selama bertahun-tahun dengan berbagai perubahan kurikulum. Anak-anak tetaplah anak-anak yang akan merasa berbahagia manakala dirinya dimanusiakan oleh gurunya, diistimewakan, diperhatikan, disayang, ditolong, dibantu manakala mengalami kesulitan. Kadangkala mereka bersikap nakal, bandel, dan bersikap berlebihan ketika mereka merasa perhatian guru sudah mulai berkurang. Dan mereka sungguh berbahagia ketika akhirnya guru menegur mereka, karena itu berarti upaya mereka mencari perhatian sudah berhasil.

Kurikulum yang baru menghendaki pendekatan pembelajaran student center learning, dengan strategi pembelajaran Inquiry dan constructivisme, dimana siswa harus mencari sendiri konsep-konsep ilmu pengetahuan, untuk kemudian disimpulkan dengan berbagai metoda sehingga menjadi pengetahuan yang lengkap, yang diharapkan akan dipahami secara mendalam oleh siswa, karena semua pengetahuan itu adalah hasil rekonstruksi mereka sendiri.Namun percayalah, anak-anak akan merasa ditinggalkan , akan merasa diabaikan, manakala dalam proses rekonstruksi tersebut, mereka dibiarkan mengembara seorang diri tanpa bimbingan guru, tanpa seseorang yang disayangi mendampinginya untuk memberi semangat, dan memberitahu mana yang salah dan mana yang benar.
 
Anak-anak itu manusia kecil yang harus dididik, bukan hanya diajari. Mereka sangat membutuhkan kehadiran Guru yang pendidik, bukan sekedar guru yang pengajar. Yang setelah bekerja di depan kelas lantas pulang. Jangan biarkan mereka tumbuh menjadi manusia dewasa yang pintar namun tidak cerdas, jenius namun culas, kaya harta namun tak kaya hati. Mahir berinteraksi dengan gadget yang canggih namun tak cakap berbincang dari hati ke hati dengan sesamanya. Yang mahir memerintah namun tak pandai menyayangi. Mahir berkuasa namun tak amanah.

Tak usah heran jika kehadiran seorang Guru sudah sangat berkenan di hati muridnya, maka murid tersebut akan lebih menyayangi gurunya ketimbang Ayah Ibunya, lebih patuh pada gurunya daripada mendengarkan perintah orang tuanya.

Lalu jika anda berprofesi sebagai Guru, bagaimana anda menjawab pertanyaan di muka tadi ? Tentu saja semua pertanyaan itu harus  dijawab dengan arif bijaksana. Jawab dengan jujur, sesuai dengan usia murid anda. Namun sebelum itu, ada hal yang harus diingat, guru harus pandai, guru harus memiliki informasi yang lengkap. Jadi sebaiknya kita perkaya dulu pengetahuan kita dengan banyak membaca, banyak berselancar di internet, dan banyak berdiskusi.

Marilah kita menjadi orang dewasa yang dapat mendidik, menyayangi, dan menjadi teladan bagi anak-anak kita.


Salam sayang,
Anni

No comments:

Post a Comment